Kejadian hari itu, memberi kesan tersendiri bagi Gigie, Krist maupun Singto. Jika Gigie merasa lega karena Godt sudah ditangkap kembali, sementara Singto merasa lega karena Krist baik-baik saja, begitu pula dengan Krist yang merasa lega karena bisa bertemu dengan Singto lagi.
Kini, mereka bertiga sedang berada di mobil polisi untuk diantar kembali ke rumah Gigie. Sementara mobil yang dibawa Singto harus di derek karena mengalami kerusakan yang cukup parah.
Selama di dalam mobil, Singto yang telah mendapatkan pengobatan, terus menggenggam tangan Krist yang tak mau melepaskan tangannya. Sementara Gigie yang duduk di samping Krist, hanya bisa tersenyum lega melihat Krist yang tampak sangat senang karena bisa bertemu lagi dengan Singto.
"Nak Singto... " panggil Gigie.
Singto menoleh. "Iya?"
"Kalau bisa, menginaplah di rumahku. Kau pasti lelah karena kejadian ini, bukan?"
"Baiklah, terima kasih Nyonya"
"Seharusnya aku yang berterima kasih. Karena kau, Krist bisa selamat"
Singto memperhatikan Krist yang duduk diam memandang ke depan. "Jika memang diijinkan oleh Tuhan, saya ingin tetap melindunginya sampai kapanpun"
Gigie tertegun melihat cara memandang Singto terhadap Krist. "Sorot mata itu... mengatakan lebih dari yang bibirnya ucapkan. Atau ini hanya perasaanku saja? Walau begitu, aku merasa tak berhak memisahkan mereka, setelah semua yang Singto lakukan untuk Krist" Batinnya.
Mobil yang membawa Gigie, Krist dan Singto sampai di depan rumah Gigie setelah sekitar satu setengah jam perjalanan. Gigie berbincang sebentar dengan polisi yang mengantar mereka, sementara Singto menggendong Krist menuju rumah. Namun ia berpapasan dengan Khan yang menggendong Natee dengan membawa tas kecil berisi baju Natee. Khan berjalan melewati Singto yang menunduk ke arahnya tanpa melirik sedikitpun.
"Apa aku melakukan kesalahan? Apa dia tidak melihatku?" Batin Singto. Ia mengendikan bahu lalu berjalan masuk ke dalam rumah. Ia mendudukan Krist di sofa ruang tamu.
Sementara di halaman setelah polisi pergi, Gigie menoleh saat melihat Khan berjalan ke arahnya, ia mengerutkan kening karena suaminya itu membawa tas junjung kecil. "P'Khan? Mau kemana?:
"Natee ingin ke rumah Neneknya, aku akan mengajaknya menginap disana"
"Oh... " Gigie melihat Natee yang memeluk erat leher Khan. "Natee, kau tidak mau pamit dengan Mama?"
Natee tak menjawab, menoleh pun tidak. Gigie menyadari sikap Natee yang demikian itu adalah karena ulahnya.
"Kau sebaiknya istirahat, aku akan mendengar ceritanya besok" kata Khan.
"Maafkan aku... " Gigie menunduk. "Aku tahu sikapku tadi memang keterlaluan, aku hanya terlalu khawatir dengan Krist dan panik"
"Tak apa, masuklah, mereka berdua menunggu di dalam"
Gigie mengangguk. Khan pun pergi, ia naik taksi yang sudah ia pesan menuju kediaman orang tuanya, Kakek dan Nenek Natee.
Gigie hanya berdiri menatap taksi yang membawa suami serta anaknya itu pergi menjauh. "Benar, biarkan seperti ini dulu agar tenang sejenak... " batinnya.
Gigie beranjak masuk ke dalam rumah dimana ia langsung disuguhi pemandangan yang menghangatkan relung dadanya. Dimana Krist yang tersenyum manis saat diajak bicara oleh Singto.
"Selama Krist disini, ia memang tak pernah tersenyum. Tapi.... karena ada Singto, ia seolah mendapatkan sumber kebahagiaannya" batin Gigie, ia juga tersenyum getir. "Kenapa aku jadi merasa iri... ? Padahal seharusnya aku sadar diri karena akulah Krist kehilangan senyumnya dan hanya Singtolah yang bisa memunculkan kembali senyum itu"
KAMU SEDANG MEMBACA
[END] Heal Me - SK
FanfictionCast : Singto + Krist Genre : bromance Summary : Singto memutuskan untuk berlibur ke kampung halaman Neneknya Namun, siapa sangka keputusannya itu malah membawanya pada sebuah kasus penculikan anak 15 tahun yang lalu Pertemuannya dengan korban yang...