Ayana berjalan dengan wajah ditekuk masam. Kakinya melangkah menuju warung si Mbok dengan langkah malasnya. Ayana berjalan dengan mulut komat kamit.
Bukkk. Ayana menendang kursi kayu panjang yang ada diwarung si Mbok. Ayana duduk tanpa memperdulikan tatapan aneh para sahabatnya.
"Lah nih bocah kenapa tiba tiba ngamuk?" Tanya Satya sambil mendekat kearah Ayana. Satya menempelkan punggung tangannya di dahi Ayana. "Gak panas kok Zal, Ron," Satya melirik kedua sahabatnya.
"Tangan lo terlalu sering dipake buat hal hal gak bener, jadi efekny kek gitu, sini biar gue aja," Izal mendorong tubuh Satya yang menatapnya sinis, "geser Sat,"
Izal membolak balikan telapak tangannya di dahi Ayana dengan ekspresi wajah seperti dokter yang sedang memeriksakan pasiennya, "Hmmm dirasa rasa seperti tidak ada rasanya," ujarnya sambil bergumam.
"Ngomong apaan sih goblok! Gak jelas banget." Satya memberikan jitakan dipuncak kepala Izal, hingga Izal mengaduh kesakitan.
Izal mendelik tajam, tangannya mengelus bekas jitakan Satya. "Sakit Sat, gue udah zakat fitrah asal lo tau,"
Satya mengangkat bahunya acuh.
Ayana menghembuskan nafasnya kasar. Kenapa dirinya harus mempunyai teman seperti Izal dan Satya? Selain gak ada akhlak, mereka juga gak ada otak.
Roni yang sedari tadi diam, akhirnya membuka suara, "lo kenapa?" Ujarnya dengan ekspresi seperti biasanya, datar.
Ayana mendongak dan bertatapan langsung dengan sorot mata tajam milik Roni, tapi tidak ketika dengan Ayana, sorot mata tajam itu seakan luluh dan berubah teduh.
Ayana mendekat dan menggeser duduknya hingga tubuhnya bersentuhan dengan Roni. "Ron, Lo tau gak ada anak baru dikelas gue?"
Roni terdiam sejenak, mulutnya terbuka hendak menjawab tapi ada suara menggelegar milik anggota gang mereka satu lagi.
"HELLO EVERYBODY, BABANG TAMPAN DATANG," ujar Anto dengan riangnya, se-riang anak kecil yang baru saja mendapatkan permen.
Ayana mendengus kesal, begitupun Roni yang menghembuskan nafasnya kesal. Berbeda dengan Satya dan Izal yang menahan tawa hingga mukanya memerah.
"Ada berita apa nih? Kok tegang gitu," Anto bergabung dan duduk ditengah tengah mereka.
"Bwahahahahahaha" tawa Izal dan Satya meledak.
"Kok lo ketawa? Ada yang lucu?"
"Tadi Roni mau ngomong, kasian dia udah mangap lebar lebar ampe sarang tawon aja masuk tapi lo dateng teriak teriak, Roni gak jadi deh ngomongnya," ujar Satya dengan ngos ngosan menahan gelak tawanya. "Lu liat tuh mukanya Roni, jelek gitu kek lagi nahan boker hahaha"
Anto mengalihkan pandangannya dan langsung mendapat pelototan tajam dari Roni. Anto merinding dan mundur perlahan, jari telunjuk dan tengahnya membentuk 'V', "sorry Ron, gue kan gak tau, jangan ngamuk ya, gue takut kalau lo ngamuk, ngamuk lo udah kayak hulk kesurupan kuntilanak, parah." Anto menggeleng gelengkan kepalanya.
Roni terdiam mengatur nafasnya. Ingin rasanya Roni mencekik Anto tapi ia ingat kalimat "membunuh Anjing dan sejenisnya itu dosa".
"Ron, lo belum jawab pertanyaan gue," Ayana mengguncangkan tangan Roni.
Roni mentap Ayana, mulutnya sudah bersiap ingin mengeluarkan omongan, tapi lagi lagi Anto memotongnya.
"Pertanyaan apaan, Yan? Matematika?" Tanya Anto dengan polosnya, tanpa memperdulikan wajah Roni yang sudah memerah menahan amarah.

KAMU SEDANG MEMBACA
AYANA
Подростковая литератураKarna kekayaan bukan sumber kebahagiaan. Kadang obrolan kecil bersama orang tersayang adalah kebahagian yang sesungguhnya.