13

8 1 0
                                    

pagi ini Ayana bangun dengan perasaan gundah setelah semua yang terjadi kemarin sore. Tak ada lagi notifikasi diponselnya, biasanya, Ayana akan kesal karna notifikasi dari sahabatnya yang membuat ponselnya tidak berhenti bersuara. Tapi tidak dengan pagi ini. Ayana mendesah pelan, sesekali menghembuskan nafasnya kasar dan berat.

Ayana memutuskan bersiap berangkat sekolah, setelah setengah jam mengabiskan waktunya menyiapkan peralatan sekolahnya, Ayana sekarang sudah siap dengan seragam yang ia balut dengan cardingan rajut berwarna navy. Ayana meliht ponselnya yang bergetar, ternyata banyak notifikasi masuk dari Jelita. Ayana menepuk jidatnya, ia lupa bahwa hari ini ada pindahnya Jelita kesekolah barunya. ‘’ gue lupa si Jelita kan masuk hari ini.’’

Dengan langkah seribu ayana menuruni tangga, jam masih menunjukan pukul 06:10, pantas saja rumahnya sangat sepi, pasti hendra masih tidur. Sudah sejak kearin ia tak bertemu dengan papanya, mungkin karna Ayana yang pulang larut malam.

Bergelut dengan jalanan ibu kota yang belum terlalu macet, Ayana menginjak pedal gas dengan kencang, saat dirinya sedng sibuk mengendarai mobil, tiba tiba Ayana dikejutkan dengan motor yang menyalipnya,

Ckitttt. Ayana terpental seiring dengn kakinya yang menginjak kuat rem. Hampir saja ia menabrak motor didepannya. Ayana mengusap keningnya yang sempat terbentur stir mobil. Ayana mengerang kesal, tangannya dengan cekatan membuka pintu mobil dan menghampiri pengendara motor yang berpakaian serba hitam.

Ayana memukul kencang punggung orang terebut, “ Lo kalau mau mati gak usah ajak ajak gue. Gue masih pengen hidup bahagia’’ ujar Ayana dengan nada ketus.

Orang itu membuka helmnya, tangannya mencekal pergelangan tangan Ayana, ‘’ Bahagia bareng gue ya bee?’’ ujarnya dengan senyuman yang menghiasi bibirnya.

Tubuh Ayana menegang, matanya melotot kaget, tak lama setelahnya Ayana berontak.

‘’lepasin tangan gue.’’

‘’ setelah gue susah payah ngejar mobil lo? Gak semudah itu.’’ Ujarnya sambil terkekeh.

‘’ apa mau lo Zion? Gue punya salah apa sama lo?’’

Zion mendekatnya wjahanya kearah Ayana, Ayana menolak dan berontak, tapi semakin berontak semakin kuat cengkaraman tangan Zion. ‘’ mau gue cuma lo jadi pacar gue,’’ ujar zion tepat di telinga Ayana, bahkan Ayana sempat merasakan Zion meniup telinganya.

Ayana benar benar takut, dan kenapa pada saat seperti ini jalan bisa sepi? Dalam hati Ayana berdoa semoga seseorang bia menolongnya.

‘’lepasin gue, Zion, gue mohon. Gue mau sekolah,’’

Zion memegang dagu Ayana dengan paksa, mendekatkan wajah Ayana dengan wajahnya, Ayana menunduk dan memejamkan matanya, tapi semakin berontak semakin kuat cengkraman tangan Zion. ‘’gimana kalau kita main main dulu sayang?’’ ujarnya.

Ayana meringis dengan mata yang bergelinang air mata, ingin rasanya ia menangis tapi ditahan sekuat tenaga.

‘’lepasin gue------- gue mohon’’ nada suara melemah bersamaan dengan air matanya yang turun membasahi pipinya.

‘’Hei sayang, jangan nangis,’’ zion mengusap kasar air mata Ayana dengan tangannya.

Ayana tak tau harus berbuat apa, selain menangis dalam diam.

Bugh. Bugh. Zion terjungkal, bersamaan dengan itu ada seseorang menariknya. Tubuh Ayana menggigil ketakutan, Ayana terdiam dengan isak tangis yang masih tersisa.

‘’Jangan berani berani nya lo sentuh dia.’’

Bugh. Bugh. Bugh. Pukulan, tendangan, masih menghiasi perkelahian itu, hingga akhirnya Zion mundur dan menaiki motornya.

AYANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang