13. Malam yang indah

114 41 5
                                    



*****

"Ah! Sakit Ka! Pelan-pelan" Sani mengerang, sesekali melengkungkan badannya.

Raut muka Alka tampak khawatir. "Sakit banget ya? Sorry San, gue gak pandai soal ini."

"Gak papa, lanjutin aja."

Di keadaan segenting ini dan segawat ini, Sani masih mempertahankan nada dinginnya kepada Alka.

"Gue gerakin ya? Teriak aja kalau sakit, nanti gue berhenti," Alka berucap lembut.

Sani sesekali mengernyit dan meringis, badannya terasa sakit walaupun ada enaknya juga. Bukan itu saja, Sanipun heran dengan kondisinya sekarang, sungguh di luar ekspektasinya. Sani melirik Alka, wajah lelaki itu penuh peluh.

"Akh! Jangan gerakin lagi!" Sani mengerang, tanpa sengaja langsung memukul bahu Alka.

Cowok itu berhenti, dia menatap Sani merasa bersalah. "San, sorry," cicitnya.

"Udah ah! Kaki gue udah mendingan, makasih."

Sani menarik kakinya dari pangkuan Alka, sejenak dia menghela napas dari keadaan yang seharusnya tidak pernah terjadi ini. Semuanya bermula dari dirinya yang entah kenapa mendadak tersandung, menyebabkan dia kurang keseimbangan dan jatuh, tapi untung saja Alka dengan cepat menangkapnya.

Sampai di apartemen, bukannya Sani yang mengobati Alka seperti rencana sebelumnya, terbalik menjadi Alka yang mencoba memijat kakinya.

Alhamdulillah, pergelangan kakinya sedikit membaik karna Alka.

Dan sekarang, Sani tidak tau dia harus melakukan apa di situasi maha canggung ini.

"Lo masih mau kan obatin luka gue?" Alka bertanya hati-hati.

Sani bergumam mengiyakan "dimana kotak P3K nya?"

"Dalam lemari deket TV."

Cewek itu beranjak, berjalan pelan-pelan dengan kaki keselonya. Alka menatap jeli dan waspada, jikalau Sani jatuh lagi Alka bisa sigap langsung menangkapnya.

Sani mendekat membawa kotak obat itu. Lalu menyiapkan kapas yang telah diberi cairan antiseptic.

"Lo bisa deket lagi gak?" Sani memberi perintah, Alka berdehem-dehem demi menetralisir detak jantungnya yang menggila. Cowok itu menggeser sedikit tubuhnya mendekati Sani.

Terserah apabila di bilang lebay, saking groginya, Alka sampai menahan napas saat Sani mulai menempelkan kapas itu ke memar di keningnya. Kadang, Alka mencuri-curi pandang ke arah Sani.

Wajah cewek itu sangat cantik, malam ini tampak lebih feminim dan bersinar. Mata Alka sampai silau di buatnya.

Ini langka, kapan lagi Alka bisa melihat Sani se seksi ini, seragam kebesaran itu membuat body goals Sani tertupi hingga cewek itu di pandang cupu di sekolah. Nyatanya, badan Sani lebih bagus dari pada Rebecca, itu menurutnya.

"Gak usah lirik-lirik!"

Sani memberi peringatan, risih saat Alka menatap lekat ke tubuhnya. Cowok itu meneguk ludah, netranya lantas beralih memandang wajah Sani yang terlalu dekat dengannya. Alka jadi serba salah. Dia gugup.

AlkaSaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang