~ Bab 16 ~

663 99 0
                                    

Malam sudah larut dan Jeongwoo sudah selesai mengerjakan tugasnya. Ia bersiap untuk tidur. Ia merapikan buku-bukunya, mematikan lampu utama dan hanya menyalakan lampu tidur. Ia menaiki tempat tidurnya dan menyelimuti sekujur tubuhnya. Sebelum Jeongwoo menutup mata, ia menatap Jaehyuk yang hanya diam di atas tempat tidur sejak sepulang sekolah.

Sepupunya itu terlihat aneh sejak tadi. Tidak banyak bicara dan tidak menemaninya belajar. Sungguh bukan seperti Yoon Jaehyuk yang ia kenal. Saat ini, Jaehyuk tidur memunggungi Jeongwoo sehingga ia tidak tahu apakah sepupunya itu sudah tidur atau belum.

'Mungkin suasana hatinya sedang tidak baik. Lebih baik aku tanyakan besok saja.'

Jeongwoo menyamankan diri. Ia menutup mata, mencoba untuk tidur. Tak lama kemudian, ia mendengar suara sesegukan seseorang dan Jeongwoo yakin itu adalah Jaehyuk. Jeongwoo bergeming, memastikan pendengarannya benar. Suara tangisan itu semakin terdengar jelas. Jeongwoo sudah tidak tahan lagi.

Ia melompat dan beranjak ke tempat tidur Jaehyuk. Ia segera duduk dan menepuk bahu Jaehyuk pelan. "Hyung..."

Tidak ada jawaban dari Jaehyuk. Sepupunya itu masih menangis dan membuat Jeongwoo semakin bingung. Ia tidak suka menduga-duga karena itu tidak pasti baginya.

"Jaehyuk Hyung, ada apa? Jangan membuatku khawatir," ujar Jeongwoo. Sejujurnya, mendengar Jaehyuk menangis saja sudah membuat Jeongwoo ingin menangis. Ini sudah kedua kalinya dalam kurun waktu kurang dari satu bulan Jaehyuk menangis. Kemarin sepupunya itu menangis karena melihat Asahi berciuman dengan seseorang. Sekarang apa lagi? Apakah masih karena Asahi?

"Jeongwoo-ya..." dengan suara tercekat, Jaehyuk membalik tubuhnya. Ia duduk dan memeluk Jeongwoo begitu saja.

Jeongwoo tidak berbuat banyak. Ia hanya mengelus punggung Jaehyuk, berharap hal itu bisa menenangkannya.

"Jeongwoo-ya, Asahi memutuskanku."

Jeongwoo berteriak dalam hati. Ia melotot tak percaya dan hanya bisa mengeratkan pelukan mereka. Ia bisa merasakan air mata Jaehyuk telah membasahi baju tidurnya. Tapi ia tak peduli. Ia hanya ingin Jaehyuk segera menyudahi tangisannya.

"Kenapa Asahi Hyung memutuskanmu?" tanya Jeongwoo penasaran.

Jeongwoo bisa merasakan Jaehyuk menggeleng di atas pundak kirinya. "Aku tidak tahu. Dia hanya bilang kalau kami harus putus."

Di balik punggung Jaehyuk, Jeongwoo mengepalkan tangannya. Rasanya ia ingin meninju Asahi karena membuat sepupu kesayangannya menangis. Jeongwoo tidak terima Jaehyuk diputuskan dengan alasan tidak jelas.

"Jeongwoo-ya, apa salahku?"

Jeongwoo terkejut. Ia tahu bahwa Jaehyuk berada di salah satu titik rendahnya. Ia sudah bersama Jaehyuk bertahun-tahun sehingga ia tahu bagaimana perilaku Jaehyuk.

"Hyung, jangan begitu. Ini bukan salah Hyung. Ini adalah salah Asahi Hyung karena tidak memberikan alasan yang jelas. Hyung terlalu baik untuk Asahi Hyung."

Jeongwoo merasa Jaehyuk memeluknya lebih erat lagi. Badannya mungkin akan sakit setelah ini tapi ia tak peduli. Ia hanya ingin, Jaehyuk yang ia kenal kembali. Ceria, banyak bicara, dan bersemangat.

'Hyung, ku mohon. Jangan begini.'

***

Hari berganti hari hingga tak terasa sudah seminggu berlalu...

Jaehyuk sudah mulai bisa melupakan Asahi. Ia mulai menjalani hari seperti biasa. Meskipun terkadang Jeongwoo menyadari Jaehyuk tiba-tiba melamun dan sedih. Jeongwoo selalu menemani Jaehyuk ke mana pun. Mereka kini berhenti makan siang bersama dengan teman-teman Asahi. Mereka lebih sering menghabiskan waktu berdua, sama seperti yang mereka lakukan di sekolah lama mereka.

Hari ini hari Minggu. Tidak ada kegiatan sekolah dan asrama. Jeongwoo yang berguling di tempat tidur terkejut melihat Jaehyuk keluar dari kamar mandi dalam keadaan rapi. Ia segera mendudukkan diri dan menginterogasi Jaehyuk.

"Hyung mau ke mana?"

"Bertemu Jihoon Hyung," jawab Jaehyuk sambil tersenyum pada Jeongwoo.

Jeongwoo sudah bersyukur senyum Jaehyuk telah kembali. Meskipun ia menyadari bahwa senyum itu tidak pernah sampai ke mata Jaehyuk. Tapi setidaknya, luka itu akan sembuh sedikit demi sedikit.

Jeongwoo memperhatikan Jaehyuk yang sedang merapikan rambut. "Di mana?"

"Di café langganan kami."

"Aku ikut!"

"Tidak!" seru Jaehyuk sambil memberikan tatapan kejam pada Jeongwoo. Meskipun bagi Jeongwoo, tatapan itu sama sekali tidak menakutkan.

Jeongwoo mengerucutkan bibir. Ia terlihat kecewa. "Kenapa?"

Jaehyuk kembali menatap cermin. "Karena aku ada pembahasan penting dengan Jihoon Hyung. Kamu tidak perlu tahu."

Karena kesal, Jeongwoo mengambil boneka singa di tempat tidurnya. Ia melemparkan boneka itu sekeras mungkin hingga mengenai punggung Jaehyuk. Bukannya marah, Jaehyuk justru tertawa keras.

Dan Jeongwoo bersyukur.

Itu adalah tawa pertama Jaehyuk setelah diputuskan Asahi.

***

"Kamu keluar sendirian?"

Jaehyuk mengangguk sambil menerima earpod yang diserahkan petugas keamanan padanya. Ia segera mengenakannya. Satu ia kenakan di telinga bagian kanan, sedangkan satunya ia masukkan ke dalam saku celana. Hanya sekedar berjaga-jaga. Itu pun atas saran petugas keamanan.

"Sebaiknya kamu mengajak salah satu temanmu."

Jaehyuk menggeleng. "Tidak apa-apa. Aku ada keperluan privasi."

Petugas keamanan itu mengangguk. "Baiklah. Tolong hati-hati di jalan. Kembalilah sebelum jam makan malam."

Jaehyuk mengangguk lalu undur diri. Ia berjalan menuju halte terdekat. Ia perlu naik bus untuk pergi ke kota kelahirannya, mengunjungi café langganannya dengan Jihoon. Ketika bus datang, tanpa ragu Jaehyuk memasuki bus tersebut dan menghilang di belokan jalan.

Sementara itu, si petugas keamanan menghubungi bagian pusat keamanan.

"Seorang siswa keluar sendirian. Tolong pantau terus GPS-nya. Kode GPS 237."

***

EMPIRE KNIGHTSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang