PAGE 7 : Für Elise

1K 152 9
                                    

Setelah minum obat dan mendapat suntikan antibiotik, Krist dipindahkan ke atas ranjang dengan di gendong oleh Singto. Krist berbaring, namun ia tidak tertidur.

"Singto, aku mau ketemu Lilly dulu, kau disini temani Krist, ya?" Kata Nan.

Singto mengangguk. "Iya... "

Nan dan suster yang tadi membawakan Krist obat, keluar bersama. Dan sekarang tinggal Singto dan Krist yang ada di ruangan rehabilitasi. Mata Krist berkedip sayup, ia tampak mengusahakan untuk tetap membuka mata. Singto tertawa kecil melihatnya.

"Pasti efek obat tadi membuatnya mengantuk... " batin Singto.

Namun tiba-tiba ponsel Singto berdering, melodi für elise milik Beethoven mengalun sampai ke telinga Krist.

Singto berdiri lalu berjalan ke luar ruangan untuk menerima panggilan. "Halo?"

"Singto, kau dimana sekarang?"

"Di rumah sakit, kenapa?"

"Kami membutuhkanmu disini. Kau bisa kesini?"

"Sekarang?"

"Iya lah... "

Singto berbalik menatap Krist yang juga menatapnya, ada perasaan ragu jika harus meninggalkan Krist. "Sepertinya aku tidak bisa. Aku harus mengurus sesuatu disini"

"Apakah sangat penting?"

Singto melihat Krist lagi. "... hm ini penting"

"Hah... baiklah"

Sambungan terputus. Singto kembali ke dalam ruangan. Ia duduk di kursi samping ranjang Krist. "Kau tidak tidur?"

Mata Krist mengikuti tangan Singto yang meletakkan ponsel di meja. Dan Singto menyadarinya. "Kau tertarik dengan ini? Ini namanya ponsel"

Tangan Krist terangkat. Singto menyerahkan ponselnya untuk digenggam Krist. Pemuda itu melakukan hal yang Singto lakukan saat menerima panggilan telepon, yaitu dengan menempelkannya pada telinga.

"Hey... Kau meniruku? Begini... " Singto membenarkan posisi ponselnya di telinga Krist.

Krist memiringkan kepala. Ia tak mendengar apa-apa.

"Oh aku tahu... " Singto mengambil i-pad ditasnya. Ia mengetik nomor ponselnya dan men-dial nomor tersebut.

Krist terkejut saat nada dering dari ponsel Singto berbunyi. Singto terkekeh, dan juga tertegun karena Krist menempelkan ponselnya ke telinganya. Krist tampak sedang menghayati alunan melodi dari musik klasik tersebut.

"Kau suka musiknya?"

Krist menatap Singto, ia berkedip sekali. Singto tersenyum. "Kalau begitu, tekan ini... "

Singto menekan ikon telepon hijau, Krist sedikit bingung karena musik berhenti. Kemudian, Singto berjalan keluar ruangan. Ia dan Krist saling pandang melalui kaca jendela. Lalu Singto berbicara lewat I-padnya.

"Kau bisa mendengar suara ku?" Tanya Singto. Ia terkekeh karena melihat wajah terkejut Krist yang mendengar suara Singto dari ponsel di dekat telinganya.

"Bukankah ini menakjubkan? Kita masih tetap bisa mendengar suara satu sama lain walau jarak memisahkan. Krist... inilah masa depan"

Dengan suara Singto yang keluar dari ponsel yang ia pegang, Krist menatap Singto yang tersenyum dari balik kaca.

"Oh ya, nada dering yang kau dengarkan tadi adalah musik klasik ciptaan Beethoven, judulnya für elise. Musik ini ditujukan untuk seorang wanita bernama Therese yang sangat dicintainya, namun wanita itu malah menikahi pria lain. Lagu itu adalah bentuk perasaan Beethoven terhadap Therese, walau ia tahu cintanya takkan pernah terbalas"

[END] Heal Me - SKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang