p r o l o g

2.8K 271 9
                                    

Arcapelia terancam punah!

Para penyihir yang masih bisa menyelamatkan diri lantas segera bergegas meninggalkan Arcapelia dan menuju bumi, kebanyakan dari para penyihir itu adalah perempuan, dan masing-masing diantaranya membawa seorang anak bayi.

"Yooda, Donghyuck harus selamat. Jika energi mu tidak dapat membantu Donghyuck untuk mencapai bumi, titipkanlah Donghyuck kepada Taeil. Ia pasti bisa menjaga Jungwoo dan Donghyuck." Seorang nenek dengan tergopoh-gopoh berucap.

Yooda mengangguk, "Aku mengerti. Aku paham dengan baik, aku tidak mungkin selamat, tapi kuharap Donghyuck bisa mencapai bumi dengan selamat." Ucap Yooda sambil memeluk erat bayi yang di gendongnya.

Nenek tersebut tersenyum, "Suami mu bangga dengan mu, Yooda. Kematiannya tidak sia-sia karena anak spesial kalian pasti selamat." Ujar nenek itu sambil terbatuk pelan.

Batuknya mengeluarkan darah, namun bukannya panik, Nenek tersebut justru tersenyum. "Ah, aku tidak menyangka energi dan usia ku habis disaat perang begini. Kau teruslah berusaha, Yooda. Berikan usiamu pada anakmu. Ia tidak boleh meninggal sebelum mencapai bumi." Ujar nenek itu, masih sambil tersenyum.

Yooda ikut tersenyum, meski senyum yang ditampilkannya merupakan senyum tanda bersedih. "Aku tau, Nek. Suami ku telah berpesan setelah ia meninggal, lekaslah aku menyusulnya. Biarkan Donghyuck hidup, karena ia satu-satunya harapan di Arcapelia." Ucapnya sambil tersenyum menatap langit.

"Ingat pesanku, Yooda. Berikan pada Taeil, meski masih terbilang remaja, anak itu pandai mengurus anak kecil. Jungwoo yang diurusnya saja bisa tumbuh dengan bahagia seperti itu." Ucap Nenek itu.

"Aku mengerti, Nek. Aku akan segera mencari Taeil dan memberikan usiaku untuk Donghyuck—mungkin sedikit untuk Taeil dan Jungwoo. Setelah itu aku akan pergi menyusul Suamiku yang pasti sedang menunggu di sana."

Nenek tersebut tersenyum, lalu mengangguk. Perlahan-lahan, mulai dari kaki, tubuhnya menghilang dan berubah menjadi debu. "Aku memberikan sedikit usiaku juga untuk Donghyuck, semoga anak itu diberkahi." Bisiknya sebelum akhirnya seluruh tubuhnya berubah menjadi debu.

Yooda tersenyum sedih, "Terimakasih, Nek." Ujarnya.

Setelah memastikan debu Nenek itu telah menghilang dari pandangannya, Yooda bergegas mencari seorang remaja laki-laki berusia 15 tahun, yang pasti sedang bersama anak laki-laki lain yang berusia 7 tahun.

"Taeil-ah!" Teriak Yooda saat melihat Taeil bersama dengan Jungwoo ingin pergi ke tempat mereka tidur malam ini.

Yang dipanggil menoleh, sambil tersenyum ia menghampiri Yooda yang sedang menggendong bayi Donghyuck yang sedang terlelap. "Ada apa, Bibi Yooda?" Ucap Taeil masih dengan senyuman manis di wajah tampannya.

"Ini, aku ingin menitipkan Donghyuck. Aku tidak yakin kekuatan ku cukup untuk mencapai bumi. Daripada aku membiarkan Donghyuck berada di awan-awan sambil menunggu aku sadar, aku ingin menitipkan anak ini kepada mu. Aku yakin kau mampu membawa Donghyuck sampai ke bumi dengan selamat." Ujar Yooda menjelaskan.

Jungwoo terlihat tertarik dengan bayi Donghyuck yang sedang tertidur, "Hyung, bayi ini lucu." Ucap Jungwoo sambil mengelus pelan pipi Donghyuck, yang mana direspon oleh Donghyuck berupa gelengan pelan, pertanda bayi itu nyaman dengan elusan hangat Jungwoo.

Sedangkan Taeil, ia terkejut, mata nya membola tanda tak percaya. "Tapi Bibi, aku harus membawa Jungwoo. Kami berdua bukanlah mahluk yang mempunyai kekuatan seperti Bibi. Bagaimana jika aku gagal menjaga Donghyuck dan justru membawa nya dalam bahaya?" Kata Taeil panik.

"Itulah kenapa aku menghampirimu, Taeil. Aku akan memberikan sedikit kekuatan ku kepada mu dan adikmu. Aku juga akan memberikan usia ku untuk kalian berdua. Tenang saja, aku akan ikut perjalanan ke bumi, tetapi saat aku merasa tidak sanggup untuk bertahan, aku akan menitipkan Donghyuck ke kalian. Aku yakin kalian bisa menjaga Donghyuck sebagaimana kalian menjaga adik kalian sendiri." Ujar Yooda menjelaskan lagi.

Taeil menoleh kearah Jungwoo, meminta persetujuan adik laki-laki nya itu, Jungwoo dengan semangat mengangguk, ia sudah terlanjur jatuh cinta dengan bayi Donghyuck. Akhirnya, Taeil dengan kikuk mengangguk, "B-baiklah, Bibi."

Yooda tersenyum, ia menatap bayi Donghyuck yang masih tertidur lelap tanpa terganggu dengan kebisingan di tempat mereka mengungsi sementara.
Donghyuck-ah, Ibu berharap kau bisa menjadi lelaki yang bertanggung jawab nantinya. Ibu dan Ayah mungkin tidak bisa menemanimu untuk tumbuh berkembang, namun percayalah, Kami akan selalu memperhatikan perkembangan mu, Sayang. Ibu harap Kau-lah kunci dari semua, Ibu dan Ayah yakin, Kau bisa mengalahkan ilmu hitam itu dengan ketulusan hatimu. Maafkan Kami, Donghyuck-ah, maafkan kami yang tidak bisa menemanimu sampai kau dewasa nanti.

To be Continued

well, see you on the next chapter?xd

selcouth  | | nct dream☘️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang