Saat Ayana sedang berjalan menuju kelas, Ayana berpapasan dengan Anto dan Satya, langkahnya terhenti bersamaan dengan matanya yang beradu tatapan dengan kedua sahabatnya itu.
Ayana terdiam, saat mulutnya terbuka ingin mengatakan sesuatu, Anto dan Satya langsung berbalik dan meninggalkam Ayana. ‘’BANG, TUNGGU......’’ percuma saja teriakannya itu di acuhkan kedua sahabatnya. Ayana merenung, dirinya menjadi pusat perhatian.
‘’eh tumben ya si Anto ngejauh gitu,’’
‘’ kayaknya mereka lagi berantemnya, liat tuh si Ayana mukanya lesuh gitu,’'
‘’biasanya kan mereka nempel terus ya, kayak perangko nempel di amplop,’’
‘’mungkin Anto udah nyadar deh, ngapain juga temenan sama si Ayana, gak ada baik baiknya HAHAHA.’’
‘’duh kasian ya gak punya temen, penolongnya sekarang udah menjauh, mungkin jijik HAHAH,’’
Tangan Ayana terkepal kuat, matanya terpejm merasakan sesak di dada. Ingin sekali ia melawan, tapi percuma. Orang orang seperti itu hanya membuang buang waktunya. Ayana memilih berlari menuju kelasnya, untung masih belum da guru yang mengajar dikelasnya.
Ayana mendesah lega, tatapan sinis dari teman satu kelasnya, ia hiraukan. Ayana sudah terbiasa diperlakukan tidak adil.
Dengan langkah lunglai Ayana berjalan menuju kursinya, tapi...........Buk. Ayana jatuh tersungkur, tubuhnya sudah berada dilantai dengan rasa sakit di bagian kaki kirinya. Ayana mendongak rupanya Bella and the gang dalang dari semua ini. Saat Ayana berjalan, Kaki Bella sengaja menghalanginya, hinga Ayana tersungkur.
‘’sakit yah? Uhh kasian banget sih.’’ Ujar Andin dengan ada dibuat buat seolah olah simpati padanya.
Ayana berusaha menahan amarahnya dengan tetap diam dan memilih berdiri enghindar dari mereka, tapi dengan cekatan Bella menahan lengannya. ‘’gue denger denger lo lagi musuhan ya sama gang brandalan lo?’’
Ayana berontak, tapi tenaganya tak cukup kuat melawan Bella, Andin, dan Kintan. ‘’siapa yang lo maksud brqndalan?’’
‘’Siapa lagi kalau bukan pahlawan lo selama ini, si Anto.’’ ujar Bella dengan nada sombongnya.
‘’Anto lebih baik dari lo yang gak punya harga diri ngejar ngejar cowok yang sama sekali gak suka sama lo.’’
Plak. Bella menampar tepat di pipi kanan Ayana. Matanya yang dibalut soflens membelalak. ‘’jaga mulut lo dasar jalang.’’ Nada suara Bella meninggi. Sekarang ia menjadi pusat perhatian kelas. Kelas yang awalnya ramai dan riuh, menjadi hening saat mendengar umpatan Bella.
Ayana berontak melepaskan genggaman tangan Bella dan kintan di pergelangan tangannya dengan kasar. Senyum smirk pun muncul di sudut bibirnya. Ayana memilih berbalik dan berjalan menuju kursinya, namun matanya berkerut saat melihat tas gucci yang sangat mencolok sudah bertenggar manis di kursinya. Ayana tau siapa pemilik tas itu.
Ayana berbalik, matanay menatap manik mata Bella, ‘’Seingat gue kemarin lo masih ngejar ngejar Roni dan sekarang Ali? Jadi yang jalang disini siapa, lo atau gue?’’ ucapan Ayana begitu tenang tapi menusuk membuat Bella semakin geram.
Belum sempat Bella membalas omongan Ayana, Ayana sudah terlebih dulu keluar dari kelas. Semua pasang mata dikelas menatap kearah Bella yang sedang mengamuk dengan melemparkan barang barang yang ada disekitarnya.
‘’ sialan. Dasar jalang Ayana.’’ Teriak Bella semabri melemparkan buku buku tak berdosa diatas meja. Matanya membelalak, nafasnya memburu dan wajahnya yang memerah menahan amarah. Kintan dan Andin hanya bisa diam tanpa ada niat menenangkan sahabatnya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
AYANA
Подростковая литератураKarna kekayaan bukan sumber kebahagiaan. Kadang obrolan kecil bersama orang tersayang adalah kebahagian yang sesungguhnya.