"Papa! Jungwoo! Ayo makan! Aku sudah memasakkan nasi goreng kesukaan kalian." Aira berteriak di belakang mereka kemudian berlari kembali ke lantai bawah.
"Hati-hati Aira!" teriak Jungwoo.
"Aku merindukan suara itu," ujar papa Aira pelan.
"Kalau begitu ayo kita turun dulu, pa. Nanti Aira marah kalau tidak direspon."
"Hahahaha ayo."
Mereka pun turun dan yang benar saja Aira dan Mama sudah mempersiapkan semuanya.
"Siapa yang memasak ini?" tanya papa.
"Aira dong, pa," sahut Aira sambil menarik kursi di samping Jungwoo.
Makan bersama kali ini tidak seperti yang dulu, kali ini penuh dengan canda tawa. Aira menginginkan ini terulang kembali tapi mengingat dia sudah menikah, mungkin akan jarang ada hal seperti ini lagi.
***
"Jungwoo, papa tadi ngomong apa sama Jungwoo?"
"Tidak ada," ucap Jungwoo, ia terus fokus dengan jalan. Sekarang dia dan Aira sedang menuju ke rumah orang tuanya
"Bohong."
Jungwoo berusaha mencari alasan, tidak mungkin dia memberitahukan soal itu dengan Aira. Ia tidak mau mengecewakan mertuanya itu.
"Kami hanya membuat sebuah janji."
"Janji? Apa?"
"Rahasia."
Aira memanyunkan bibirnya, ia ingin tahu rahasia apa yang kedua pria itu buat, "Baiklah kalau Jungwoo tidak mau memberitahuku." Kini Aira mengalihkan pandangannya ke kaca mobil, gedung-gedung besar menghiasi matanya sepanjang jalan. Hingga akhirnya mereka berhenti di depan lampu merah, sisa satu menit lagi supaya mereka bisa jalan.
Jungwoo mengalihkan pandangannya ke Aira yang sedari tadi hanya melihat keluar. Mata coklatnya terlihat jelas jika terkena sinar matahari, rambutnya tergerai halus. Jungwoo menggerakkan tangannya ke pipi halus Aira.
Merasa pipinya disentuh Aira menoleh ke arah Jungwoo, pria itu tersenyum manis melihat Aira dengan tatapan lembut.