e m p a t - b e l a s

1.1K 148 40
                                    

Ruangan itu hening sejenak. Jeno memperhatikan Haechan yang duduk dihadapannya. Renjun juga tak melepaskan tatapan matanya sedikitpun dari Haechan.

"Mungkinkah..." Jisung membuka suara setelah hening selama lima menit.

Seluruh pasang mata itu lantas mengalihkan pandangannya ke arah Jisung, "Mungkin apa?" tanya Chenle.

"Ingat saat kita bertemu disini juga tidak?" tanya Jisung.

"Kapan?" tanya Mark balik.

"Saat masing-masing dari kita mengetahui bahwa kita memiliki kekuatan yang tidak dimiliki manusia kebanyakan." Jawab Jisung.

"Aku ingat!" jawab Chenle.

"Kapan..?" tanya Renjun kebingungan.

"Jeno, pikiran mereka jangan dikendalikan." Ucap Haechan sambil menatap Jeno tajam.

Jeno yang ditegur seperti itu gelagapan, "Ah- itu.." Jeno berucap sebelum akhirnya melepaskan sihirnya yang mengendalikan Renjun dan Mark.

"Tadi pikiran ku di atur Jeno?" tanya Mark.

Jeno menggaruk tengkuknya sambil tertawa canggung, "Hehe, iya hyung." ucapnya canggung.

"Tapi kok Haechan tidak terpengaruh, ya?" Jeno bertanya-tanya sambil menatap Haechan.

"Maksudnya?" tanya Haechan bingung.

"Aku itu mempengaruhi kau, Renjun, dan Mark Hyung. Kenapa kau tidak terpengaruh?" jelas Jeno.

Haechan menggelengkan kepala tidak percaya, "Jeno, saat itu kau bilang aku memang bisa menangkal kekuatan mu. Apakah aku benar?" ucap Haechan.

Jeno memelototkan matanya, "Kapan aku mengatakan itu? Aku tidak ingat pernah mengatakannya." Ucap Jeno.

"Jeno hyung bercanda, ya?" ucap Chenle.

Jeno menoleh kearah Chenle, "Tidak. Aku sungguh tidak ingat. Seingatku, aku hanya mengatakan pada kalian kalau aku bisa memanipulasi pikiran kalian." Ucap Jeno.

"Kau sungguhan Jen?" tanya Mark.

Jeno mengangguk, "Apa aku terlihat seperti sedang bercanda, hyung?" tanya Jeno.

Sontak kelima orang yang berada di dalam sana menggeleng, "Bagaimana bisa...?" tanya Jisung penasaran.

"Apakah Jeno hyung memanipulasi pikirannya sendiri?" tanya Chenle.

"Memangnya bisa?" sahut Renjun.

"Jen? Bisakah kau memanipulasi pemikiran mu sendiri?" tanya Haechan.

Jeno menggeleng, "Tidak. Kalau bisa aku sudah menghapus semua kejadian memalukan yang pernah terjadi padaku. Tapi buktinya sampai saat ini aku masih ingat kejadian Jaemin meninggalkan aku saat dari minimarket karena bertemu staff di jalan." Jelas Jeno.

"Jaemin jangan tertawa. Terdengar mengerikan!" sahut Haechan.

Mark, Renjun, Jeno, Chenle dan Jisung sontak saja mengalihkan lagi mata mereka ke arah Haechan yang sedang memelototi seseorang yang berada diantara Renjun dan dirinya—tempat yang diduga menjadi tempat duduk Jaemin.

"Chan? Kau sehat?" tanya Mark yang berada di sebelah Haechan di sisi satunya lagi.

Haechan mengangguk, "Sehat kok. Ada apa?"

"Hyung tadi tiba-tiba menyuruh Jaemin hyung untuk berhenti tertawa. Padahal kami berlima tidak ada yang mendengar suara tawa Jaemin hyung sama sekali." Jelas Chenle.

Haechan membulatkan matanya, "Kalian sungguh tidak mendengarnya? Padahal ia tertawa sangat kencang tadi?" tanya Haechan.

Lima kepala yang berada di ruangan itu menggeleng, "Tidak ada yang mendengar suara tawa, Lee Haechan." Sahut Renjun.

selcouth  | | nct dream☘️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang