25. Jadian yuk!

709 58 1
                                    

Tag 5 temanmu biar ikutan baca!!! 😁😁😁

°°°°

Deru motor milik Devan menyelip di sela kemacetan. Menebras kendaraan lainnya. Menciptakan kebisingan yang dihasilkan oleh pengemudi dan juga klakson bertubi-tubi, lantaran emosi dengan keugal-ugalan cowok itu.

Menggores kendaraan lain, tidak taat pada rambu-rambu lalu lintas, itulah Devan. Tak jarang pula cowok itu tertangkap polisi, namun tidak mebuatnya jera. Baginya, hidup adalah untuk kebebasan.

Mungkin karena kurang mendapat kasih sayang. Itulah yang didefinisikan untuk Devan yang sejak kecil selalu diacuhkan orangtuanya. Terlalu sibuk dengan dunia bisnis, membuat keduanya terlihat tak menganggap seorang Devan ada di tengah-tengahnya. Cukup enam belas tahun, ia merasakan kesendirian. Membuat cowok itu menjadi tidak peduli terhadap latar belakangnya bahkan turut tak menganggap orangtuanya ada.

Lima belas menit, cukup untuk seorang Devan sampai di depan rumahnya. Lebih tepanya, rumah Rin; sahabatnya.

Seperti biasa, ia memarkirkan motor, lalu bergegas masuk ke dalam. Mendapati seorang Rin, yang tengah menatap ponsel dengan intens. Wattpad, apa lagi yang ia lakukan selain menghabiskan waktu dengan dunia halu?

Ssstt

Melihat apa yang dipegangnya direbut, Rin menoleh orang yang sudah mengganggu aktivitasnya itu. Mendapati Devan yang tengah men-scroll hp miliknya. Tentu, semakin menciptakan rasa geram dalam diri Rin. Tak bisakah sahabatnya itu tidak mengganggunya sekali saja?

"A... Aww... Awwwh, lepas Rin!" teriaknya meringis kesakitan. Berbeda dengan gadis yang semakin mengencangkan cubitan di lengan Devan, hingga menciptakan sedikit luka lecet.

Rin menutup mulutnya kaget, tidak menyangka bahwa cubitannya akan menghasilkan sedikit darah yang mengalir dari lengan sahabatnya.

"Maaf Depan," katanya lalu menampilkan sederet giginya. Juga huruf V yang terbentuk dari jari mungilnya.

"Lo rese kalo lagi pms!" Benar hari ini Rin memang sedang datang bulan, saking hafalnya Devan sampai tahu tanggal pms gadis itu.

Rin ceikikan melihat sahabatnya kesal. Tidak lagi rasa iba, karena melihat tingkah Devan meniup bekas cubitannya dengan gemas.

"Harusnya tuh gue lebih diprioritasin dari pada hp ini," cercahnya dengan wajah kesal yang dibuat-buat.

"Iya, nggak lagi kok." Rin memilih meletakkan ponselnya di kasur lalu beranjak, mengingat janji yang ia berikan pada Devan. Ia Mengikuti Devan yang lebih dulu pergi ke balkon. Menatap betapa indahnya pemandangan langit dengan taburan bintang. Juga beberapa gedung yang terlihat bersinar di bagian kacanya.

Mereka selalu suka tempat itu, sejak kecil. Tidak ada perbincangan di antaranya. Mereka sama-sama mengamat takjub karya Tuhan di atas sana. Sekejap, Devan menoleh gadis di sampingnya. Masih sama, Rin adalah sahabat kecilnya dulu. Yang selalu memberikan perhatian dan kasih sayang penuh, menggantikan posisi sang Mama.

"Terimakasih," ucap Devan mengawali perbincangan.

"Buat?" Rin sama sekali tak mengalihkan pandangannya. Mengingat pemandangan ini jarang terlihat di kota metropolitan yang penuh dengan asap kendaraan. Membuat langit sering tampak mendung oleh ulah manusia.

"Karena lo udah kembali, buat gue." Mendengar kalimat yang terlontar dari sahabatnya, membuat Rin berpikir. Apa ia kembali untuk sahabat kecil yang ditinggalnya? Bisa jadi iya, namun tidak sepenuhnya benar. Rin hanya tersenyum, menunjukkan wajah manisnya pada Devan.

ENIGMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang