15

7.4K 1K 80
                                    

Haechan tengah mengaduk susu paginya saat sepasang lengan milik sang suami melingkari pinggangnya. Haechan tertawa pelan lalu melirik Mark yang telah menumpukkan dagunya pada pundak kirinya.

"Sarapan dulu baru ke kantor."

"Iya tunggu sebentar. Aku sedang mengisi ulang tenagaku."

Haechan tertawa pelan lalu memejamkan matanya perlahan saat telapak tangan Mark mengusap lembut perutnya, menyapa sang anak di pagi hari.

"Anak Papa gak rewel kan pagi ini?"

Haechan menggelengkan kepalanya pelan, "Tidak, baby jadi anak baik pagi ini. Jadi sekarang Papa lebih baik duduk dan biarkan Mama meminum susu pagi untuk baby, oke?"

Mark tersenyum lalu mengecup pipi Haechan, "Iya Mama sayang."

Tawa mereka mengalun pelan, mengisi kekosongan pagi ini dengan kehangatan yang mereka miliki. Mark duduk tenang di kursinya sembari menatap Haechan yang tengah menyiapkan makanannya.

Ia tersenyum lebar saat sang istri memberikannya piring berisi sarapannya hari ini. Mark mulai memakan sarapannya dengan mata mengawasi Haechan yang kini juga tengah memakan sarapan paginya.

Mark bersyukur setidaknya Haechan makan dengan baik hingga ia bisa sedikit tenang. Rasanya baru sebentar Mark menundukkan kepalanya untuk menatap menu sarapannya saat pecahan kaca terdengar dan derap langkah Haechan yang meninggalkan meja makan.

Mark dengan segera menyusul Haechan yang kini tengah memuntahkan seluruh isi perutnya di kamar mandi. Rasanya baru saja Haechan mengatakan tak ada yang salah dengan bayi mereka pagi ini.

Namun saat ini juga Mark melihat bagaimana Haechan yang terus menerus muntah dengan wajah yang perlahan menjadi pucat.

Mark bersumpah ia tak pernah sepanik ini sepanjang hidupnya ketika ia menyadari Haechan yang kini telah kehilangan kesadaran akan dirinya sendiri tepat dalam rengkuhannya.

.

.

.

Mina berlari dengan high heels 7 senti lengkap dengan pakain kantor berwarna abu gelapnya. Ia membuka pintu ruang rawat Haechan dan segera menghampiri ranjang dimana Haechan tengah berbaring dengan mata terpejam.

Ia segera mengambil catatan yang diberikan salah satu perawat disana lalu membacanya dengan teliti. Mina menghela nafas pelan lalu meletakkan dahinya pada besi pembatas ranjang.

Jaemin yang juga berada disana menepuk bahu Mina pelan, "Tenanglah Dokter Kang. Tuan Haechan hanya mengalami mual di pagi hari biasa seperti orang hamil kebanyakan."

"Tapi dia pingsan!"

"Itu karena dia sedikit kelelahan. Kondisi janin dan rahimnya kuat dan tidak ada gangguan yang membahayakan."

Mina menganggukkan kepalanya samar lalu melihat keadaan ruangan Haechan. Ia mengernyit saat tak mendapati Mark disana.

"Dimana Mark Jung?"

Jaemin tertawa pelan, "Dikamar mandi. Ia sedang membasuh wajahnya. Tadi ia datang dengan wajah banjir air mata membuat kami semua panik."

Mina mendengus kasar. Bingung harus memberikan reaksi seperti apa. Tapi dalam hati ia memaklumi apa yang terjadi pada Mark. Karena ia pun jika berada pada posisi Mark akan mengalami hal yang sama.

Ketakutan itu selalu ada karena kau sudah tau jika kau tengah bertaruh dengan takdir.

Mark berada pada batas tipis antara pasrah dan berjuang untuk hidupnya. Mina menatap Haechan yang kini tengah tertidur dengan lelap. Dalam hati turut mendoakan kebahagian untuk Haechan dan tentu saja Mark.

.

.

.

"Tadi kata Dokter hyung menangis, benar?"

"Shhttt, ayo tidur."

Haechan tertawa lalu mendusalkan wajahnya pada dada Mark. Mereka kini telah berbaring nyaman pada ranjang mereka di rumah setelah seharian Haechan mendapatkan perawatan dirumah sakit.

Mark mendekap tubuh Haechan dengan lembut. Sesekali memberikan kecupan sayang pada pucuk kepala sang istri. Mereka tenggelam dalam hening sebelum suara Haechan terdengar mengisi keheningan itu.

"Umur baby baru satu bulan, masih ada 8 bulan lagi untuk berjuang. Hyung akan terus disampingku kan?"

"Tentu saja. Aku telah berjanji atas nyawaku didepan Tuhan."

Haechan menarik nafas pelan lalu mengeratkan pelukannya pada tubuh Mark.

"Hyung, aku sudah tau."

Haechan memejamkan matanya erat saat merasakan detak jantung Mark yang terdengar begitu keras.

"Apa?"

Suara Mark terdengar pelan dan tercekat. Ia semakin mengeratkan pelukannya pada tubuh Haechan dan menghujani kepala Haechan dengan kecupan seringan bulu. Mata Mark menunjukkan adanya rasa panik dan takut yang sangat besar.

Matanya perlahan memerah dan setetes air mata jatuh disana.

"Maaf. Maafkan aku. Maaf. Ku mohon maafkan aku."

Haechan tersedak oleh tangis dalam diamnya saat mendengar suara serak Mark. Haechan memilih diam dan semakin melesakkan wajahnya pada dada Mark.

Haechan bisa merasakan badan Mark yang bergetar pelan dan nafasnya yang memburu.

"Hyung?"

"Sayang kumohon ampuni aku. Jangan membenciku ku mohon. Aku sangat mencintaimu. Ahh bagaimana ini? Sayang ku mohon jangan membenciku."

Mark meracau membuat Haechan menarik paksa dirinya dari rengkuhan Mark. Dan saat itu pula ia melihat wajah Mark yang telah basah oleh air mata.

Haechan dan Mark bertukar pandang dengan air mata yang masih menghalangi mata mereka. Dan tangis Mark pecah saat Haechan dengan lembut mengecup bibirnya setelah membisikkan ucapan sederhana.

"Aku mencintaimu dan baby. Mari berjuang bersama."

Sederhana tapi bagi Mark, ucapan Haechan tadi mengandung berjuta makna dan satu harapan masa depan bagi mereka.

Malam itu mereka berdua saling membagi ketakutan yang mereka rasakan. Dan tentu saja saling membagi kehangatan, harapan dan janji untuk berjuang bersama demi kebahagian mereka.

"Berjanjilah dua hal hyung."

"Apapun itu, selama untukmu."

"Jangan pernah menyesal dan jangan pernah meminta maaf."

Mark menatap Haechan yang juga menatapnya. Mark menangkup wajah Haechan lalu memberikan kecupan dalam pada dahi Haechan. Setelahnya Mark tersenyum tipis dan kembali menatap Haechan.

"Aku telah menjaminkan nyawaku untukmu. Apapun permintaanmu adalah tugas yang akan ku lakukan."

Haechan tersenyum lembut, "Terimakasih."

Mark kembali memberikan satu kecupan pada dahi Haechan lalu menatap pada dua mata indah Haechan.

"Apapun untukmu sayangku."

*******
Baru bulan pertama gaes, dedek bayinya masih lama~

Sampai Aku Menutup Mata [MarkHyuck]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang