~ Bab 22 ~

743 105 0
                                    

Ponsel Yoshi berdering. Ia sudah berada di kamarnya sendiri. Beruntung, Yoonbin tidak berada di kamar. Jadi Yoshi dapat melakukan rutinitas paginya meskipun terlambat. Hari ini, ia, Mashiho, dan Haruto tidak masuk sekolah. Mereka sudah sangat terlambat untuk bersiap-siap. Alih-alih mengejar ketinggalan, ketiganya memilih untuk menenangkan diri di kamar.

Yoshi mengambil ponselnya dan menerima panggilan itu, tanpa melihat nama penelponnya. "Halo?"

"Yoshi! Syukurlah kamu masih mau mendengarkanku."

Yoshi tidak menyahut. Ia menjauhkan telinganya dari ponsel dan membaca nama pemanggil. Ia mengumpat dalam hati karena ceroboh menerima panggilan itu. Yoshi berniat untuk mematikan panggilan itu ketika suara di seberang menghentikannya.

"Tunggu! Jangan tutup dulu, Yoshi. Dengarkan aku!"

Yoshi menghela napas. Ia tahu, cepat atau lambat mereka harus bicara. Yoshi kembali mendekatkan ponsel ke telinganya. "Ada apa, Yoonbin?"

Suara Yoshi terdengar datar dan dingin. Satu dari sekian hal yang ditakuti Yoonbin.

Yoonbin mencoba tenang lalu berkata, "Kita harus bicara."

"Bicaralah di sini!"

"Tidak. Kita harus bertemu, Yoshi."

"Sekarang atau tidak sama sekali," ancam Yoshi.

Ancaman itu membuat Yoonbin semakin takut pada Yoshi. Ia menghela napas lagi. "Baiklah. Aku akan berbicara denganmu lewat panggilan ini saja."

"Bagus," jawab Yoshi ketus. Ia menyampirkan handuknya di dekat kamar mandi, sementara ia mengambil pakaian yang akan dikenakannya.

"Jadi, kenapa kamu marah padaku?"

Yoshi menghentikan gerakannya mencari pakaian. Ia setengah tak percaya pada pendengarannya. "Kenapa? Kamu masih bertanya kenapa?"

Yoshi mengambil salah satu kaos secara acak lalu melemparkannya ke atas tempat tidur. "Ayolah, Yoonbin. Aku tahu kamu cerdas. Kamu pasti mengerti kesalahanmu."

Yoonbin menelan ludah. Meskipun ragu, ia mencoba menebak. "Karena Asahi? Karena aku menyembunyikan identitas asli Asahi?"

"Baguslah kalau kamu tahu." Yoshi mengubah pengaturan panggilan menjadi loud speaker. Ia mengenakan pakaiannya sambil mendengarkan perkataan Yoonbin selanjutnya.

"Baiklah. Untuk hal itu, aku sadar aku salah. Maafkan aku." Yoonbin menjeda kalimatnya. "Tapi kenapa aku merasa bahwa kamu sedikit melebih-lebihkan masalah ini? Maksudku, bukankah hubungan kita tidak ada hubungannya dengan Asahi?"

Yoshi menyambar ponselnya lalu berkata setengah berteriak pada Yoonbin. "Kamu bilang aku melebih-lebihkan masalah ini?"

Yoonbin tidak menjawab. Ia tahu bahwa Yoshi sedang dalam mode marah.

"Yoonbin, ini memang masalah yang besar bagiku. Kamu menyembunyikan identitas Asahi yang notabene adalah salah satu sahabatku. Kenapa kamu menganggap dia tidak ada hubungannya dengan kita?"

Yoonbin masih tidak menjawab. Kali ini ia akan membiarkan Yoshi mengeluarkan uneg-unegnya.

"Yoonbin, ku pikir kamu mengenalku dengan baik."

"Aku memang mengenalmu dengan baik, Yoshi."

Yoshi menggeleng meskipun Yoonbin tidak bisa melihatnya. "Tidak. Kamu hanya mengenalku secara fisik tapi tidak tahu apa yang ku pikirkan."

"Yoshi, tolong, jangan begini padaku," ujar Yoonbin setengah memohon.

"Kenapa? Kamu tahu kamu kehilangan mainanmu?" tanya Yoshi dengan nada menyindir.

"Apa!?"

"Aku mainanmu. Kamu pikir aku tidak tahu tentang itu?"

"Yoshi, aku tidak pernah berpikir bahwa kamu_"

"Mainanmu." Yoshi menahan diri untuk tidak menangis. Sejujurnya, ia terluka mengatakan ini. Tapi ia tidak bisa menahannya lagi. "Aku tahu bahwa kamu tidak pernah mencintaiku."

"YOSHI, AKU MENCINTAIMU!"

Yoshi mendudukkan diri di atas tempat tidur. Sekeras apapun ia bertahan, air matanya turun juga. Ia menjauhkan ponselnya. Ia tidak mau Yoonbin mendengar tangisannya.

"Yoshi, aku tidak pernah main-main denganmu. Perasaanku padamu itu nyata. Tapi bukankah kamu yang memintaku untuk menyembunyikan hubungan kita? Ingat! Kamu tidak ingin kerajaan tahu kalau kamu bersamaku, kan?"

Yoshi membungkam mulutnya. Ia tahu bahwa ia juga salah. Tapi sisi egonya masih tidak bisa menerima itu.

"Jika kamu mengijinkanku, aku akan mengatakan pada dunia bahwa aku mencintaimu, Yoshi. Jadi tolong, Yoshi, jangan begini padaku."

Yoshi menemukan keberaniannya. Dengan suara serak ia berkata untuk mengakhiri panggilan itu, "Selamat tinggal, Yoonbin."

***

"YOSHI! YOSHI! HALO, YOSHI!"

Yoonbin menjauhkan ponselnya. Ia menatap layar ponsel yang hanya menampilkan wallpaper depan. Panggilan itu sudah selesai. Yoshi menutup panggilan itu. Juga menutup kesempatan Yoonbin untuk memperbaiki hubungan mereka.

Yoonbin mendudukkan diri di atas lantai yang dingin. Ia menekuk lutut dan membenamkan wajahnya di sana. Tak berselang lama, suara tangisan lolos dari mulutnya.

"Yoshi, ku mohon. Jangan lakukan ini padaku."

"Asal kamu tahu, Yoshi. Aku tidak bisa hidup tanpamu."

***

Jaehyuk sedang makan dengan Jeongwoo di kamar rawat ketika ponselnya berdering. Mereka saling menatap sebentar, lalu Jeongwoo mengambilkan ponsel Jaehyuk yang ada di atas meja. Jeongwoo melihat nama penelponnya dan sedikit terkejut melihat nama itu.

"Siapa yang menelpon, Jeongwoo?" tanya Jaehyuk penasaran.

Jeongwoo sedikit ragu mengatakannya tapi sepupunya berhak tahu. "Asahi Hyung."

Jaehyuk mengernyitkan dahi. Ia bingung mengapa Asahi menelponnya. 'Bukankah humanoid itu sedang diperbaiki? Kenapa dia bisa menelponnya?'

Lamunan Jaehyuk buyar ketika Jeongwoo menyodorkan ponsel itu padanya. "Angkatlah."

"Tapi_"

Jeongwoo memaksa Jaehyuk menerima ponsel itu. "Mungkin dia ingin memberikan penjelasan. Dengarkan saja dulu, Hyung."

Jaehyuk membenarkan saran Jeongwoo. Ia menatap ponselnya ragu. Setelah menghela napas, Jaehyuk menerima panggilan itu. "Halo?"

"Halo, apakah benar ini Yoon Jaehyuk?"

Suara di seberang sana sukses membuat Jaehyuk bingung. Penelponnya bukan Asahi. Ia menatap Jeongwoo bertanya-tanya. Jeongwoo justru membalasnya dengan tatapan tak mengerti.

"Ini siapa?" tanya Jaehyuk setelah berhasil mengendalikan diri.

"Oh, iya. Namaku Choi Hyunsuk. Aku orang yang ditugasi merawat Asahi."

Mendengar jawaban itu, entah mengapa Jaehyuk merasa sedikit lega. "Baiklah. Ada apa?"

Hyunsuk tidak segera menjawab. Samar-samar Jaehyuk bisa mendengar suara Asahi di seberang sana. Tapi kemudian suara Hyunsuk kembali terdengar. "Asahi ingin bertemu denganmu."

Jaehyuk terdiam. Ia hampir saja menjatuhkan ponselnya karena saking tidak percaya. Jeongwoo menepuk lengan Jaehyuk hingga ia sadar dan kembali mendengar suara Hyunsuk.

"Asahi baru saja sadar dan dia terus mencarimu. Bisakah kamu ke sini?"

"Ke mana?" tanya Jaehyuk sambil melirik Jeongwoo yang sedang memperhatikannya.

"Rumah sakit sekolah. Aku akan mengirimkan nama dan nomor ruangannya melalui pesan."

Jaehyuk mengangguk. "Baiklah. Aku akan ke sana."

Sedikit salam perpisahan lalu Jaehyuk menutup panggilan itu. Jeongwoo yang sudah tidak bisa menahan rasa penasarannya bertanya. "Hyung mau ke mana?"

Jaehyuk menyibak selimut hendak turun dari tempat tidur. "Menjenguk Asahi."

***

EMPIRE KNIGHTSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang