Lagi lagi Ayana kabur dari sekolah. Tak memperdulikan omongan bu Ita yang menyuruhnya membersihkan kamar mandi. Ayana berjalan memasuki mobilnya yang ia titipkan tadi pagi kepada si mbok. Saat Ayana ingin masuk kedalam mobil. Suara seseorang menghentikannya.
"Woi, Ya. Mau kemana?" Tanya Izal sambil berjalan mendekat.
Ayana menyandarkan tubuhnya didepan mobil. "Balik lah Ngapain lagi coba?"
"Balik jam segini mau ngapain?" Kali ini yang bertanya adalah Roni.
Ayana baru tau jika teman temannya ada disini. Minus Anto, karna dia lagi kesurupan jin rajin hari ini.
"Ada urusan."
"Katanya lo dipanggil bp, kenapa?"
"Karna mantan nya si Izal sm si Roni, gue jadi masuk bp," mengingat itu membuat Ayana jengkel saja.
"Mantan gue?" Tanya Izal dan Roni berbarengan.
"Iya, udah ah gue mau balik. Lo cari tau sendirilah. Gue yakin beritanya udah nyebar sana sini." Ayana berbalik dan membuka pintu mobilnya.
Tak berselang lama deru mesin mobil terdengar, seiring melajunya mobil sport milik Ayana.
Satya, Izal, dan Roni, hanya memandang satu sama lain dengan tatapan tak mengerti. "Mantan lo siapa, Ron?" Tanya Izal dengan polosnya.
Roni mengangkat bahunya acuh, "gue kan ga pernah pacaran, oon!"
"Lah terus maksud si Ayana apa? Mantan gue? Perasaan gue ga punya mantan disekolah ini," Izal menggaruk tengkuknya yang tak gatal.
Buk. Buk. Satya memberikan satu bogem mentah di kepala Izal dan Roni. Matanya menatap jengkel kedua sahabatnya ini. "Punya temen goblok semua. Maksud Ayana tuh mantan lo itu, Bella and the gang." Ujarnya dengan nada ketus.
"Tapi kan Bella bukan mantan gue," Izal membela diri. Matanya menatap Satya dengan jengah. Berbeda dengan Roni hanya dia, calm adem aja.
"Bella emang bukan mantan lo, bego. Tapi mantannya Roni. Mantan lo itu si Kintan."
"Tapi gue kan gak jadian sama Kintan."
"Zal, pas pembagian otak lo kemana sih? Bego nya kelewat abis." Satya menepuk pundak Izal beberapa kali. Kepalanya menggeleng pelan melihat tingkah Izal. "Satu sekolah kan nganggepnya lo berdua mantanan. Begitu juga Roni sama Bella. Makannya otak lo gunain dikit kek. Males ah gue ngomong sama orang gak ada otak." Satya berjalan meninggalkan Izal disusul oleh Roni yang hanya tersenyum kecil melihat ekspresi kebingungan Izal.
Izal mengangguk tengkuknya yang tak gatal. "Emang pas pembagian otak gue kemana ya?" Ujarnya sambil bertanya tanya pada dirinya sendiri. Izal mengacak rambutnya prustasi, bisa bisa Izal beneran prustasi mikirin omongan Satya.
***
Ayana kembali ke kantor untuk mengurus keparat yang sudah merugikan perusahaannya. Ayana sudah mendapat informasi dari sekertarisnya, jika mereka mengendus penghianatan dari pihak gudang. Bermodalkan beberapa berkas dan hasil rekaman cctv, Ayana sudah cukup yakin.Ayana keluar dari mobil mewahnya, berjalan menyusuri kantornya menuju ruangan pribadinya. Beberapa orang yang merupakan bawahan Ayana menyapanya dengan senyuman. Ayana hanya membalas dengan senyuman kecil.
Saat suda berada didepan Maya, Ayana berdeham pelan. Mata Maya beralih kepada sang bos, buru buru dia berdiri dan mengucapkan maaf.
"Maaf bu, saya gak tau ibu sudah datang, maaf." Ujarnya penuh penyesalan. Maya menundukkan kepalanya dalam diam. Sudah bukan hal aneh jika Maya mengabaikannya kehadirannya.

KAMU SEDANG MEMBACA
AYANA
Fiksi RemajaKarna kekayaan bukan sumber kebahagiaan. Kadang obrolan kecil bersama orang tersayang adalah kebahagian yang sesungguhnya.