PAGE 19 : Attempt

953 117 9
                                    

Selama di rumah, Gigie terus memberi perhatian pada Krist. Terutama tentang makan, karena pemuda itu tidak mau makan dari pagi. Gigie sudah mengiming-iminginya dengan enaknya makanan yang ia buat.

"Krist, lihatlah ini, buburnya sangat lembut dan masih hangat. Ada sayur dan ayam yang Mama potong kecil-kecil agar mudah dimakan. Dan... hmm... aromanya sangat enak lho... "

Tapi, sama seperti sebelumnya, Krist bahkan tak menoleh pada Gigie. Ia tetap diam mendengarkan lagu Für Elise dari MP3 Player.

Kemudian Gigie teringat akan perkataan Singto bahwa Krist suka makan ubi madu. Jadi, ia mencoba membujuknya dengan makanan itu.

"Kalau begitu, bagaimana dengan ubi ini?" Gigie mengangkat semangkuk ubi ke hadapan Krist. "Ayo, lihatlah... ini kesukaanmu, kan? Ini madu rasanya manis dan lembut, cobalah"

Krist melirik mangkuk ubi di hadapannya, kemudian beralih pada Gigie yang tersenyum ke arahnya.

Gigie mengusap pipi tirus Krist. "Walaupun disini tidak ada dokter Lilly yang merawatmu. Walaupun disini tidak ada Khun Nan yang menjagamu. Dan walaupun disini tidak ada Singto yang menemanimu mengobrol dan bermain. Tapi.... Disini ada Mama. Mama juga ingin seperti mereka bertiga yang bisa kau andalan. Boleh kan?"

Tangan Gigie di pipinya memang sangat berbeda dengan tangan Singto, namun hangatnya sama.

Perasaan ini, perasaan yang tak asing bagi Krist. Perasaan yang sepertinya pernah ia rasakan, tapi tak tahu kapan. Krist tak bisa mengingatnya,  ia hanya menyukai belaian itu.

"Jadi? Mau makan? Ubinya... "

Tangan Krist terulur, mengambil sepiring ubi dan memakannya. Itu membuat Gigie tersenyum saat Krist mengambil sepotong lagi.

"Tak apa, pelan-pelan saja"

💉💉💉💉💉💉💉💉💉💉💉💉💉

Singto dan Beam baru saja keluar dari kelas.

"Singto, aku lapar, ayo makan!"

"Hm... "

Mereka berdua pun pergi ke kantin untuk makan siang. Keduanya mengantri di salah satu kios makanan.

"Kau mau makan apa?" Tanya Beam.

"Samakan saja denganmu"

"Ok~ " hingga tiba giliran mereka memesan. "Tolong nasi gorengnya 2 dan es teh nya dua"

"Ok, silahkan tunggu" si penjual memberi nomor antrian pada Beam.

Singto dan Beam memilih bangku yang paling dekat.

"Oh ya, kau tak ke rumah sakit hari ini?" Tanya Beam.

"Tidak, kakakku sudah selesai"

"Huh? Lalu bagaimana dengan anak yang dirawat itu? Sudah sembuh?"

"Belum sepenuhnya, tapi dokter sudah memperbolehkannya pulang"

"Pulang kemana?"

"Ya ke ibunya lah"

"Wanita yang kita kunjungi waktu itu?"

Singto mengangguk.

"Bukannya dia menolak waktu kau minta datang ke rumah sakit?"

"Dia datang beberapa hari setelahnya"

"Oh... dia berubah pikiran"

"Entah. Mungkin... dari awal dia memang ingin datang, hanya saja ia terlalu memikirkan keluarganya yang sekarang"

[END] Heal Me - SKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang