3

35 26 0
                                    

Anto, Izal, Satya, dan Roni sedang berdiskusi membahas balapan nanti. Mereka tampak serius, terlihat dari raut wajahnya yang begitu kentara. Ayana duduk memperhatikan mereka mengoceh dan mengatur strategi.

"Oke jadi deal nih?" Tanya Izal pada keempat sahabatnya.

"Deal!" ucap Satya dengan lantangnya.

"Gue ngikuti aja lah," Roni menganggukkan kepalanya sambil menyeruput es teh miliknya.

"Karna ini pake duit kalian, gue sih oke oke aja,"

"Dasar pelit lo! Gak modal banget." Izal memukul puncak kepala Anto.

"Kalau lo gimana, Ya?" Pertanyaan dari Izal membuat semua pasang mata menatap kearah Ayana.

Ayana yang sedang meminum es pun tersedak uhuk uhuk, dengan sigap Anto memukul leher bagian belakang Ayana. "SAKIT BEGO! Lo mukulnya kekencangan!" Ayana memberikan tinjuan dilengan kiri Anto. Matanya menatap sinis pada Anto.

Anto menyengir kuda, "Sorry Yan refleks,"

Ayana mengelus leher belakangnya. Ayana tak bohong, pukulan Anto tadi menyakitkan.

"Waduh termasuk kriminal tuh Ya. Laporin ke bapak nya Ya." Satya mengompor ngompori Ayana. Satya menunjuk bagian belakang leher Ayana, "ada bekasnya nih bisa di jadikan bukti,"

Anto langsung panik. Anto mengelus leher Ayana pelan pelan, "Jangan dengerin Onta arab Yan. Bisa di cincang gue sama bokap gue, lo kan cantik, bae lagi duh, sayang pokoknya gue."

Ayana menepis tangan Anto kasar. "Iye gak akan gue laporin! Jauh jauh lo dari gue." Ayana mengibas tangannya, Anto pun refleks tersenyum dan langsung merangkul pundak Ayana. Bukannya menjauh malah menjadi jadi.

"Ini baru temen," Ujar Anto dengan alis naik turun. Ayana memutar bola matanya malas begitu pula dengan teman temannya.

"Ohiya gue lupa, tadi lo nanya apa, Zal?" Ayana melirik kearah Izal yang sedang bermain ponsel.

"Oh itu, lo mau ikut gak sama kita kita?"

"Kemana? Emang tadi lo semua ngomongin apa sih, serius amat."

"Kita mau balap. Lebih tepatnya taruhan, yang menang dapet 5 juta." Timpah Satya.

"Lu pada ngapain sih pake balap balap segala? Balap tuh bahaya, kalau duit segitu gue ada ga perlu balap balap." Nada bicara Ayana sedikit kesal. Ayana menatap satu persatu teman temannya dengan tatapan tak setuju.

"Bukan masalah duitnya, tapi harga dirinya." Kali ini yang bersuara adalah Roni. "Kita gak bisa mundur gitu aja, Ya. Harga diri kita bisa turun drastis." Tambahnya.

"Tapi apa lo semua yakin, gue tak......."

Belum selesai Ayana berbicara, Anto langsung memotong pembicaraan Ayana. "Lo gak perlu takut atau khawatir, kita kan udah biasa. Jadi tenang aja, Ya."

"Betul itu. Gue udah biasa lomba balapan kayak gitu. Lomba balap dari kenyataan aja gue udah biasa," Ujar Izal dengan nada canda guraunya. Mukanya berubah seolah olah tersakiti.

Ayana tau, Izal berusaha mencairkan suasana supaya hatinya lebih tenang. Tapi Ayana tetap saja ragu, dia takut terjadi apa apa pada keempat sahabatnya. Yah, meskipun Ayana tau mereka itu bukan pembalap abal abal, kepandaian mereka dalam mengendarai motor tidak perlu diragukan lagi.

Ayana mendesah pelan, matanya menatap satu persatu temannya, "Yaudah gue ikut lo semua," putusnya.

"Nah gitu dong. Nanti lo sama gue aja gimana?" Anto menaik turunkan alisnya dengan senyuman khasnya.

AYANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang