35. Kacau

772 60 0
                                    

Guys, part 35 ini adalah sad part. Semoga feel-nya dapat.

°°°°

Beberapa hari ini, balkon menjadi tepat ternyaman ia bermalam. Gadis itu menatap pemandangan langit hitam dengan taburan beberapa bintang.

Wajah ceria tak terlihat setiap ia di tempat ini, tergantikan oleh mata sayu yang tak biasa. Namun, Rin tidak pernah bosan di sana.

Gadis itu duduk selonjor di pagar balkon, bersandar pada dinding rumahnya. Sesekali ia mengecek ponselnya, meski tak ada tanda-tanda pesan pribadi berbunyi.

Ingatannya terbayang pada sepuluh tahun lalu. Mengenang masa kecilnya bersama sang sahabat. Saling canda, tawa, sedih, mereka lewati bersama. Rasa ingin melindungi di diri Rin, terlihat seperti dewi penyelamat. Teringat ketika Devan sering dimarahi oleh kedua orangtuanya.

Untuk kedua kalinya, ia membiarkan air matanya merambas. Pesan sang ayah, seakan-akan tidak diindahkan. Lagi pula, siapa yang tahan dengan situasi seperti Rin? Ketulusannya dikhianati oleh sahabat yang ia anggap sebagai cinta sejati. Sahabat yang selalu mengisi hari dan ruang hatinya semenjak kecil.

Bahkan, ia belum merasakan bagaimana sepasang kekasih memiliki banyak momen sebagai kenangan. Ia tak sempat merasakan saling setia, percaya, dengan pasangannya.

Hanya sekali itu, Devan memperlakukan spesial pada dirinya. Lalu seketika kenyataan mengubah segalanya. Ia seperti disengat energi besar dalam tubuhnya, yang seketika hilang dan membuatnya lemah. Terlepas dari Arsen ataupun misinya, ia kecewa dengan sahabatnya yang memiliki sifat selicik itu. Yang ia tahu, Devan kecil tidak akan sejahat itu pada seseorang.

Rasa cinta yang masih tumbuh di hatinya, ditepis kasar oleh kenyataan. Kenyataan bahwa tujuan Devan menjadikannya kekasih hanya semata-mata untuk menghancurkan musuhnya, Arsen.

Gadis itu tersadar kala tiba-tiba sebuket bunga harum nan cantik tersodor tepat di depan wajahnya. Ia mengamatinya dengan terkejut, lalu beralih pada seseorang yang membawanya. Sontak, Rin langsung menepis buket itu hingga jatuh. Tidak peduli dengan keterkejutan Devan, gadis itu bangkit dan masuk ke dalam kamar.

"Apaan sih lo? Lo nggak lagi pms, kan? Kesal gue!" protes Devan dibuat-buat yang justru membuat gadis yang terbaring di kasur itu muak. Rin tidak menjawab sepatah katapun. Memilih sibuk dengan ponsel di genggamannya.

"Lo mah tuman, cuekin gue mulu tiap gue ke sini." Masih sama, tak ada respons apa-apa dari Rin.

"Sayang, lo sakit gi-"

"Kali ini, Sio bakal hancur di tangan gue," Suara rekaman itu diputar oleh Rin, membuat sang pemilik suara bungkap. Percakapan dalam rekaman itu terus berputar membuat Devan tidak dapat lagi berkutik.

Dalam hati, ia mengumpat pada Riko. Orang yang sangat ia andalkan dan percayai. Hanya ada dua orang malam itu, jelas bahwa ini adalah perbuatan Riko. Temannya itu telah berhianat.

"Rin, itu nggak seperti-"

"Kita putus!" potong Rin tidak mau mendengar alasan apapun. Air matanya kembali turun. Devan berusaha mengusapnya, namun berhasil ditepis oleh gadis itu.

"Rin gu-gue bisa jelasin semuanya. Itu cuma, itu cuma-"

"KITA PUTUS DAN KELUAR DARI RUMAH INI!" bentak Rin yang sudah tidak terkendali.

ENIGMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang