10. Penguntit

115 31 5
                                    

Pukul 7 malam, setelah Jimin menyelesaikan tugas kuliahnya yang langsung dikirim ke surel dosennya, seperti biasa Jimin membuka website kabar-kabar media Korea dan sosial media.

Siapa tahu Jimin bisa menemukan foto-foto Jeon Jungkook jika dia mempunyai akun sosial media. Jimin selama ini tetap berpikir positif jika Jungkook masih hidup.

Tiba-tiba saja perutnya berbunyi minta makanan. Jimin lupa jika ia belum sempat makan malam. Terpaksa Jimin harus berdiri, mengambil ponsel dan menyambar hoodie-nya.

Berjalan menuju pintu apartemennya,

Ceklek....

"Heol, kamcagiya," ujar Jimin.

Jimin terkejut setengah mati saat membuka pintu, karena ada orang yang berdiri, bersiap mengetuk pintu apartemennya pada waktu bersamaan.

"Neo mwohanya?!" Jimin mengabaikan orang di depannya dan langsung berjalan melaluinya.

"Aa, chamkanman!"

Jimin melirik ke arah tangannya yang dicekal Jung Yerin itu. Jimin langsung menghempaskan kasar.

"Mwo? Kenapa kau bisa tahu aku tinggal di sini?" tanya Jimin ketus.

"Aku tidak sengaja menemukan identitasmu di daftar mahasiswa baru."

"Tapi alamat apartemenku tidak tertera di situ, kan?" tanya Jimin remeh, ia yakin Jung Yerin menguntitnya.

Yerin terlihat kebingungan, "Ah itu, a-aku juga tinggal di ruangan sebelahmu."

Jimin melirik ke ruangan sebelah apartemennya. "Setahuku tidak ada penghuninya di situ."

"Aa itu ...." Yerin tampak berpikir, "Aku sedang ada masalah keluarga ... jadi aku pindah apartemen." Senyumnya.

"Dasar penguntit." batin Jimin yang langsung membalikkan badannya dan pergi.

"Park Jimin," Yerin memanggilnya lagi. Sungguh, Jimin jengah dengan suasana ini.

"Jimin, igo!" Yerin memberikan sesuatu, "aku tadi makan di restoran sebelah, dan berpikir untuk membelikan untukmu juga."

Jimin melirik ke plastik yang berisi kotak makanan. "Apa dia sedang berbohong?" tanya Jimin dalam hati.

Tentu saja Jimin bingung. Pasalnya, restoran yang terkenal cukup mahal di sebelah apartemennya itu, tidak ada yang bungkus makanannya seperti yang dibawa Yerin.

"Kau yakin ini dari restoran sebelah?"

Yerin mengangguk yakin dan mencoba mengulas senyum.

"Shireoyo, joesonghabnida, aku ingin keluar makan sendiri."

"M-mworago? Kau menolak? Jebalyo terima. Jika kau sudah menerima aku janji akan pergi."

"Pergi?"

Lalu ada petugas apartemen laki-laki melewati mereka. Jimin lalu memanggilnya. "Cheogiyo, apa anda sudah makan?"

Petugas itu berhenti, lalu mendekati Jimin. "Ne, ada yang bisa saya bantu?"

"Apa anda sudah makan?" tanya Jimin sekali lagi.

"Ah itu, belum waktunya makan malam bagi karyawan apartemen." Senyumnya ramah.

Jimin lalu menyambar makanan yang dibawa Yerin. "Ini untukmu, terima saja."

"Jeongmalyo?" Tanya petugas itu, dan Jimin mengangguk. Sedangkan Yerin, dia hanya melongo tidak percaya.

Come Back HomeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang