18. egois

2.9K 259 20
                                    

Aku ga maksud buat marah - marah cuman rasanya sakit aja ngeliat chapter kemarin yang sider banyak banget. Yang baca seribu yang vote cuman 60 lebih. Nyesek banget sih jujur. Setidaknya kalian harus bisa ngehargai karya seseorang.

Itu juga yang buat aku malas ngetik kalau gitu. Tapi yaudahlah. Terima kasih atas perhatian kalian.

-

AUTHOR POV

"Udah ra. Jangan gini" celetuk ceye berusaha menenangkan ira yang sedang marah besar.

Juli melihat ira dengan tatapan kosong. Entah pikirannya bener - benar membeku dan berhenti. Dia bahkan bingung harus membalas perkataan ira seperti apa.

"LOE DENGER GA ?! LOE ITU YANG BUAT TARA GINI! SEMUA SALAH LOE!" bentak ira kembali dengan nada yang semakin naik.

PLAK.

Juli menampar pipi ira cukup keras seakan refleks. Semua orang menjadi diam mematung melihat keduanya.

Ira terdiam dengan tangan yang memengang pipinya yan mulai memerah. Dia menoleh kembali melihat juli dengan tatapan marah. "Apaan - apaan ? Maksud loe apa nampar gw ?" serunya dengan nada dingin.

Ira maju beberapa langkah sambil mendorong juli cukup keras. "MAKSUD LOE APA ?!"

"LOE YANG MAKSUDNYA APAAN ?!" bentak balik juli dengan nada tinggi. Amarahnya sudah memuncak tangisnya pecah. Semua uneg - uneg seakan sudah tak bisa dia tahan lagi.

"Wah berani loe bentak gw ?" ira tersenyum sinis. "Sadar diri dong. Tara ga mungkin suka sama loe. Dia sayangnya ke gw."

Juli mematung mendengan perkataan ira yang blak - blakkan.

Mama tara dan juli juga sama - sama terdiam kaget.

"Gw rasa ga." jawab juli dengan nada pelan.

"Mana tau loe ?!"

"Kalau pak tara ga suka gw. Harusnya dia kecelakaan bukan karena gw yang jauhin dia."

Ira diam mendengar jawaban juli yang terdengar masuk akal membuatnya bingung untuk membalas seperti apa.

"Pak tara atau pun gw punya perasaan satu sama lain. Loe tau siapa sebenarnya penyebab pak tara kecelakaan gini ?" tambah juli dengan melangkah maju agar semakin dekat dengan ira.

Tatapan juli semakin tajam seakan semua perasaan sakitnya ingin dia salurkan. "Loe. Loe penyebab nya."

Rahang ira mengeras. Tangannya dia kepal kuat. "MAKSU-"

"KARENA LOE GA MAU NGAKUIN KALAU PAK TARA CUMAN NGANGEP LOE SAHABATNYA KAN ?!" bentak juli memotong perkataan ira yang langsung terdiam ditempat.

"Ra. Pak tara sama gw saling sayang. Bisa ga loe ngerti sih.. Ha.. Bisa ga sih.." pinta juli dengan nada memelas serasa tenaganya sudah terkuras cukup banyak.

Ira maju satu langkah menatap juli dengan tatapan tajam. Matanya sudah cukup sembab dan makin memerah membuat keadaannya terlihat makin kacau. "Jul. Loe ga tau rasanya jadi gw."

"Gw yang kenal tara duluan gw yang dekat sama dia duluan tapi apa ? Malah loe yang dapatin dia dengan gampang. Loe tau gimana sakitnya ha ?" jelas ira dengan nada lirih.

"Gw ngerti.. Tapi mau gimana ra.. Kalau gini sama aja kita nyiksa satu sama lain.. Gw mohon.. Mohon banget jangan gini.. Jangan nyiksa pak tara dan gw.. Kita ga bisa paksa perasaan seseorang. Kalau pak tara emang sayangnya ke loe.. Gw ikhlas.. Gw ga akan nganggu kalian.. Apapun demi pak tara bahagia.." jelas juli dengan nada memohon menatap ira yang hanya menatapnya dingin.

My teacher is My husband -- OSH [Complited √]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang