"Ju..li.." panggil tara pelan membuat juli yang tadi sudah mau keluar langsung berhenti dan menoleh.
"Udah bangun pak ?" tanya juli basa basi sembari berjalan mendekat ke arah tara.
"Buta kamu ? Saya udah sadar gini masih nanya gitu." jawab tara dengan nada sewot.
"Yaudah sih kalem." juli bedecak beberapa kali sebelum melanjutkan kalimatnya. "Baru bangun aja galak banget."
"Biarin." jawab tara cepat membuat juli diam tanpa minat untuk menjawab.
Suasana seakan menjadi hening karena keduanya yang sibuk dengan pikiran masing - masing membuat suasana semakin canggung.
"Juli" panggil tara membuat juli langsung menoleh. "Hmm ?"
Tara memajukan bibirnya beberapa centi dengan mata memelas. "Lapar.."
Juli menghela nafas lalu berdiri dan berjalan kearah meja rumah sakit yang sudah tersedia sebuah rantang makanan. "Biasanya yah orang kalau abis siuman itu ngeluarin kata - kata romantis gitu. Ini enggak."
"Kamu pikir ini di sinetron ?" cibir tara membuat juli berdecak kesal. "Lebih realistis dong!" lanjutnya.
"Iya iyaa." jawab juli pasrah lalu duduk kembali dengan rantang yang berisi bubur dan lauk yang sudah disediakan rumah sakit.
Juli baru ingin mengambil suapan pertama tapi dicegah. "Jangan."
Juli menoleh melihat tara dengan tatapan bingung. "Ha ? Jangan kenapa ?"
"Ga suka bubur. Ga enak." jawab tara cepat dengan kepala yang dia gelengkan pelan. "Orang baru siuman tuh dikasih makanan enak kek. Ini bubur."
"Kebanyakan mimpi ? Dimana - mana orang sakit makan bubur. Lebih realistis dong!" ujar juli seakan mengikuti perkataan tara beberapa detik yang lalu membuatnya langsung berdecak kesal.
"Huh yaudah. Tapi bantuin dulu nih. Masa saya makannya sambil tiduran." omelnya membuat juli mendesah pelan lalu berdiri cepat untuk membantunya duduk. "Manja banget."
"Duh. Bapak berat banget deh." keluh juli ketika merasa tangannya yang mulai nyeri.
"Enak aja." tara menyisir rambutnya kebelakang sebelum melanjutkan kalimatnya. "Saya langsing gini kamu bilang berat."
"Yaudahh iya dehh." juli kembali mengambil bubur dengan sendok lalu menyodorkannya ke tara untuk disuap. "Aaaaaa"
Tara tertawa kecil melihat juli yang memperlakukannya seakan seperti anak kecil lalu membuka mulutnya dan menerima suapan bubur. Membuat juli langsung bertepuk tangan ria. "Pintarrrr" puji nya.
Tara kembali tersenyum lebar. "Kamu jadi kayak mama saya deh."
Juli tersenyum tipis. "Iya ya. Sini nak. Mama suapin lagi. Aaaaaa" serunya lagi sembari kembali menyodorkan sendok untuk tara yang dengan senang hati membuka mulutnya.
Menurut tara bubur itu sangat hambar dan tidak enak. Dia benci dia tidak suka. Tapi entah kenapa kalau juli yang menyuapinya seperti ini rasanya menyenangkan.
"Tapi jul. Kalau kamu mama saya kok kamu pendek sih ?"
Juli memukul pelan lengan tara tapi masih bisa membuat yang dipukul meringis. "Berani yah bilang gitu ke mama. Ini tuh namanya anugrah. Jadi terlihat awet muda."
Tara tertawa puas melihat ekspresi juli yang kesal lalu mengangguk pelan. "Iya in deh. Iyain."
Juli berdecak kesal lalu kembali menyodorkan bubur. "Ini Aaaa lagi."
Tara membuka mulutnya dan menerima suapan juli sebelum kembali bersuara. "Tapi jul. Saya ga mau deh punya mama kayak kamu."
Juli menoleh dengan alis yang menyatu membuat dahinya berkerut bingung. "Loh kenapa ?"
KAMU SEDANG MEMBACA
My teacher is My husband -- OSH [Complited √]
Fiksi Remaja"ma ? aku masih baru masuk sma! masa udah dijodohin ? gila! ditambah dijodohin sama wali kelas aku, MA AKU SAMA DIA BEDA 8 TAHUN!" "jangan alay juli mama sama papa aja beda 12 tahun biasa aja" "iya, terus pas pernikahan mama nangis sampe bengkak kan...