Nulis bagian ini, jadi kangen sekolah, huhu >○<
*****
Lapangan sekolah penuh, para siswa sibuk mengatur barisan untuk melaksanakan upacara setiap hari senin.
Sebelum sebuah intruksi terdengar, disana bagai pasar tanpa jarak. Ribut sekali. Setelah semuanya berbaris rapi, ritual langsung di mulai.
Akibat pukulan dari Gentar kemarin yang membuatnya susah tidur karna terlalu sakit, Alka terlambat dan bingung di depan gerbang sekolah yang sudah tutup.
"Mati mati mati! Mana nih? Lompat pagar kaki sama perut gue masih sakit. Semuanya gara-gara Gentar!"
Alka menggerutu, sibuk mengintip di jaruji besi gerbang untuk menatap suasana dalam sekolah.
Pak Iman sebagai satpam disana tampak cuek melihat Alka.
"Pak Iman, bukain dong? Murid ganteng mau masuk."
Alka di abaikan, harapan satu-satunya sekarang adalah kehadiran bu Andin sebagai guru piket hari ini, mungkin dia mau membukakan pintu gerbang untuknya. Dari pada dia bolos, Alka lebih baik di hukum menghadap tiang bendera.
Suara bunyi motor terdengar berhenti di belakang Alka, cowok itu menoleh ke asal suara, Alka melepaskan tangannya dari besi dan memasukan kedua tangannya ke dalam saku celana seragam abu-abunya.
"Ck! Kenapa sih harus barengan sama lo. Gak ada orang lain yang lebih oke apa? Sani gitu."
"Itu sih mau lo!"
Kalin melepaskan helm, berjalan menghampiri Alka di dekat gerbang.
"Nasib kita sama, gue ramal penyebabnya pasti sama?"
Memar di wajah Alka masih sangat kentara, Kalin pun begitu.
Teringat akan kejadian hari itu, yang menyebabkan Kalin ikut terluka dan menyaksikan yang tak semestinya dia saksikan, Alka merasa bersalah pada Kalin.
"Sorry soal yang kemarin, gara-gara gue Kalian semua kena imbas. Hari ini gue bakal dateng ke markas, minta maaf sama temen-temen lo," ujar Alka sambil tersenyum tipis.
"No problem, lo kayak sama siapa aja bro."
Kalin menepuk bahu Alka sekali. Menandakan semua baik-baik saja, dirinya dan anggota geng nya.
"Gue turut prihatin, masalah lo terlalu berat ternyata. Pasti gak mudah, udah cinta bertepuk sebelah tangan, Keluarga Gentar juga gak baik sama kakak lo. Kasihan."
Alka tersenyum miris. Kalin tersenyum mengejek.
"Lo tau? Ini sebabnya gue gak mau lo tau ini semua. Serah deh, ejek aja terus. Lihat aja, gue doain nasib lo gak beda sama nasib gue."
Alka berpaling, masih meneliti dalam sekolah. Bu Andin terlihat di ujung sana.
"Yah.. jangan dong, doa lo jahat banget."
"Emang doa anak brengsek kayak gue masih terkabul? Gue gak terlalu berharap."
Kalin tau, Alka tidak main-main. Mencoba rileks, dia merangkul bahu Alka dan mengajak cowok itu masuk saat gerbang sekolah di buka oleh Pak Iman atas suruhan bu Andin.
KAMU SEDANG MEMBACA
AlkaSa
Fiksi Remaja[On Going] ________________ Dikejar-kejar oleh seseorang ternyata tidak semenyenangkan itu. Sani terlalu lelah untuk menolak dan berkata kalau dia itu tidak suka dengannya, percuma, Alka tidak akan dengar. Maka dia memilih jalan tengah, yaitu dengan...