Lita berjalan sendirian menuju kelasnya dengan meneteng tas punggung hitamnya. Sesekali Lita menyapa murid muri yang ia kenal selama bersekolah disini. Tiba tiba langkahnya terhenti saat melihat Anto dan Izal yang sedang berjalan berlawanan arah dengannya. Tangan Lita terkepal dengan mata yang menatap sengit kearah mereka. Kilasan bayangan kala Ayana menangis berputar diotaknya. Disaat mereka bersebrangan dengannya, dengan cepat Lita menahannya dengan tangannya.
Anto dan Izal terdiam dengan mata yang saling menatap. ‘’ngapain lo ngeliatin kita begitu?’’ ujar Anto dengan sinis.
Sejak kejadian itu, Anto sering menunjukan ketidaksukaannna kepada Lita. Anto merasa Ayana lebih mempercayai Lita dan selalu mengutamakannya.
‘’banci.’’ Satu kata yang keluar dari mulut Lita dengan nada suara yang seakan meremehkan.
Mata Anto maupun Izal melebar, ‘’maksud lo apa ngatain kita banci?”
Lita melipat tangannya didepan dada sembari tersenyum miring. ‘’menurut lo sebutan apa yang pas buat cowok cowok yang pemarah, arrogant, dan gak pengertian ini?’’
‘’maksud lo apa sih cari gara gara sama kita?” tanya Izal dengan mata yang menatap Lita tak suka.
‘’udahlah gak perlu di tanggapin orang kaya gini, PANSOS doang.’’ Ujar Anto dengan menekan kata pansos dengan jelas.
Setelahnya ia menarik Izal menjauh dan meninggalkan Lita yang sedang menhan amarah medengar penuturan Anto.
Baru beberapa langkah mereka berjalan, suara Lita kembali terdengar. ‘’gue pikir Ayana salah pilih teman selama ini.’’ Ujarnya dengan nada dingin dan menusuk.
Anto dan Izal langsung membalikannya badan mereka dengan wajah yang bertanya tanya. ‘’emang siapa sih yang mau bert
eman dengan soeorang penipu?’’Tangan Lita langsung mengepal diudara. Lita berbalik dan mendorong tubuh Anto dengan kasar. ‘’Ayana bukan pembohong! Asal lo tau, Ayana ngelakuin ini semua demi kalian juga, dia gak mau lo terlibat masalahnya’’ ujar Lita dengan nafas memburu dan mata yang melotot tajam.
Anto terdiam sejenak. ‘’masalah? Maksud lo masalah apa?” terdengar nada gelisah dan khawatir yang keluar dari mulut Anto.
‘’lo pengen tau masalah apa? Lo sendiri yang gak ngasih Ayana kesempatan buat ngejelasin semuanya!’
Lita membenarkan letak tas punggungnya, matanya menatap remeh kepada dua orang laki laki dihadapannya, ‘’ lo berdua taunya Cuma ngemis traktiran ke Ayana tanpa tau betapa susahnya dia mendapatkan semua itu. Lo Cuma tau Ayana yang bahagia, tanpa lo tau Ayana itu rapuh, lemah, kesakitan, apa lo tau? Enggak! Karna lo berdua terlalu egois, tidak ingin mendegarkan penjelasan Ayana, lo gak ngerti betapa pedihnya di posisi Ayana.’’ Ujar Lita dengan nada suara yang bergetar menahan tangis.
Sejak kejadian kemarin sore di restoran, Lita menjadi sedikit sensitive bila membahas sahabatnya itu. Tadi pagi Lita dan keluarganya dikejutkan dengan sebuah mobil yang terparkir didepannya membawa tv yang sangat besar sesuai janji Ayana pada adiknya sebelum kejadian itu. Disaat seperti itupun, Ayana begitu peduli pada keluarganya. Lita bertekad akan memberantas orang orang yang membuatnya menderita.
Setelah mengatakan itu Lita memilih berlari dan meninggalkan Anto dan Izal yang terdiam dengan mata yang saling menatap.
Banyak sekali rentetang pertanyaan yang menghantui isi pikiran mereka setelah mendengar ucapan terakhir Lita.ada desiran yang mengganjal di hati Anto, perasaannya menjadi tak menentu.
***
Dilain tempat, Ayana sedang melamun dikursi belakang mobil. Parto yang melihat betapa kacau penampilan bos kecilnya itu membuatnya kasihan. Sejak pertemuan mereka di restaurant kemarin, Ayana langsung meminta Parto menemaninya ke Batam, bertemu dengan ibunya. Sepanjang perjalanan, tak ada percakapan sama sekali, hanyaterdengar isak tangis yang keluar dari mulut Ayana.
![](https://img.wattpad.com/cover/225627867-288-k759358.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
AYANA
Teen FictionKarna kekayaan bukan sumber kebahagiaan. Kadang obrolan kecil bersama orang tersayang adalah kebahagian yang sesungguhnya.