37. Pertengkaran

878 65 6
                                    

Dua orang itu ber'tos' ria kala melihat mading sekolah yang ramai dikerumuni teman-temannya. Lalu mereka pergi dari tempat persembunyian setelah puas melihatnya.

Di sisi lain, Clara terheran-heran mengamati para siswa yang sibuk dengan selebaran kertas di sepanjang koridor. Ia yang baru datang itu begitu penasaran, apakah ada topik terbaru yang belum ia ketahui?

"Dih nih cewek pakai pelet apa sih, cantikan juga gue," tukas salah satu siswi yang sempat Clara dengar. Siswi itu seperti membicarakan seseorang di dalam selembaran.

Rasa keingin tahuannya semakin tinggi hingga ia mendekati segrombol siswi di koridor itu. "Kalian pada ngomongin apa sih? Keknya seisi cempaka satu heboh banget," tanyanya yang tiba-tiba nimbrung. Wajar, Clara tidak kalah populer di sekolahnya. Selain karena aktif di beberapa ekstrakurikuler, ia juga satu-satunya gadis yang pernah menjadi pacar Arsen, si most wanted sekolah.

"Eh Ra, lo nggak tahu? Itu musuh lo, si pecakor itu jadi rebutan Arsen sama ketua osis anak Cempaka dua," jelas siswi yang paling heboh di antara mereka.

"Iya bener Ra, dia sok kecantikan banget sih." Gadis berkulit kuning langsat ikut menambahi.

"Dan gara-gara dia, hubungan anak Cempaka satu sama Cempaka dua jadi pecah belah," bubuh siswi berpita jambon dengan nada kesal.

Dalam hati, Clara tidak percaya dengan pernyataan mereka. Ia juga tidak habis pikir kenapa ia tidak tahu masalah ini sebelumnya. Terlebih, Clara adalah gadis supel yang memiliki banyak teman di Cempaka satu maupun dua. Namun tidak ada yang memberitahukan sebelumnya.

"Kalian, dapat poster ini dari mana?"

"Di mading banyak banget Ra, nih gue kasih selembar kalau lo pengen tahu." Tidak pikir panjang, Clara menerimanya lalu beranjak menuju mading. Dalam hati, ia bertanya-tanya siapa yang melakukan hal ini. Ia tahu bahwa banyak siswa yang membenci Rin di sekolah ini. Namun, ia tidak menyangka kenapa ada orang sejahat ini.

Gadis itu memandangi mading yang permukaannya terisi penuh oleh gambar yang sama. Terdapat gambar editan foto Rin bersama Arsen dan Devan, si ketua Osis Cempaka dua.

"Rin Aquila, siswa baru yang berhasil membuat perseteruan SMK Nusa Cempaka 1 dengan SMK Nusa Cempaka 2...." Begitulah judul poster yang Clara baca dalam hati. Rasanya ia ingin cepat-cepat membersihakan mading itu dari poster hoax yang menjadi trending topik pagi ini.

"Oh, jadi ini permainan kotor lo?" Seseorang menahan tangan gadis itu, lalu melepasnya kasar. Ia menoleh dan mendapati wajah Arsen yang begitu murka.

"Maksudnya?" tanya Clara tidak bisa mencerna ucapan cowok itu. Lagi pula ia berniat baik, lalu apa yang salah?

"Dasar cewek murahan! Gue mutusin lo, itu tandanya lo nggak pantas buat gue! Nekat banget lo bikin poster kek gini!" Arsen tersenyum remeh, membuang mukanya dari gadis itu.

"Sen, ini nggak seperti yang lo pikirin. Gue cu-" Belum Clara selesai melakukan pembelaan, Arsen lebih dulu menelangkup pipi tembem itu dengan satu tangannya. Sakit, itulah yang Clara rasakan. Sakit pada pipinya akibat tekanan tangan Arsen, juga sakit pada hatinya akibat kalimat tajam yang keluar dari mulut sang mantan.

"Bersihin posternya, dan klarifikasi masalah ini secepatnya. Atau, hidup lo nggak akan aman setelah ini!" ancam Arsen, lalu menghempaskan wajah Clara.

Gadis itu memegangi pipi dan mulutnya yang terasa sakit. Lalu menatap punggung Arsen yang semakin menjauh. Satu tangannya memegang dadanya. Terasa sesak ketika seseorang yang dicintai, adalah orang yang malah membenci dirinya.

Kalau saja Arsen tahu niat baiknya, akankah cowok itu kembali pada Clara? Gadis itu tidak mengharap lebih. Cintanya tulus, bahkan ketika Arsen tidak mengindahkan ketulusan itu, rasanya akan tetap sama. Ketika kalimat menyakitkan terlontar dari mulut Arsen, ia masih mencintainya.

Clara hanya mengharapkan kebahagiaan untuk Arsen. Itulah kenapa ia ingin membersihkan mading itu sebelumnya. Karena ia tahu, sumber kebahagiaan Arsen adalah Rin. Jika Rin diperlakukan tidak baik, tentunya Arsen akan turut sedih. Ia tidak mau hal itu terjadi. Ia teramat menyayangi mantan pacarnya.

Bahkan setelah Febi berbuat hal yang buruk pada Rin, ia akan menegurnya. Ia akan memperingati sahabatnya itu agar tidak dendam dan berlaku kasar pada Rin. Ia ikhlas atas hubungannya dengan Arsen yang telah berakhir. Entah karena Rin atau faktor lain penyebabnya, Clara tidak mempermasalahkannya.

Mengagumi sekuntum bunga di taman, bukan berarti harus memetik dan memiliki bunga itu. Mengamati dan menjaga keindahannya, sudah lebih dari cukup.

°°°°

Bugh!

Satu tinjuan mendarat di punggung Arsen. Tidak ada persiapan, cowok itu langsung tersungkur di lantai. Ia menoleh siapa yang berani mencari masalah dengannya, terlebih di tempat umum seperti ini.

"Ada apa?" Itulah kalimat pertama yang keluar dari mulut Arsen. Jika bukan sahabatnya yang telah menghantamnya, ia akan langsung membalas pukulan itu berkali-kali.

"Gue muak sama cowok bego kayak lo! Lo itu ketua geng motor! Kenapa lo jadi kek suami takut istri di depan cewek itu?" ejek cowok yang ternyata adalah Brian. Bukan tanpa alasan ia melakukan hal ini. Sebagai seorang sahabat, ia meraskan betul perubahan Arsen setelah mengenal Rin.

"Maksud lo gimana?" Arsen bangkit lalu mendekat pada sahabatnya, tidak peduli dengan siswa yang berkerumun di sekitarnya.

"Hoe-hoe! Stop! Bubar! Kalian jangan berantem kek anak bocah!" seru Angga yang datang di antara mereka, berusaha melerainya. Namun sepertinya, suasana sudah semakin panas. Brian telah membangunkan srigala yang tertidur pulas.

"Gue udah peringatin lo dari dulu, jauhin Rin! Dia itu cewek suruhan Devan. Buat hancurin lo! Jangan goblok!" Sepertinya emosi Brian yang telah ia tahan selama ini sudah meledak. Ia tidak mau sampai ada masalah lagi karena gadis itu. Jika Arsen tidak bisa dinasihati baik-baik, maka ia harus memakai kekerasan.

"Karena itu? Lo mukul gue karena itu?"

Bugh

Pukulan Arsen mengenai perut sahabatnya. Lagi-lagi Brian melakukan hal yang tidak penting. Terpaksa Arsen meladeninya lantaran sahabatnya yang sudah terlewat batas.

"Udah berapa kali lo kena masalah karena cewek itu...," Brian memegang bekas tinjuan yang terasa sakit. "...ini bukan sekedar kebetulan. Cewek itu emang sengaja mau hancurin lo secara halus! Percaya sama gue, atau lo bakal nyesel!"

Bugh

Bugh

"Udah, Sen! Dia Brian, sahabat lo!" teriak Angga sembari berusaha menahan lengan Arsen, namun berhasil di tepisnya.

Bugh

"Pukul gue sepuas lo, asal setelah ini lo mau jauhin cewek itu!" Brian tidak melakukan perlawanan, lagi pula ia tidak berniat melakukan adu jotos dengan sahabatnya sendiri. Berbeda dengan Arsen yang bola matanya sudah dipenuhi dengan amarah. Rupanya sahabatnya ini memang lupa dengan satu hal tentang Arsen.

Bugh

Bugh

Bugh

"Lo emang sahabat gue, tapi lo nggak ada hak buat ngatur hidup gue!"

°°°°

ENIGMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang