3

8.5K 1.2K 316
                                    

Mark melonggarkan dasi yang terasa mencekik lehernya saat ketukan pintu ruang kerjanya terdengar. Tak lama pintu terbuka dan sekertarisnya berdiri sopan disana.

"Tuan Haechan ingin menemui anda sajangnim."

Mark menganggukan kepalanya, "Biarkan dia masuk dan Mina?"

"Ya sajangnim?"

"Tolong kosongkan jadwalku hingga beberapa jam kedepan."

Mina mengangguk lalu membuka pintu lebih lebar dan mempersilahkan Haechan untuk masuk.

Haechan tersenyum kearah Mina lalu masuk ke dalam ruangan Mark. Siang ini pria itu meminta Haechan datang untuk makan siang bersama. Dan karena Haechan mendapatkan izin dari Bank tempatnya bekerja, maka disinilah dia setelah tadi menyempatkan diri membuat makan siang untuk pria itu.

"Kau memasak?"

Haechan mengangguk, "Aku membuat bulgogi, ku dengar kau suka daging. Dan ini, kubawakan semangka."

Mark tersenyum, "Terimakasih Haechan."

Haechan tersenyum tipis lalu mengangguk. Dia memang tak menginginkan perjodohan ini. Tapi dia bukan seorang yang dramatis dan bertingkah diluar nalar. Lagi pula Mark menjanjikan kebahagian untuknya. Lalu apa yang perlu Haechan ragukan lagi?

"Istirahatlah sebentar dan makan."

Mark mengangguk lalu bangkit dari kursi kebesarannya menuju sofa yang di duduki Haechan.

Haechan dengan cekatan menyiapkan makan siang yang ia bawa untuk Mark. Ia lebih dulu menyodorkan kotak berisi buah-buahan pada Mark membuat pria itu heran.

"Buah dulu. Kalau kau makan nasi terlebih dahulu kau akan kenyang dan memakan buah lebih sedikit. Jadi sekarang makan buahnya dulu oke?"

Mark akhirnya mengangguk dan mulai menikmati semangkanya sembari melihat Haechan yang masih sibuk dengan kotak bekalnya.

Haechan terkejut saat potongan buah semangka mampir di depan bibirnya. Ia menatap Mark yang juga menatapnya. Tertawa geli saat melihat pria itu menyuruhnya membuka bibirnya dengan isyarat. Akhirnya satu potong buah menyegarkan itu masuk kedalam mulutnya. Manis.

"Kau juga membuat telur gulung?"

Haechan mengangguk lalu mengambil kotak bekal kosong ditangan Mark dan menggantinya dengan sumpit.

"Makanlah."

"Kau tidak?"

Haechan menggeleng, "Papa memintaku menjaga berat badanku untuk pernikahan minggu depan."

Mark mendengus lalu mengambil sendok untuk mengambil nasinya. Ia kemudian menyumpitkan potongan daging dan menaruhnya di atas nasi. Menyodorkan sendok itu di depan bibir Haechan, Mark memandang Haechan tepat di bola matanya.

"Makan, yang akan menikah kau dan aku. Aku tidak peduli apapun kecuali kesehatan dan kebahagianmu."

Haechan tak bisa menahan senyumannya, "Terimakasih Mark."

Mark membalas senyuman Haechan, "Kembali kasih, sekarang makan."

Haechan mengangguk pelan. Siang itu mereka habiskan dengan tenang sembari memakan bekal yang dibuatkan Haechan. Membahas hal-hal sederhana tentang diri mereka masing-masing.

Mendekatkan diri satu sama lain tanpa menyadari benang takdir yang menghadang dan mengikat di depan sana.

.

.

.

"Ibu dengar Haechan mengunjungimu siang tadi."

Sampai Aku Menutup Mata [MarkHyuck]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang