PAGE 29 : In Singto's House

1.1K 131 20
                                    

Setelah acara perayaan kelulusan Singto di restoran, Roy mengajak Gigie dan Krist ikut ke rumah mereka dengan alasan keduanya pasti lelah setelah perjalanan panjang. Karena Gigie dan Krist datang ke kampus Singto dengan bus selama 4 jam perjalanan.

"Apa tidak merepotkan?" Tanya Gigie sebelum mereka keluar restoran.

"Ey... tidak merepotkan. Kami akan senang sekali kalau kalian mau menginap. Kalian sudah jauh-jauh datang kemari" kata Hani.

Gigie menoleh pada Krist yang masih memakan dessert ubinya yang tinggal separuh. "Kalau memang boleh, kupikir Krist juga akan senang lebih lama bersama Singto"

"Ya kan... kalau begitu ayo pulang" seru Hani.

Mereka pun keluar restoran bersama, menuju mobil dan langsung pergi ke kediaman keluarga Singto.

Saat memasuki halaman depan rumah yang cukup luas dan dihiasi banyak tanaman hijau yang menyejukkan mata, Roy dan Singto yang turun duluan, di susul Nan dan Hani. Kemudian yang terakhir adalah Gigie dan Krist.

"Wah... rumahnya besar ya... " ucap Gigie yang menatap rumah keluarga Singto yang dua kali lebih besar daripada rumahnya.

"Ini bukan apa-apa" sahut Hani. "Mari masuk... "

Gigie dan Krist masuk ke rumah bercat jingga terang berlantai dua.

"Khun Gigie, mari saya antar ke kamar anda untuk istirahat"kata Hani.

"B- baiklah"

"Singto, bisa kau siapkan kasur tambahan di kamarmu untuk Krist?"

Singto mengangguk pada Hani. Kemudian tangannya menggandeng tangan kiri Krist. "Ayo... "

Singto mengajak Krist ke lantai dua. Walau sedikit kesusahan, tapi Singto dengan sabar menuntun Krist menaiki anak tangga satu demi satu. Ia terus menggandeng tangan Krist menuju pintu itu bercat putih di sebelah kanan tangga. Saat di buka, tampaklah suasana kamar yang gelap.

Singto melepaskan tangan Krist dan berjalan untuk membuka gorden dan pintu geser dari kaca hingga cahaya matahari dapat masuk ke kamarnya yang bernuansa abu-abu terang dengan kasur size sedang yang memiliki kasur cadangan dibawahnya yang dapat ditarik keluar.

"Sebentar ya... " Singto menarik kasur ber-seprei hitam polos itu keluar lalu berbalik menghadap Krist yang masih berdiri di depan pintu masuk. "Aku akan tidur di bawah, kau bisa tidur di atas"

Krist melangkah masuk dan duduk di kasur bawah. Tangannya mengusap seprei hitam yang terasa halus dan dingin itu.

Singto duduk di samping Krist. Ia diam sejenak sambil memandangi wajah Krist. "Kau tidak lelah?"

Krist mendongak. "Singto... "

"Jawabannya tidak nyambung. Kau perlu lebih banyak kosakata dari itu"

"Singto... "

"Aku tahu namaku bagus"

"Singto... "

Singto tersenyum. "Apa?"

"Terima kasih"

Tangan Singto terangkat mengusap pipi Krist. "Tak perlu berterima kasih. Ini tugas manusia untuk saling membantu"

"Singto... "

"Hm?"

"Terima kasih"

Singto menghela nafas. "Iya sama-sama. Sekarang istirahatlah, aku tinggal ya... "

Baru saja Singto berdiri, tangannya di tahan oleh Krist. "D- disini... s- saja"

Singto menoleh. "Kau tidak lelah?"

[END] Heal Me - SKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang