"Kamu dimana Airaaa." Jungwoo terlihat frustasi, ia menggenggam setir mobil itu sebagai pelampiasan, matahari sudah mau terbenam dan Aira belum juga ketemu. Ia menghela nafas, sesak rasanya.
•••
"Aku dimana sekarang?" Aira celingak-celinguk kebingungan, "Sebentar lagi malam dan aku belum pulang, apa mereka mencari ku?" Aira mengambil ponsel dari saku celananya, tidak ada satupun telpon dari mereka. Mereka memang tidak peduli.
"Kenapa aku memikirkan mereka Aira? Mereka juga tidak peduli." Penasaran dimana dia sekarang, ia membuka maps, ternyata jaraknya dengan rumahnya cukup jauh, "Aku gak nyangka bisa jalan sejauh ini."
Dddrrrttt! Nama Jungwoo langsung muncul di layarnya.
"Halo..." Senyuman terkembang di wajah Jungwoo ada rasa lega ketika Aira mengangkat telponnya.
"Kamu dimana?"
"Aku... Tidak tahu, kau tidak perlu mencari ku."
"Kenapa kamu mengatakan itu?"
"Orang tua ku tidak peduli denganku." Terdengar isakan Aira di telpon, walaupun agak sedikit samar.
"Buat apa Aira memikirkan itu? Aku akan mencarimu."
"Terserah mu." Aira mematikan teleponnya tanpa menunggu jawaban Jungwoo.
***
"Aira?"
"Chenle?"
"Kenapa kau disini?"
"Tidak ada, aku hanya jalan-jalan."
"Tapi ini sudah malam, kau sendirian dan matamu sembab. Apa kau habis nangis?"
"Tidak! Aku kelilipan tadi." Aira berusaha meyakinkan Chenle
"Aku akan mengantarmu pulang." Chenle memegang tangan Aira, ia tahu kalau temannya itu dalam masalah, ia juga tahu kalau temannya itu berbohong. Sementara Aira tidak bisa berbuat apa-apa, ia takut kalau ia menolak, Chenle bisa jadi curiga.