Sehun terdiam. Matanya hanya tertuju pada Luhan kecil yang juga menatapnya lemah. Namun, tidak lama hal itu terjadi, Sehun langsung meninggalkan Luhan dan mencari dokter yang bertugas malam itu.
"Dia juga pergi" awalnya Luhan sempat berharap, namun harapan itu dengan cepat memudar karena dengan cepat pula Luhan mendapat jawaban dari apa yang ia lihat. Benar memang, semuanya akan pergi dengan cepat atau perlahan. Tidak ada yang ingin bersamanya. Setidaknya begitulah pikirannya berjalan.
Tidak lama, dokter datang menghampirinya dan memeriksa keadaannya. Hanya diam dan memang begitulah Luhan. Hingga dokter itu sedikit berbicara pada Luhan. Maklum saja, dokter anak memang biasanya sangat sering berinteraksi dengan anak-anak dan mudah untuk mengajak anak-anak untuk berkomunikasi. Mungkin mereka juga mendapatkan beberapa ilmu anak untuk bisa merawat dan mengobatinya, karena memang perlakuan pada anak-anak sangatlah berbeda dengan orang dewasa.
"Apa Luhan masih merasa sakit?" Sejenak Luhan menatap dokter itu. Seorang dokter yang terlihat masih muda dan di sana Luhan hanya menggeleng.
"Luhan mau tinggal di sini beberapa hari lagi?" Pertanyaan kembali dan membuat Luhan masih tetap menjawab dengan menggeleng di sana.
"Aku ingin pulang" Luhan tahu perkataannya cukup membingungkan. Ingin pulang, namun rumah pun Luhan tidak memilikinya. Tapi, Luhan tidak suka ada di ruangan itu. Bau rumah sakit yang sangat menusuk penciumannya. Entahlah, Luhan juga tidak mengerti akan hal itu. Pertama kalinya Luhan berada di rumah sakit dan pertama kalinya Luhan merasa rumah sakit bukanlah tempat yang baik untuknya.
"Aku berjanji, Luhan akan di sini dua hari lagi ya" Luhan hanya diam dan di sana dirinya dapat melihat dokter itu tersenyum. Bukan senyuman yang ingin Luhan lihat, tapi senyuman yang selalu Luhan lihat. Senyuman penuh paksaat yang selalu Luhan lihat.
Mengingat hal itu, Luhan kembali memutar memorinya. Mengingat seseorang yang ada saat dirinya tersadar. Orang itu sama dengan orang di hari lalu yang ia lihat. Tersenyum namun tidak tersenyum.
"Dokter, apa paman yang tadi sudah pergi?" Biasa menggunakan kata itu hingga membuat sang dokter sedikit menaikkan alisnya. Alih-alih bertanya di mana keberadaan Sehun, Luhan hanya bertanya tentang kepergian Sehun dan hal itulah yang membuat dokter itu bingung.
"Tidak, kakakmu keluar sebentar, aku rasa kakakmu membeli sesuatu"
"Kakak...?" Bahkan kini Luhanlah yang merasa bingung. Dirinya tidak memiliki keluarga, bahkan dirinya tidak memiliki hak milik terhadap dirinya sendiri.
"Sebentar lagi dia datang. Ingin aku temani?" Luhan menggeleng dan kemudian dokter itu mengangguk pelan. "Baiklah...istirahatlah, sampai jumpa besok pagi" melambai pada Luhan yang hanya terdiam di sana. Kini dirinya sendiri. Tidak, Luhan tidak merasa sepi. Dirinya terlalu terbiasa dengan suasana itu hingga sepi adalah dunianya.
"Bukankan paman itu seorang iblis? Tapi ternyata aku belum mati" entah mengapa air matanya mengalir tanpa sebab yang jelas. Setelah sekian lama, air mata itu turun dan membasahi pipinya. Luhan jarang menangis, bahkan untuk dipukul hingga puluhan kali pun Luhan hanya memilih diam. Namun kali ini Luhan merasa sedikit aneh. Sakitnya terlalu sulit untuk dipendamnya.
"Aku ingin pulang hiks...hiks...aku takut di sini..hiks..." saat telinganya mendengar dengan jelas suara pintu yang digeser, saat itulah matanya bertemu dengan mata Sehun. Luhan bisa melihat dengan jelas kekhawatiran yang ada di mata itu.
"Luhan...apa ada? Apa ada yang sakit? Apa dokter belum memeriksamu?" Saat tangan itu menyentuh pipinya, saat tangan besar itu menghapus air matanya, saat itu tangisnya kembali pecah. Tangis itu membuat Sehun samakin panik di sana.
"Paman sebenarnya siapa? Kenapa paman tahu aku? Apa paman iblis itu? Jawab aku paman" masih menangis, namun isakan pun diikuti dengan perkataan yang susah payah ia lontarkan. Bahkan tangan kecil itu sudah mencengkeram lengan kemeja Sehun dan membuat Sehun menggenggam tangan kecil itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
綺麗な花 (Kirei na Hana) [HunHan]
FanfictionHanya sebuah kisah di mana sebuah bunga indah tidak selamanya megah terlihat. Sebuah kisah di mana bunga indah pun memiliki sisi rapuhnya. Hanya mampu memohon untuk tetap hidup untuk esok hari ataupun mati di tangan iblis baik hati. HunHan story