~ Bab 23 ~

767 96 34
                                    

Pintu ruang rawat terbuka dan mengalihkan atensi Asahi dari pemandangan di ruang jendela. Ia telah dipindahkan dari ICU ke kamar rawat yang umumnya digunakan oleh manusia. Keadaannya sudah stabil dan energinya sudah pulih. Operasi di bagian otaknya juga sudah selesai, meskipun itu hanya sekedar mengembalikan brainchip saja.

"Jaehyuk!" panggil Asahi dengan riang.

Jaehyuk perlu menoleh pada Jeongwoo, yang diajaknya ikut menjenguk Asahi, hanya untuk memastikan bahwa ia tidak salah dengar.

"Jaehyuk, kenapa kamu lama sekali?" tanya Asahi dengan nada setengah merajuk.

Jaehyuk kembali menatap Asahi. Ia bingung. Ia mengorek telinganya, memastikan apakah ada kotoran yang tersangkut di sana hingga ia berhalusinasi bahwa Asahi terdengar merajuk padanya.

Jeongwoo mendorongnya mendekati tempat tidur Asahi. Di depan tempat tidur Asahi, ada seorang laki-laki yang sepertinya pernah dilihat Jaehyuk. Laki-laki itu berdiri menyambut Jaehyuk dan Jeongwoo.

"Kau?"

"Aku Choi Hyunsuk. Aku yang menghubungimu tadi."

Jaehyuk mengangguk, "Sepertinya aku pernah melihatmu sebelumnya."

Hyunsuk tersentak tapi kemudian ia menjelaskan, "Ah, iya. Itu saat hari pertamaku masuk ke sini. Kita bertemu di depan Security Building. Ingat? Aku yang waktu itu memanggil Asahi sebagai Akira."

Jaehyuk mulai mengerti siapa laki-laki di depannya. "Ah, iya. Aku mengingatmu."

Tiba-tiba Jaehyuk merasakan tangan dingin memegang jemari tangannya. Jaehyuk menoleh dan mendapati bahwa itu adalah tangan Asahi. Dengan pelan, Asahi menarik tangan Jaehyuk dan membuat Jaehyuk berdiri tepat di samping tempat tidurnya. Detik selanjutnya, Asahi melingkarkan lengannya di pinggang Jaehyuk.

"Jaehyuk-ah, I miss you." kata Asahi sambil menenggelamkan wajahnya di perut Jaehyuk.

Tentu saja hal itu mendatangkan reaksi berbeda-beda dari ketiga laki-laki di ruangan itu. Jaehyuk syok karena tidak biasanya Asahi bisa se-cringe itu. Jeongwoo, laki-laki itu tidak percaya bahwa Asahi bisa melakukan hal seperti itu. Hingga secara tak sadar, Jeongwoo membuka mulutnya lebar.

'Bukankah mereka sudah putus?' seperti itulah pertanyaan yang berputar di otak Jeongwoo.

Sementara itu, Hyunsuk, laki-laki itu terkejut dengan reaksi Jaehyuk dan Jeongwoo. Seolah tidak pernah melihat Asahi seperti itu sebelumnya. 'Apakah aku salah memasukkan data?'

Jaehyuk menoleh pada Hyunsuk lalu bertanya, "Ada apa dengannya?"

Hyunsuk hanya mengangkat bahu, "Bukankah sudah biasa seorang pasangan seperti itu?"

Jaehyuk membuka mulutnya terkejut.

Kali ini Jeongwoo ikut berbicara, "Hyung, mereka sudah putus!"

"Apa!?"

Tiba-tiba Hyunsuk segera berlari ke sudut ruangan. Ia duduk dan membuka laptopnya dengan cepat. Laki-laki itu menekan keyboard dengan sangat cepat dan terkesan panik.

Sementara itu, Jaehyuk justru sedang mengamati Asahi yang sedang mengusapkan wajahnya di perut Jaehyuk yang hanya terhalang baju rumah sakit. Sesekali Asahi terkikik tanpa alasan. Jaehyuk tidak bisa berbuat banyak selain mengelus rambut belakang Asahi. Gestur kecil itu rupanya mendatangkan tawa lirih dari Asahi.

"Astaga!"

Pekikan Hyunsuk mendatangkan tatapan penuh tanya dari Jaehyuk dan Jeongwoo. Tanpa ditanya, Hyunsuk menjelaskan apa yang ia temukan.

"Tadi saat aku memasukkan memori ke dalam brainchip-nya, aku hanya menuliskan namamu saja dan keterangan hubungannya denganmu. Aku hanya menuliskan namamu sebagai kekasihnya. Dan ternyata, saat tertidur tadi, Asahi mencari di mesin pencarian bagaimana umumnya hubungan sepasang kekasih itu."

"Kenapa bisa begitu?" tanya Jeongwoo.

Hyunsuk menatap Jeongwoo dan berasumsi bahwa mungkin teman Jaehyuk ini sudah tahu tentang identitas Asahi. Jadi, Hyunsuk melanjutkan penjelasannya. "Karena tadi aku tidak menuliskan bagaimana hubungan kalian berjalan. Dan karena dasarnya seorang humanoid itu selalu ingin tahu, jadi dia mencari di mesin pencarian tentang bagaimana cara ia bersikap dan menanggapi sebuah informasi."

Jeongwoo menepuk dahi dan berkata dengan frustasi, "Tapi mereka berdua sudah putus!"

Asahi berhenti mengusap wajahnya. Laki-laki itu duduk tegak dan menengadah pada Jaehyuk, "Kita putus? Apakah kita sudah putus?"

Entah mengapa kata-kata Jeongwoo tadi sedikit menyinggung Jaehyuk. Jaehyuk menepuk punggung Jeongwoo lalu kembali menatap Asahi. Ekspresi Asahi saat ini adalah ekspresi yang belum pernah ia lihat sebelumnya. Asahi menatap sayu pada Jaehyuk seolah tidak ingin mereka putus. Lalu apakah Jaehyuk ingin putus dari Asahi? Tidak. Dari awal, ia memang tidak ingin putus dengan Asahi.

Jaehyuk mengelus rambut Asahi pelan, "Tidak. Kita tidak putus, Asahi."

"Hyung!" teriak Jeongwoo di belakangnya. Tapi Jaehyuk tidak peduli.

Ia mungkin sudah gila karena ia jatuh hati pada sebuah robot. Ya, robot paling tampan yang pernah ia temui. Robot paling nyata yang pernah ia lihat. Robot paling manusiawi yang pernah ia ketahui. Ya, Jaehyuk mungkin sudah gila.

"Ppoppo!"

"HAH?" Tiga laki-laki di ruangan itu menyuarakan reaksi yang sama. Sontak saja rona merah segera menjalar di pipi mereka masing-masing.

Hyunsuk menutup laptop dan segera berdiri, "Aku harus pergi sekarang. Sepertinya aku perlu berkonsultasi dengan seniorku untuk menyelesaikan masalah ini."

Dan Hyunsuk benar-benar pergi setelah itu. Meninggalkan Jaehyuk dan Jeongwoo yang masih syok di tempat masing-masing.

Terjadi kesunyian yang canggung di ruangan itu. Asahi masih menatap sayu sambil mengerucutkan bibirnya pada Jaehyuk. Sementara Jaehyuk benar-benar tidak tahu apa yang harus dilakukan. Ia tidak bisa mencium Asahi di depan Jeongwoo. Itu memalukan.

Jeongwoo melirik Jaehyuk. Ia tahu sepenuhnya apa yang ada di kepala sepupunya. Kemudian ia mendapat ide. Jeongwoo mengeluarkan ponsel dan menempelkan di telinganya. Sambil menjawab panggilan itu, Jeongwoo berjalan menjauhi Jaehyuk. Ia berjalan ke pintu keluar ruangan.

"Oh, Haruto? Ada apa? Tugas sekolah? Astaga! Aku lupa. Di mana kamu? Di perpustakaan? Baiklah, aku pergi ke sana sekarang. Bye!"

Dan sekali lagi, pintu tertutup.

Tersisa Jaehyuk dan Asahi di ruangan itu. Sangat canggung dan mencekik bagi Jaehyuk. Ia bahkan tidak bisa memungkiri bahwa jantungnya berdetak lebih cepat hanya karena melihat perubahan 180 derajat dari seorang Asahi.

"Jaehyuk-ah,"

"Eh?"

"Apakah benar kata Jeongwoo tadi bahwa kita sudah putus?"

"Tidak," jawab Jaehyuk cepat. Ia hanya tidak ingin Asahi berpikir jika ia mencari alasan.

"Benarkah?"

Jaehyuk hanya mengangguk sambil tersenyum. Ia bisa meleleh kalau terlalu lama melihat Asahi merajuk seperti itu.

"Jadi, bisakah kamu," Asahi menggantung kalimatnya, "menciumku?"

Jaehyuk membungkuk hingga ia bisa sejajar dengan wajah Asahi. Humanoid itu sudah menutup mata dan menunggu. Padahal sepertinya seminggu yang lalu ia terlihat dingin dan sulit untuk dijangkau. Tapi kali ini...

"Jae_"

Kalimat Asahi terpotong karena Jaehyuk telah menciumnya. Itu adalah ciuman pertama mereka. Anggap saja ciuman pertama mereka yang datang dari kemauan mereka sendiri. Bukan paksaan atau kemauan salah satu dari mereka.

'I must be crazy!'

***

EMPIRE KNIGHTSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang