*[BAB 14]*

236 125 40
                                    

Mengapa harus aku yang menanggung semua ini?

~Aan Apriansyah~

***

Aan memegang tangan Abdul namun pria tersebut segera menepisnya. Sari menatap tak suka pada Abdul.

"Kamu tak tahu apa-apa Sari!" Abdul meremas keras bahu Sari.

"Aku tahu semuanya!" Kali ini Sari tak mau diam.

"Dan kau! Apa yang kau lakukan di rumahku? Keluar!" Sari berteriak ke arah Damar yang sedang duduk santai menyaksikan mereka.

"Bocah tidak tahu diri! Cuih!" Damar meludah ke kaki Sari kemudian kejadian tak terduga terjadi. Abdul melempar semua uang itu ke wajah Damar hingga membuat Damar melotot tak percaya.

"Pergilah! Aku tak butuh uangmu!" teriak Abdul. Pikiran pria tersebut kini terbagi dua. Antara kesal dan juga bingung bereaksi seperti apa selain marah.

Dengan wajah yang kesal, Damar memungut uangnya dan keluar dari rumah. Mungkin sikap ini Abdul lakukan karena tak suka melihat putrinya diludahi.

"Kenapa Ayah mengembalikan uangnya? Bukankah karena uang Ayah buta akan kenyataan." Sari masih terisak. Gadis itu masih tak percaya dia bisa berbicara dengan nada tinggi di depan Abdul.

"Berhentilah! Atau Ayah akan menamparmu lagi!" Amarah Abdul semakin memuncak. Aisah yang ketakutan sembunyi di balik dinding rumah sambil menangis. Sari tak bergeming sama sekali.

"Tampar saja Ayah." Sari menantang Abdul. "Kapan Ayah akan sadar? Ibu sudah meninggal! Apakah Ayah menunggu kami semua mati untuk sadar?" Sari menarik ujung kemeja Abdul.

"Cukup Kak!" Aan menarik Sari menjauh.

"Aku hanya menginginkan anak haram itu keluar dari rumah!" Abdul menunjuk Aan dengan wajah amarah bercampur kesal

"Kalau begitu mengapa Ayah tak membiarkan aku mati saja," ucap Aan dengan wajah yang sendu.

Abdul terdiam, dia sendiri tak tahu mengapa dia menolong Aan saat itu.

"Ayah, tidakkah cukup penjelasan yang Ibu lakukan?" Sari sudah kehabisan akal. Gadis itu ingin selesaikan masalah ini sesegera mungkin. "Mengapa Ayah selalu beranggapan Aan itu bukan anak kandung Ayah?" Sari kembali mendekat pada Abdul yang masih saja terdiam. Aan hanya memandang Abdul dan Sari secara bergantian. Remaja tersebut tak mengerti apa yang tengah Sari bahas kali ini.

"Ayah sebenarnya mencari apa?" tanya Sari yang suaranya mulai terkontrol. Entah kenapa rasa sakit tamparan Abdul baru dia rasakan perihnya.

"Ayah tak tahu kau sedang membahas apa?" Abdul mencoba berdalih.

"Ayah tak usah pura-pura. Kata haram itu patutnya diucapkan untuk perilaku Ayah!" Gadis 18 tahun itu kembali menatap tajam Abdul. Sari berusaha memecahkan masalah.

"Maksud Kakak?" Aan bertanya sebab dia sudah tak sabar untuk mengetahui semua hal yang keluar dari mulut Sari.

"Tataplah Ayah, Aan! Pria ini menyembunyikan rahasia dengan menyebutmu anak haram!" Sari benar-benar tak kuasa mengatakan kalimat selanjutnya. Sari takut Aan akan terluka mendengarnya.

Allah, Masihkah Kau Bersamaku? [Telah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang