~ Bab 15 ~

698 105 13
                                    

"Asahi, sebenarnya mau dibawa ke mana hubungan kita?"

Asahi menghentikan pergerakannya. Ia menatap pada Jaehyuk yang juga sedang menatapnya. Tidak ada yang bersuara selama beberapa detik hingga Jaehyuk akhirnya kembali mengatakan apa yang mengganjal di pikirannya.

"Asahi, apakah kamu juga mencintaiku?"

Asahi menunduk lalu menggeleng, "Aku tidak tahu apa itu cinta, Jaehyuk. Semua ini terasa baru bagiku."

Jaehyuk menghela napas panjang. Jauh di sudut hatinya, ia merasakan sakit. Tapi ia mencoba bertahan. Ia sudah pernah berpacaran dan pernah merasakan sakit hati. Jadi ia merasa bisa melewati ini juga.

Kali ini Jaehyuk mendekati Asahi. Ia meraih tangan Asahi yang bersembunyi di bawah meja. Perlakuannya itu membuat Asahi menatap ke arahnya.

"Asahi, jika kamu bingung, ayo, kita pastikan semua ini."

"Bagaimana caranya?" tanya Asahi polos.

Jaehyuk tidak menjawab. Laki-laki yang lebih tinggi dari Asahi itu menundukkan kepalanya, menutup mata, dan menempelkan hidungnya dengan Asahi. Asahi merasakan sengatan listrik yang aneh hingga ia sedikit menjauh. Hingga Jaehyuk berpikir Asahi menolaknya, tapi tidak. Asahi tetap diam di tempat, Jadi Jaehyuk kembali melancarkan aksinya.

Ketika bibir mereka bersentuhan, Jaehyuk merasakan hal yang sama kembali menerpanya. Sama persis ketika ia mencium cinta pertamanya. Perasaan bahagia hingga perutnya terasa terlilit. Tapi Jaehyuk tidak tahu bagaimana perasaan Asahi. Asahi hanya diam tidak merespon. Jadi Jaehyuk memutuskan untuk memutus ciuman mereka.

Tapi begitu Jaehyuk menjauh, ia merasakan hembusan napas Asahi mengejarnya. Mereka berciuman lagi. Kali ini dengan Asahi yang lebih responsif. Asahi bahkan sudah mendekatkan tubuhnya pada Jaehyuk.

Dalam keterkejutan, Jaehyuk tersenyum. Apakah itu artinya Asahi juga mencintainya?

Jaehyuk semakin terkejut ketika Asahi tiba-tiba mendorongnya sampai tergeletak di atas lantai. Meski begitu, Asahi masih tidak melepaskan ciuman mereka. Bahkan ciuman itu mulai brutal dan membuat Jaehyuk kehabisan napas.

Jaehyuk membuka mata, mencoba mendorong Asahi tapi justru laki-laki yang lebih kecil darinya itu mengurungnya dengan kedua tangannya. Entah dari mana Asahi mendapatkan kekuatan itu.

Asahi masih belum melepaskan ciumannya. Ia seolah menjadi orang lain. Tak terkendali dan tak terduga. Jaehyuk butuh bernapas secepatnya atau ia akan mati karena kehabisan oksigen.

'Aku butuh bernapas, Asahi. Tolong!'

***

Sesuatu berbunyi nyaring memekakkan telinga di sebuah ruangan yang sunyi. Itu seperti bunyi sebuah mesin yang terlalu panas. Layar monitor besar dan lampu di ruangan itu berubah merah berkelap-kelip. Dua pria yang berjaga segera berdiri dan menghampiri monitor besar di ruangan itu.

"Ada apa ini?"

Satu pria yang lain, menekan beberapa tombol di keyboard besar dan panjang di atas meja. Pria itu lalu menatap layar dan berkata, "Hardware Humaoid 08 terlalu panas."

"Kenapa bisa begitu?"

"Aku tidak tahu."

"Kalau begitu matikan saja sistemnya."

Pria itu menatap pada pria yang mengusulkan tadi. "Apakah tidak akan merusak software-nya?"

"Tidak apa. Ini keadaan genting."

"Baiklah."

Setelah mengetik cepat, di layar monitor terpampang tulisan 'Are you sure to take this action?'

Pria itu segera menekan tombol 'Yes' dan detik berikutnya, lampu merah itu tidak lagi berkedip di ruangan itu.

***

Sementara itu, di tempat Asahi, laki-laki itu berhenti, lalu terjatuh di atas Jaehyuk. Jaehyuk bisa merasakan Asahi tidak bergerak dan bernapas normal. 'Mungkin dia tertidur?'

Kesempatan itu digunakan Jaehyuk untuk meraup oksigen sebanyak-banyaknya. Beberapa detik lalu, ia hampir saja merasakan paru-parunya terbakar. Meski begitu, ia tidak memungkiri jika ia merasa senang.

Asahi membalas ciumannya. Bahkan ciuman Asahi lebih brutal darinya. Bukankah itu pertanda bahwa Asahi juga mencintainya?

Hanya memikirkannya saja, pipi Jaehyuk sudah memanas. Ia melirik Asahi yang tertidur di atasnya. Ia merasa keberatan dengan beban tubuh Asahi tapi Jaehyuk juga malas bergerak. Ah, sudahlah, biarkan saja seperti ini dahulu.

***

Keesokan paginya....

Asahi terbangun dan Jaehyuk sudah tidak di kamarnya. Laki-laki itu, em, kekasihnya itu pergi begitu saja tanpa pamit. Entah apa yang membuat kekasihnya itu pergi tanpa menjelaskan apa yang terjadi semalam. Oh, Asahi tidak terlalu ingat apa yang terjadi semalam.

Mashiho kembali ke kamar dan mereka melakukan rutinitas pagi seperti biasa. Mandi dan mempersiapkan diri untuk ke sekolah. Saat keduanya hendak pergi ke ruang makan untuk sarapan, ponsel Asahi berdering. Ia segera mengangkatnya begitu melihat nama penelponnya.

"Halo?"

"Hamada Asahi, segera ke security building. Sekarang. Ada hal penting yang harus dibicarakan."

Telpon terputus begitu saja.

Mashiho yang menunggu Asahi hanya menatapnya meminta penjelasan.

"Pergilah sarapan dahulu. Aku akan menyusul nanti."

"Kamu mau ke mana, Asahi?"

"Security building."

Mashiho menaikkan salah satu alisnya. "Ada apa? Kenapa pagi-pagi sekali."

Asahi mengangkat bahu. "Aku tidak tahu."

"Ya sudah. Cepat pergi. Mungkin memang ada keperluan penting," setengah mengusir, Mashiho menyuruh Asahi untuk bergegas.

Asahi tak berpikir panjang. Ia hanya mengangguk lalu mengambil jalan yang berbeda dari Mashiho.

Mashiho tak mengalihkan pandangan sampai Asahi hilang di belokan lorong. Mashiho menghela napas panjang dan mengeluh, "Sarapan sendiri deh."

***

Mashiho menghentakkan kakinya terus menerus. Pertanda bahwa ia gelisah. Ia terus menatap ponsel dan pintu kelas bergantian. Lima menit lagi kelas dimulai dan Asahi belum menampakkan diri. Itu hal yang baru bagi Mashiho dan wajar jika Mashiho mengkhawatirkan teman sekamarnya itu.

"Mashiho, di mana Asahi?" kali ini pertanyaan itu keluar dari pacar Asahi.

Mashiho menoleh pada Jaehyuk dan berkata, "Tadi dia pamit ke security building tapi aku tidak tahu kenapa dia lama. Apakah Asahi ada masalah?"

Jaehyuk menggeleng. "Aku juga tidak tahu. Kamu sudah menghubunginya?"

Mashiho mengangguk. "Aku sudah mengirim pesan dan menelponnya tapi ponselnya tidak aktif. Bagaimana ini?"

Menyadari Mashiho semakin panik, Jaehyuk mencoba menenangkan. "Tenang saja. Asahi kan anggota SPS. Dia pasti bisa menjaga diri dengan baik."

Mendengar hal itu, Mashiho sedikit lega dan tenang. Ia menghentikan hentakan kakinya yang membuat kakinya sedikit lelah. Ia menatap pintu masuk dan beruntung, Asahi masuk kelas saat itu.

"Asahi! Dari mana saja kamu? Kamu membuatku khawatir!" teriak Mashiho yang sukses membuat seisi kelas hening. Tapi Mashiho tidak peduli. Yang penting sekarang Asahi sudah kembali.

Sementara itu, Asahi berjalan lurus ke arah Mashiho dan Jaehyuk. Tapi ia tidak berhenti di kursinya, ia justru berhenti di depan meja Jaehyuk. Mau tidak mau Jaehyuk mendongak menatap Asahi karena kekasihnya itu tidak mau duduk.

"Jaehyuk, kita putus."

***

EMPIRE KNIGHTSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang