Prolog

31.4K 2.5K 363
                                    

○🏀○

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

○🏀○

📍s e o u l, s o u t h k o r e a.

"Pass!"

Terdengar bunyi decitan sepatu yang saling beradu, bunyi langkah kaki yang saling mengejar dan melompat terdengar menggelegar di seluruh penjuru lapangan yang luas dan megah itu.

Nampak seorang pemuda berkulit tan tengah berlarian kesana kemari sambil memantulkan bola ke lantai, diikuti dengan beberapa pemuda lainnya yang mengejarnya dari belakang. Langkah lelaki muda kelahiran Juni itu semakin cepat seiring terkikisnya jarak antaranya dengan ring lawan.

"SHOOT, CHAN!"

Pemuda tan itu membelalak mendengar ucapan sang kakak kelas, jaraknya dengan ring memang cukup dekat. Tapi, untuk melakukan shoot sekarang rasanya terlalu jauh! Kalau berhasil ia memang akan mendapat poin lebih, namun selang waktunya sangat sedikit untuk gagal..

Persetan dengan gagal.

Tangannya bergerak untuk melempar bola pantul itu dengan matanya yang terpejam erat, seakan enggan melihat konsekuensi dari keputusan mutlaknya. Keringat mengalir dari pelipisnya, menandakan sekeras apa mereka berjuang hingga di titik terakhir ini.

Hanya ini, hanya ini harapan satu-satunya...

"THREE POINT!!!"

Deg

"T-three point..?" Mulutnya seakan otomatis mengutarakan kalimat yang ia dengar, matanya langsung terbuka lebar seiring suara riuh penonton mulai terdengar di telinganya.

Ia berhasil..

BRUK

Tubuhnya hampir saja jatuh bila ia tak langsung menyeimbangkan kembali tubuhnya, "HAECHAN!!!" Teriak kakak kelasnya sambil menjatuhkan badannya pada Haechan.

"BERAT BANGET JAE HYUNG! JATOH ENTAR!!"

"Udah jago calon Ace kita!!" Kembali terdengar suara keras dari temannya yang biasa disebut Canada Boy.

Haechan tak bisa menyembunyikan tawanya, baru saja tubuh Haechan akan diarak oleh kakak-kakak kelasnya, sang pelatih sudah terlebih dahulu menyuruh mereka untuk bersalaman dengan lawan main mereka.

Pemuda tan itu berjalan beriringan dengan senior yang berjalan di sampingnya, tepukan pelan pada bahu Haechan membuat lelaki kelahiran Juni itu menoleh pada yang lebih tua.

"Bentar lagi jadi official ace, pensiun deh hyung."

Haechan mengangguk pelan, senyuman secerah mentari itu tak kunjung surut dari wajahnya, "Haechan bakal ngalahin rekor hyung!" Ucapnya dengan semangat.

Yuta tak bisa menahan senyumannya, tangannya bergerak untuk mengacak rambut adik kelasnya itu.

"Hyung pegang omonganmu, Chan."

Love? -HyuckRenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang