Haechan terbangun pagi ini dengan perasaan was-was. Lusa adalah pernikahannya dan hari ini ia akan menjalani pemeriksaan penuh dirumah sakit untuk memastikan kondisinya.
Ia sudah diberitahu oleh Taeyong jika ia dan Mark harus segera mempunyai momongan. Ketika Haechan bertanya, Taeyong hanya tersenyum dan menjawab dirinya tak sabar menjadi seorang nenek.
Haechan menghela nafas pelan sebelum beranjak dari kasurnya dan menuju kamar mandi untuk membersihkan dirinya.
Tak butuh waktu lama, Haechan sudah siap dengan pakaian kasulanya dan turun menuju ruang makan. Dia berjalan menuju dapur saat mendapati meja makan yang masih kosong.
Ada sang Mama disana yang tengah menyiapkan bahan makanan pagi ini. Tak ingin mengejutkan Mamanya, Haechan memanggil Mamanya dengen lembut.
Doyoung menoleh dan tersenyum saat mendapati putra manisnya berdiri di depan pintu dapur lengkap dengan senyum cerahnya.
"Jadi kerumah sakit hari ini?"
Haechan mengangguk lalu berjalan menghampiri Doyoung. Mencium pipi Doyoung lalu tersenyum manis, "Selamat pagi Mama."
Doyoung balas tersenyum, "Selamat pagi juga mataharinya Mama. Mau membantu?"
Haechan mengangguk lalu mulai mengambil alih beberapa pekerjaan Doyoung. Tangannya begitu cekatan mengolah bahan makanan untuk sarapan pagi ini.
Tak ada pembicaraan serius yang terjadi, hanya seputar keadaan lingkungan mereka yang kemarin sedikit agak tak terkendali saat Haechan dikabarkan akan menikah dengan bangsawan kelas atas seperti keluarga Lee.
"Selamat pagi."
Haechan menolehkan kepalanya lalu tersenyum saat sosok gagah sang Papa terlihat berdiri di depan pintu dapur. Haechan tersenyum lebar, "Pagi Papa. Tunggu 5 menit lagi bersama koran pagi langganan Papa dan kopi kesukaan Papa akan tiba."
Johnny tersenyum lalu beranjak meninggalkan dapur. Doyoung masih sibuk dengan masakannya dan Haechan sibuk dengan kopi pagi Papanya.
"Ma?"
Doyoung menoleh dan mendapati anak gadisnya memasuki dapur dengan piyama tidurnya.
"Kau belum mandi? Ini sudah hampir jam 7 pagi."
Herin mengibaskan tangannya malas, "Nanti saja."
Doyoung menghela nafas lelah, "Kau seorang gadis Herin. Seharusnya kau bangun lebih pagi dan membantu Mama di dapur. Haechan saja yang pria bisa melakukan itu."
Haechan hanya menunduk, tak menanggapi. Beda dengan Herin yang mencibir, "Wajar, lagipula apa gunanya dia disini jika tidak membantu Mama."
"Herin!"
"Ck!"
Herin berdecak lalu berjalan meninggalkan dapur. Tak lupa menyenggol Haechan yang sedang berjalan membawa kopi pagi sang Papa.
"Akhh!"
Prang
"Haechan!!"
Herin tertawa sinis melihat Haechan yang meringis sembari mengibaskan tangannya.
"Ups sorry!"
Haechan memejamkan matanya menahan sakit dan panas yang menyapa tangan dan sebagian lengannya
Doyoung menatap marah Herin. Dia baru saja akan memarahi gadis itu saat Johnny datang dan langsung meminta Herin kembali ke kamarnya.
"John! Dia harus meminta maaf pada Haechan terlebih dahulu!"
"Hanya kopi panas, berikan obat dan semua selesai. Jangan memperbesar masalah."
Doyoung menatap nyalang suaminya, "Hanya?! Kau bilang hanya kopi panas?! Ya--
"Ma, aku tak apa sungguh. Aku akan membereskan ini dulu."
Haechan meninggalkan kedua orangtuanya yang kini bertatapan.
"Aku tak tau jika selama ini aku telah hidup dengan pria tak punya hati sepertimu!"
"Herin anakmu!"
"Kau fikir Haechan bukan anakku?!"
"Dia--"
"Tutup mulutmu dan merenunglah John! Herin memang anak kita. Tapi kau jelas tau, siapa yang lebih menghargai dan menghormati kita sebagai orangtuanya!"
.
.
.
"Ada apa dengan tanganmu?"
Haechan segera menyembunyikan tangannya dari pandangan Mark lalu tersenyum tipis.
"Terkena sup panas tadi pagi."
Mark memandang Haechan lembut lalu meraih tangan yang tadi disembunyikan Haechan. Memperhatikan luka melepuh ringan itu dalam diam. Mengulas senyum tipis, Mark kembali memandang mata Haechan.
"Setelah ini kita ke dokter untuk mendapatkan obat."
"Apa tidak berlebihan?"
Mark menggeleng, "Tidak. Kebetulan kita sedang dirumah sakit, jadi sekalian saja. Lagipula lusa kita akan menikah, aku ingin kau tampil sempurna dihari bahagia kita."
Senyum Haechan perlahan muncul, "Terimakasih."
Mark mengusak lembut surai Haechan, "Lain kali jangan sampai seperti ini lagi ya?"
Haechan mengangguk pelan, "Ya. Maaf, lain kali aku akan berhati-hati."
"Jangan meminta maaf. Kecelakaan saat memasak adalah hal wajar. Kau pasti bersemangat sekali ya?"
Mark terkekeh pelan. Haechan kembali mengulas senyum manis, "Sepertinya. Oh, kau tidak ke kantor hari ini?"
Mark menggeleng, "Tidak, hari ini setelah pemeriksaan aku akan mengajakmu kesuatu tempat."
"Kemana?"
"Makam leluhurku."
.
.
.
"Bagaimana?"
"Kondisi Tuan Haechan sangat baik. Kita hanya perlu menjaganya dengan tetap memberikan vitamin dan suplemen tambahan."
Mina mengangguk lalu kembali membuka dokumen rekam medis milik Haechan. Meneliti setiap tulisan disana satu persatu. Tak membiarkan satu katapun terlewat dan membuka celah kesalahan untuk datang.
"Dokter Kang?"
Mina mendongak, "Ya Dokter Na?"
"Apa kau akan kembali kerumah sakit?"
Mina tersenyum tipis, "Nanti. Aku pasti akan kembali. Kau tau bukan mengapa aku meninggalkan Rumah Sakit dan menjadi Sekertaris Tuan Jung?"
Dokter di depan Mina mengangguk pelan, "Ya Dokter, aku tau dengan jelas. Aku akan membantu kapan saja saat dibutuhkan. Mengingat bagaimana kebaikan hati keluarga Tuan Jung padaku dan keluargaku, aku juga akan membantu sebisaku."
Mina kembali tersenyum, "Terimakasih Na Jaemin."
Jaemin tersenyum, "Sudah tugasku noona."
*******
Hallo💚
Maaf agak lama lanjutin buku ini, aku harus kembali 'mengaktifkan' jiwa mellow penuh dramaku lagi soalnya hehe~Jadi, bagaimana? Jangan galak-galak sama Papa Johnny yaa😁
KAMU SEDANG MEMBACA
Sampai Aku Menutup Mata [MarkHyuck]
Short StoryJudul lain: "Takdirku" Kau adalah bulan dan bumiku disaat aku menjadi langit dan mataharimu. Maka biarlah untain takdir menuntun kita pada benang merah kehidupan cinta abadi. MarkHyuck [Mark X Donghyuck/Haechan] BxB AU Inspirasi: Drama Korea "Bride...