Ini sudah beberapa hari semenjak Renjun pertama kali melihat Mark berbicara dengan angin, semenjak saat itu Renjun kerap kali mendapati kakak tertuanya itu berbicara sendiri.
Entah dengan tembok, angin kosong, bahkan benda mati.
Renjun yang awalnya memilih cuek—karena merasa itu bukan urusannya, menjadi semakin bingung. Ia tidak bisa menyimpan ini sendirian. Ia ingin bercerita dengan membernya yang lain.
Chenle dan ibunya sedang berada di dorm mereka. Renjun memikirkan, inilah saat terbaik, Chenle tidak tinggal bersama mereka di dorm. Intensitas mereka berkumpul lengkap-pun jarang, karena Haechan dan Mark yang lebih sering berada di dorm 127.
Renjun meraih ponselnya yang berada di nakas, sebelum akhirnya menekan tombol yang anehnya sudah ia hafal diluar kepala. Nomor Haechan.
"Haechan-ah, apa kau ada waktu?" tanya Renjun kepada Haechan yang sedang berada di seberang telefon.
"Kenapa?" bukannya menjawab pertanyaan Renjun, Haechan justru memberikan pertanyaan balik kepada temannya itu.
"Aish, jawab saja." jawab Renjun sebal.
"Ada. Kenapa?" jawab Haechan masih diiringi pertanyaan yang sama.
"Apa Mark hyung ada disana?" tanya Renjun memastikan.
"Tidak. Kenapa? Mau berbicara dengan Mark hyung? Renjunnie, seharusnya kau menelfon Mark hyung jika kau ingin berbicara dengannya. Bodoh sekali temanku ini." jawab Haechan.
Renjun menghela napas, "Barusan adalah ketiga kalinya kau menggunakan kata kenapa. Apakah kau hanya tau kalimat pertanyaan menggunakan kenapa?"
"Tidak. Aku tau kau bisa bertanya dengan menggunakan apa, siapa, dimana, bagaimana, kenapa, kapan. Kau bodoh, ya? Atau karena kau dari China, kau jadi tidak tau mengenai hal ini? Ck ck, Renjun-ah, harusnya kau les Bahasa Korea dulu baru memutuskan untuk menjadi translator pribadi Chenle." oceh Haechan.
"Yak! Lee Donghyuck, kau sungguh—"
"Apa? Aku tampan? Terimakasih, Renjun-ah. Tapi satu agensi sudah mengetahui hal itu, kau tidak perlu repot-repot menyadarkanku tentang ketampananku."
"Yang perlu kusadarkan tentangmu adalah tentang omong kosongmu itu." jawab Renjun.
Terdengar helaan nafas di ujung sana, "Sekarang mau mu apa? Kau tidak mungkin menelfonku hanya untuk memberitahu bahwa aku tampan, kan?" ucap Haechan.
"Bodoh." gumam Renjun sebelum melanjutkan, "Aku ingin mengajakmu ke dorm kami. Chenle sudah disini bersama ibunya, jangan ajak Mark hyung, ini diantara 00 sampai 02 lines saja." lanjutnya Renjun sambil berbisik.
"Aku tidak bisa mendengar, bodoh. Kau berbisik-bisik seperti itu. Kau kira kupingku sebesar gajah? Kuping gajah saja belum tentu bisa mendengar suara cicitan bagai tikus sekarat milikmu itu." ujar Haechan sarkastik.
"Bukan kupingmu yang sebesar gajah, mulut mu itu yang selebar dunia. Dasar cerewet!"
"Cepatlah. Kau mau bilang apa?"
"Ke dorm kami. Sekarang. Jangan ajak Mark hyung. Ini rahasia 00 sampai 02 liners saja, paham?" Renjun berkata sambil mengatur napas sekaligus mengatur emosi karena berbicara dengan mahluk sejenis Haechan.
"Kenapa tidak bilang dari tadi?"
"LEE HAECHAN, KAU TIDAK AKAN KEMBALI KE DORM 127 DENGAN BADAN UTUH."
***
Haechan tiba di dorm NCT Dream dan mendapati keempat member NCT Dream sedang duduk di ruang kumpul.

KAMU SEDANG MEMBACA
selcouth | | nct dream☘️
Fantasy𝘀𝗲𝗹𝗰𝗼𝘂𝘁𝗵 (𝘢𝘥𝘫.) ; 𝑢𝑛𝑓𝑎𝑚𝑖𝑙𝑖𝑎𝑟, 𝑟𝑎𝑟𝑒, 𝑠𝑡𝑟𝑎𝑛𝑔𝑒, 𝑎𝑛𝑑 𝑦𝑒𝑡 𝑚𝑎𝑟𝑣𝑒𝑙𝑜𝑢𝑠 Bagaimana jika idol yang selama ini kita lihat di-TV berisikan para penyihir yang masih hidup di abad ini? Mari kita simak perjalanan angg...