11

6 1 0
                                    

"gimana udah berhasil bawa dia?" Laki laki setengah mabuk itu berjalan sambil mendorong paksa pintu kamar sang adik tiri.

Ali yang sedang melipat sajadah mendongak kaget mendengar suara decitan pintu. Sang kakak membaringkan tubuhnya di kasur. Bau tubuh nya yang begitu menyengat membuat Ali ingin muntah. "Bang, lu gak bisa sehari aja gak mabok? Islam melarang umat nya mem......" Belum sempat Ali meneruskan ucapannya, kakak nya itu sudah memotong pembicaraannya.

"Berisik. Gue butuh jawaban, bukan ceramahan." Ujar nya dengan malas malasan.

Ali menarik nafas panjang dan menghembuskan nafasnya perlahan. "Belum, sepertinya butuh waktu lama,"

Bugh. Ali dengan cepat menepis dari bantal yang baru saja di layangkan kakaknya. "Bodoh. Cuma buat deketin dan bawa dia kek gue aja lo bilang butuh waktu lama!? Percuma bokap gue ngeluarin duit buat lo pindah sekolah."

Ali mengelus dadanya, memungut bantal tak berdosa itu. "Gak semudah membalikan tangan Bang. Mungkin lo tau, dia punya banyak bodyguard,"

Kakaknya itu berusaha bangkit dengan susah payah. Ali melihat Kakaknya itu memegang kepalanya sambil meringis dengan cepat Ali membantunya walau ditepis Ali tetap berusaha membantu kakak tirinya.

"Gak usah so baik. Gue bisa sendiri." Orang itu menepis tangan Ali dengan kasar. "Gue mau secapatnya lo bawa dia ke gue, atau lo tau sendiri akibatnya." Ujarnya dengan nada sarkatis. Mata tajamnya, menatap Ali dengan sinis. Ali hanya menghembuskan nafasnya kasar dan mengangguk paham.

Sepeninggalan kakaknya, Ali duduk dan menyandarkan kepalanya di kasur king size nya. Matanya terpejam beberapa detik, tangannya mencari cari benda persegi itu. Saat dirasa benda itu sudah berada ditangannya, Ali membuka mata Dan memainkan ponselnya. Tangannya mengetikan pesan kepada seseorang disana.

Hallo mbak, paketnya mau saya kirim kemana ya mba?

Ali terkekik geli saat membaca kembali chat yang dia kirim beberapa saat lalu. Bisa bisanya ia memiliki ide jail seperti itu. Selang beberapa menit, hp nya bergetar.

Sy g psn pkt.

Simple. Padat. Dan jelas. Ali menggelengkan kepalanya membaca rentetan kalimat yang sepertinya tidak niat dikirim padanya.

Alamatnya dimana mba bisa saya gampang anter paketnya.

Semuanya jadi 500rb mba, ditmbah hutang mbak minggu lalu.

Slh smbng kl mas.

Sy g pny htng.

Tapi disini sudah tertera no mbak.

Kemarin makan dirumah makan saya belum bayar, trs mba pesan dan minta saya anterin ke rumah mba sekalian bayar yg kemarin, gitu kan mba perjanjiannya?

Saraf.

Mbak ini jadinya gimana?

Mbak alamatnya dimana ya?

Mbak ini paket nya gimana? Belum dibayar loh mbak.

AYANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang