d e l a p a n

1K 147 5
                                    

Sinar matahari mengintip malu-malu di sela gorden yang terbuka. Jisung memejamkan matanya lebih erat; mencegah cahaya matahari itu menusuk matanya.

"Yak, Park Jisung. Mau sampai kapan kau tidur?" Jisung membuka sebelah matanya saat mendengar seseorang memanggil namanya.

Matanya membulat saat sesuatu menarik perhatiannya. Bukan, bukan tentang siapa yang membangunkannya. Melainkan lebih dari itu. Mata Jisung menangkap pemandangan aneh di kamarnya. Barang-barang disekitarnya terbang!

"HUEEE HYUNG TOLONG!" teriak Jisung keras.

Brak

Pintu kamar Jisung, terbuka secara paksa. Terlihat badan kecil milik Renjun di bingkai pintu.

"Ada a—pa?..." Renjun mengedarkan pandangannya ke sekeliling kamar Jisung. Barang milik adik terakhirnya itu terbang mengelilingi kamar—seolah-olah diatur dari jauh untuk terbang ke suatu tempat sendiri.

"HYUNG AWAS BELAKANGMU!" teriak Jisung.

Mendengar suara adiknya barusan, Renjun langsung membalikkan badannya, dan matanya sontak membulat saat sebuah mainan terbang dengan cepat kearahnya. Renjun sontak saja menelungkupkan badannya saat melihat hal itu.

Brak

Mainan mobil-mobilan kesayangan Jisung kini tergeletak dengan bagian-bagian dari mainan itu yang terpisah-pisah. Roda-roda dari mobil mainan itu menggelinding dan terjatuh di berbagai tempat, Renjun menatap ke bawah, tepat di sebelah kakinya, ada satu roda yang berhenti disana.

"Astaga!" jeritnya langsung menarik kakinya.

Jisung menghampiri Renjun yang kini sudah duduk dengan memeluk kedua kakinya, "Hyung tidak apa-apa?" tanya Jisung.

Renjun menjitak kepala Jisung, "Tidak apa darimananya? Jantung ku hampir lepas, kau tau!" jerit Renjun kesal. Tangannya tidak berhenti mencubiti badan Jisung.

"Aduh aduh hyung! Sakit! Aduh!" rintih Jisung keras. Renjun mencubitinya dengan segenap jiwa raga yang laki-laki mungil itu miliki.

"Turunkan barang-barang itu!" teriak Renjun.

"Aku tidak tau bagaimana caranya, hyung! Barang-barang itu melayang-layang sendiri, dan secara tiba-tiba akan berpindah dan bertukar posisi sendiri!" balas Jisung dengan menjerit.

"Kalian berisik sekali. Astaga, ada apa di kamar ini?!" Renjun dan Jisung sontak menoleh ke arah asal suara itu, dilihatnya Jeno yang berdiri dengan berkacak pinggang sambil memperhatikan ke sekeliling kamar Jisung.

"Jisung? Apa yang kau lakukan dengan kamarmu?" tanya Jeno dengan nada menyeramkan—menurut Jisung.

Jisung menggeleng panik, "Tidak tau, hyung! Aku baru bangun dan tiba-tiba jadi seperti ini!" ucap Jisung panik.

Jeno menghela napas, "Kita adakan rapat dadakan."

***

Enam dari anggota NCT Dream sekarang sedang berkumpul di ruang tengah dorm.

"Ada apa?" tanya Mark memecah keheningan, adik-adiknya sedari tadi hanya diam, tidak mau menjelaskan apa yang terjadi. Padahal dirinya dan Haechan rela meninggalkan latihan dengan unit lain karena Jeno bilang ini darurat.

Tiga anggota Dream yang tinggal di satu dorm itu saling lirik-melirik.

"Tidak ada yang mau memberi tau?" tanya Mark lagi, aura intimidasi yang dikeluarkan lekaki itu cukup kuat—setidaknya cukup untuk membuat member lain meringsut ketakutan.

"Kalian sedang nge-prank atau bagaimana? Tau kan aku dan Haechan itu ada latihan bersama 127 hyungdeul? Sekarang, cepat beri tau, apa alasan kalian memanggil kami kesini!" nada suara Mark mulai naik seiringan dengan kesabarannya yang semakin menipis.

selcouth  | | nct dream☘️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang