~ Bab 20 ~

697 97 9
                                    

Haruto sedang mengerjakan tugas sekolah ketika pintu kamarnya diketuk. Ia beranjak membuka pintu. Begitu pintu terbuka, seseorang berhambur memeluknya sampai Haruto mundur beberapa langkah.

"Yoshi Hyung? Ada apa?" tanya Haruto khawatir.

Pasalnya Yoshi tidak biasanya ke kamarnya dalam keadaan seperti ini. Menangis dan emosional. Haruto menutup pintu kamar, lalu menggiring Yoshi masuk ke kamarnya. Ia mendudukkan Yoshi di atas tempat tidur. Sementara Haruto duduk di sampingnya sambil mengusap punggung Yoshi.

Selama itu pula Yoshi tidak menjawab pertanyaan Haruto. Tidak menjelaskan apa-apa. Dan itu justru hanya membuat rasa penasaran Haruto semakin meningkat. Ia khawatir jika laki-laki yang sudah ia anggap seperti kakaknya itu sedang ada masalah.

"H-haruto," panggil Yoshi dengan suara serak.

Haruto hanya menjawab dengan gumaman. Masih setia mengusap punggung Yoshi yang masih menangis. Berharap itu bisa sedikit menenangkan Yoshi.

"Malam ini, aku tidur di sini ya?"

Hanya dengan pertanyaan itu, Haruto sekarang tahu penyebab Yoshi seperti ini. Satu yang pasti. Tidak mungkin Yoshi menginap di kamar orang lain kalau tidak ada masalah di kamarnya. Dan sudah pasti penyebabnya adalah Ha Yoonbin, teman sekamar Yoshi.

Tanpa sadar, Haruto mengepalkan tangan di belakang punggung Yoshi.

'Berani sekali dia menyakiti Yoshi Hyung!'

***

Tengah malam....

Yoshi tertidur di atas tempat tidur Haruto. Sementara itu, Haruto masih perlu menyelesaikan tugas sekolahnya yang tadi belum selesai. Ketika Haruto hampir selesai, ponsel Yoshi berdering. Karena tidak mau panggilan itu mengganggu Yoshi, Haruto memutuskan untuk mengintip penelponnya.

Nama "Binnie" tertera jelas di layar. Dan Haruto sudah tahu siapa penelpon itu.

Diambilnya ponsel Yoshi dan tanpa ragu memencet tombol hijau.

"Halo, Yoshi?"

"Maaf, ini bukan Yoshi Hyung."

"Haruto?"

Haruto menghela napas. "Iya, ini Haruto."

Di seberang sana, Yoonbin menahan napas. Antara lega dan khawatir. "Yoshi di kamarmu?"

"Iya," jawab Haruto singkat. Jika Yoonbin mendengarkan dengan seksama, dia akan tau bahwa Haruto menjawabnya dengan nada dingin.

"Baiklah kalau begitu. Aku akan menjemputnya."

"Sepertinya jangan."

Yoonbin terdiam sesaat di seberang sana. "Memangnya kenapa?"

"Aku tahu kalau kalian sedang ada masalah. Jadi mungkin lebih baik Hyung tidak menemui Yoshi Hyung lebih dulu."

Yoonbin tidak segera menjawab. Mungkin ia terkejut mengetahui bahwa Haruto menyadari masalahnya dengan Yoshi. Atau mungkin karena Yoonbin sedang memikirkan hal lain.

"Aku ingin bicara dengan Yoshi."

"Besok saja."

Haruto bisa mendengar dengan jelas Yoonbin menghela napas. "Baiklah."

Haruto terdiam beberapa saat lalu ia mengatakan, "Aku tidak tahu apa masalah kalian, tapi asal Hyung tahu, kalau sampai Hyung melukai Yoshi Hyung, aku tidak akan segan-segan berperilaku kasar pada Hyung."

Sebelum Yoonbin bisa memahami kata-kata Haruto, laki-laki yang berusia dua tahun di bawah Yoshi itu mematikan panggilan mereka.

***

Yoonbin memasuki ruang operasi khusus setelah menyelesaikan panggilannya. Hari ini sangat melelahkan baginya. Padahal tadi pagi ia masih bisa menikmati kebersamaan dengan Yoshi tapi sekarang... ia justru sedang ada masalah dengan teman sekamarnya itu.

Yoonbin melihat seorang laki-laki yang berusia empat tahun di atasnya sedang berkutat dengan sebuah komputer. Ia mendekati laki-laki itu. Meskipun jarak usia mereka jauh, laki-laki itu terlihat lebih muda. Hal itu dikarenakan ia memiliki style fashion yang unik dan up to date.

Ketika sudah sampai di samping laki-laki itu, Yoonbin meletakkan benda kecil yang sedari tadi dibawanya. Laki-laki itu menoleh pada Yoonbin dengan wajah penuh tanya.

"Apa ini?"

"Brainchip Humanoid 08."

Laki-laki yang tak lain adalah Choi Hyunsuk itu segera menyambar chip itu. Ia memasukkan benda kecil itu ke dalam card reader dan membuka-buka isinya. Sementara itu, Yoonbin berjalan mendekati sebuah kaca penghubung antara ruang observasi dengan ruang operasi.

Di ruang operasi, terbaring sebuah humanoid yang tertutup kain putih. Banyak peralatan yang menempel pada tubuh humanoid itu. Di atas tempat tidur, ada lampu panjang yang menyinarinya. Cahaya lampu itulah yang digunakan untuk mengisi energi para humanoid.

"Dari mana kamu mendapatkan chip ini, Yoonbin?" tanya Hyunsuk mencairkan suasana di ruang observasi. Jemarinya masih mengetik lincah di atas keyboard menelusuri berkas-berkas di dalam chip itu.

Yoonbin menoleh sekilas pada Hyunsuk, lalu kembali menatap Humanoid 08. "Dari Yoon Jaehyuk."

Hyunsuk menghentikan jemarinya, "Jaehyuk? Maksudmu anak yang diculik itu?"

Yoonbin mengangguk sebagai respon.

Setengah ragu, Hyunsuk bertanya, "Apakah dia tahu kalau dia bukan manusia?"

Dari kejauhan, Hyunsuk melihat Yoonbin mengangguk lagi. Hal itu membuat Hyunsuk menghela napas panjang.

"Mau bagaimana lagi. Kita tidak bisa menutupi rahasia ini selamanya." Setelah mengatakan itu, Hyunsuk kembali sibuk menggerakkan jemarinya di atas keyboard.

Yoonbin hanya menggumam. Ia berbalik menuju sofa di ruangan itu. "Hyung bilang, Hyung punya teman yang mirip Humanoid 08."

"Ah, itu." Hyunsuk hanya melirik Yoonbin sekilas. "Sejujurnya, aku tidak menyangka kalau kalian akan membuat robot yang mirip Akira secara kebetulan."

Yoonbin tidak menanggapi. Ia tidak mengerti maksud jawaban Hyunsuk.

Menyadari lawan bicaranya hanya diam, Hyunsuk justru tertawa. Ia menjelaskan pada Yoonbin, "Akira adalah teman baikku ketika kuliah di Inggris. Kami mengambil jurusan yang sama. Kami dekat karena kami berdua sama-sama dari Asia Timur."

"Lalu di mana Akira sekarang?"

Hyunsuk menghentikan jemarinya sejenak, "Dia tewas."

Ada keheningan yang panjang di dalam ruangan itu. Hanya bunyi mesin yang mengisi kesunyian di ruangan itu.

Hyunsuk melanjutkan ceritanya, "Dia tewas karena kecelakaan kerja. Saat itu, dia sedang menguji inovasi rancangan robotnya. Tapi gudang tempatnya mengujicoba terbakar karena kelebihan daya."

Hyunsuk terdiam setelah selesai bercerita. Ia kini berkonsentrasi penuh pada layar komputer di depannya.

"Sudah selesai," ujar Hyunsuk mengejutkan Yoonbin. "Aku sudah menganalisis brainchip-nya. Sayangnya ada beberapa file yang rusak. Haruskah aku menghapusnya?"

Yoonbin menoleh pada Hyunsuk, "File apa?"

Hyunsuk menggeleng. "Aku tidak tahu. Aku sama sekali tidak bisa membukanya."

Yoonbin memijat keningnya yang tiba-tiba berdenyut sakit. "Kalau begitu hapus saja."

***

EMPIRE KNIGHTSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang