"Let's just forget..."
"Everything happened pretty fast."
"Everything we did..."
"Never mind..."11 Januari 2021.
"Arthur!"
Sontak Arthur tersadar dari lamumannya. Sejak tadi kepalanya penuh diisi dengan khayalan dan imajinasi. Membuat fokusnya teralihkan dari guru yang sedang mengajar.
"Kamu ini. Perhatiin ke depan. Jangan ngelamun." tegur guru yang sedang mengajar tersebut. Yang di tegur pun tidak begitu peduli. Daripada omelan guru tersebut semakin panjang, lebih baik ia menurutinya saja.
Suasana hening dengan suara ketukan spidol yang sedang dipakai oleh sang guru untuk menulis catatan di papan tulis. Seperti sudah terasa sangat membosankan untuk kembali didengar setiap hari.
Kelas XI IPS 1 pada hari itu terasa begitu suntuk. Mengapa tidak, sebab pelajaran sejarah peminatan khusus kelas jurusan IPS sangat membosankan dan terlihat begitu monoton. Tak heran bahkan Arthur pun melamun dengan sangat serius.
Tringgg.... Tringgg....
Bunyi merdu yang bahkan mengalahkan merdunya suara penyanyi kondang dunia pun berbunyi. Para siswa siswi mulai berhamburan keluar kelas dan memenuhi koridor kelas, serta lapangan pun mulai terkihat ramai dengan siswa siswi lalu lalang. Ada yang pergi menunaikan shalat dzuhur, adapula yang langsung bersatu bersama kawanan geng mereka masing-masing.
Berbeda dengan yang lain, hari itu Arthur terlihat tidak begitu bersemangat seperti biasanya.
"Oit ngab, kuy gas kantin." tegur Remi yang mulai bosan berada dikelas saja.
"Hmm." Arthur berdiri malas dan berjalan menuju pintu kelas. Remi mengekor dari belakang. Entah bagaimana, namun dalam pikirannya hari itu Arthur terlihat berbeda dari biasanya. Ia berusaha mencairkan suasana dan membantu Arthur untuk menaikkan kembali suasana hatinya yang menurutnya mungkin pada saat itu sedang tidak begitu baik. Arthur yang melihat usaha salah satu temannya itu pun menghargai usahanya untuk menaikkan kembali suasana hatinya. Senyum tipis terlihat di sudut bibir Arthur.
"Sini dah ngab."
"Iyedah ngab serah lo aja haha."
Kantin terlihat ramai. Agak sesak namun masih dapat dilalui dengan perlahan. Memang sudah menjadi sebuah hal yang biasa apabila waktu istirahat tiba, terkhusus istirahat kedua, pasti kantin akan menjadi sangat padat dan ramai. Karena pula sudah masuk jam makan siang. Jadilah hampir seantero warga sekolah memenuhi area kantin.
"Eh bentar Rem, mau ke toilet dulu gue. Tolong ya, gue nitip nasgor ama naget. Kek biasa aja." pinta Arthur karena mendadak mendapat 'panggilan alam'.
"Siap."
5 menit kemudian...
"Ebuseh rame banget." Batin Arthur melihat bangku dan meja kantin sudah terisi penuh. Namun ia melihat sesosok yang sangat ia kenali melambai-lambai, menandakan ia untuk segera ke tempatnya; Remi.
Di meja sudah tersedia makanan-makanan yang cukup banyak. Termasuk pesanan milik Arthur. Namun bukan hanya itu saja yang tersedia di meja. Tetapi juga tangan yang menengadah dengan raut wajah Remi yang sudah dapat ditebak maknanya. Arthur hanya dapat terheran sembari memberi sejumlah uang untuk mengganti uang Remi yang dipakai untuk membeli makanan pesanannya. Tak lama, ada suara lain yang mendekat. Suara yang sangat-sangat familiar.
"Idiw gue ikutan ye hahaha." Ya, Dion Widodo. Yang lebih sering dan akrab dipanggil 'Owen'.
***
HALOOO. Long time no see para readers tercintah. Udah lama ya author hiatus :). Haaah, its good to be back ;)
Oh, ini sekuel dari Spring Day. Jadi ini kelanjutan dari kisah Arthur dan kawand-kawand heheh.Mungkin author bakal slow update juga, dikarenakan satu-dua hal. Enjoy yaa para readers semuvvah. Jangan lupa tinggalin jejak a.k.a vote, comment, dan share juga ke temen2 klean yaa wkwkwk.
Enjoy :)
-exl.
KAMU SEDANG MEMBACA
Spring Day: Disguised Melody
Teen Fiction"Truth" "Can you hear my voice?" Sekolah? Hal yang biasa. Namun sekolah diluar negeri sebagai siswa dari program pertukaran pelajar? Sesuatu yang menarik bukan? Rasanya jika diantara kita mengalami itu, pasti masa-masa SMA kita akan terasa sangat me...