27. Dia Cemburu?

686 57 3
                                    

Nggak tahu dengan cara apa Syafira berterima kasih sama pembaca yang setia ini.💙💙💙

Semoga kalian semakin suka dengan ceritanya.

°°°°

"Sumpah? Demi apa lo?" Tidak percaya dengan pernyataan sahabatnya. Rin memang pernah bercerita bahwa dirinya memang suka dengan Devan, sahabat kecilnya. Tapi melihat kedekatan Rin dengan Arsen, itu membuat Dinda terheran-heran.

Rin Aquila mengangguk yakin. Tapi sahabatnya tidak menemukan sirat bahagia yang mendalam di wajah Rin. Seperti ... biasa saja. Tidak ada hal yang spesial di paras cantik dan mata sayu milik gadis itu.

"Gue kira, lo suka sama Arsen," Rin terkekeh geli mendengar dugaan gadis yang sejak smp menjadi sahabatnya itu.

"Kita itu kakak adik, mana mungkin!" Benarkah begitu? Tidak ada perasaan yang tumbuh di antara mereka? Dinda ... meragukan ketidak mungkinan di diri Rin. Gadis cantik berbibir tipis itu tahu betul kisah kehidupan Rin, bahkan misi Rin yang disembunyikan. Bukankah seorang sahabat yang baik harus saling terbuka dan paham dengan keadaan sahabatnya?

"Tapi kan, Arsen itu cuma-"

"Rin sayang dan cinta sama Devan," sergap Rin cepat, memotong kalimat sang sahabat yang tidak ingin ia dengar.

Rin menelangkupkan wajahnya, sembunyi di balik bantal berwarna pink- milik Dinda. Sementara pemilik kamar merubah posisinya menjadi duduk. Entah apa yang membuatnya sekhawatir ini.

"Jangan maksain apapun, Rin! Gue paham lo. Dan ikutin kata hati lo." Cukup paham, kalimat yang terlontar dari mulut sahabatnya terbungkus di pikiran Rin. Ia tersenyum di balik bantal beraroma mawar. Tidak berubah, Dinda memang suka dengan aroma mawar. Dan tidak berubah, Dindalah satu-satunya yang memahami Rin. Ia teramat beruntung.

"Lo nggak boleh lupa kalau mereka musuhan. Gue tahu lo itu lebih berbakat dari seorang cenayang. Jadi, lo harus jaga-jaga!" perintah Dinda menasihati. Benar memang, Rin mudah peka dan tahu sifat dan perlakuan seseorang. Itu mengapa ia melakukan ini.

Menelaah ucapan gadis berrambut sepunggung itu, Rin menjadi teringat pada misi terakhirnya. Apa, 'Si Misterius' adalah Dinda? Tapi melihat sorot mata Dinda, tidak mengisyaratkan kebohongan atau rahasia yang tersimpan. Dinda terlalu terbuka pada Rin. Jadi, siapa 'Si Misterius' itu?

Ah, memikirkan orang yang sering mengirimkan misi itu, membuat Rin semakin pusing. Siapapun dia, Rin yakin bahwa pengirim misi sedang berada di sekitarnya, dan pandai menyembunyikan ekspresi.

Paham, bagaimana Rin pandai mengetahui pikiran seseorang hanya dengan melihat raut wajahnya, tentu orang itu cukup handal. Siapa dia? Lama kelamaan, mata gadis yang tersembunyi di balik bantal itu semakin berat. Hingga akhirnya alam mimpi menyambutnya dengan baik.

°°°°

Bertemu dengan akhir pekan, remaja berambut pirang sudah rapi dengan style khasnya. Mengambil rantang yang sudah terisi penuh oleh masakan yang ia buat dengan sang mama.

Cukup ramai, kini ia sudah berada di jalan. Duduk di jog mobil belakang, dan dengan sabar menunggu betapa macetnya hari libur ini. Sesekali gadis bernama lengkap Rin Aquila bersenandung ria dengan suara khasnya.  Membuat sang sopir ikut menikmatinya.

ENIGMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang