The story begins with a child's life that is so complicated
Bunga yang mekar dengan aroma yang menyejukkan. Namun keindahan itu pun akan layu dan digantikan lagi oleh bunga yang lain. Seiring waktu berlalu, hanya menyisakan daun dengan duri di tiap bagiannya. Banyak menyisakan warna kusam pada kelopak bunganya. Tidak ada yang mencoba peduli padanya.
"Astaga! Apa yang kau lakukan dasar sampah?!" Terkadang bunga indah pun akan tenggelam dalam lumpur dan letih untuk bangkit lagi. Hanya menunggu waktu untuk dirinya berguguran dalam lumpur yang akan mengering.
Bunga yang indah kini harus terima diinjak oleh orang lain. Bunga yang indah belum tentu bisa membuat semua orang senang.
"Kau pencuri sialan! Kau mencuri rotiku hah?!" Hanya mempu mendengar dengan telinga yang coba ia tulikan. Hanya mencoba bertahan walau tubuh sudah begitu ringkih dan bergetar. Tidak mampu melawan dengan bibir yang sudah kaku di dinginnya malam.
"Kau membuat bisnisku berantakan! Pembawa sial!" Bagaimanapun juga, telinganya harus tetap mendengar demi roti tetap di tangan. Biarlah dirinya diinjak dan dicaci, asal perutnya tidak bergemuruh hingga esok hari.
Kotor pun akan tetap ia makan. Hanya bersyukur dirinya bisa mendapat sesuap atau hanya sebuah roti hasil curian. Mencuripun ia anggap hal yang lumrah. Karena uang begitu sulit didapat dan tidak akan ada yang menerima dirinya di manapun. Dirinya hanya bunga indah yang sudah terbuang.
Menganggap tiap harinya adalah hari kematiannya. Bahkan dirinya berharap seorang malaikat maut datang padanya dan menawarkan tempat layak di bawah sana.
"Pergi kau sialan! Sekali lagi kau mencuri roti-rotiku, bersiaplah hanya namamu yang tertinggal di dunia ini. Cih, aku pun tidak yakin kau meniliki sebuah nama" perkataan apapun diterimanya. Bahkan saat orang itu meludahi wajahnya, hal itu masih ia terima. Asal orang itu tidak menginjak roti untuknya bertahan.
"Aku memiliki nama...Luhan, hanya itu yang aku miliki" tersenyum getir dan kemudian langsung menyuapi mulutnya dengan roti yang sedikit kotor terkena tanah. Namun dirinya berpikir itu tak apa, asal dirinya bisa mengisi perutnya, hal itu tidak menjadi masalah.
Terkadang napasnya akan tersendat dan dadanya terasa sesak akibat tindakan makannya yang terlalu cepat, namun ia tidak peduli, toh air pun tidak ia miliki. Mencuri lagi? Tidak, Luhan hanya menunggu seseorang datang dan menatapnya iba kemudian memberi seteguk air untuknya.
"Oh astaga Tuhan, dunia memang sangat kejam. Sangat kasihan anak sepertimu. Minumlah air ini nak, makan dengan perlahan" Luhan selalu mendengar perkataan itu, telinganya mendengar dan tangannya meraih cepat air minum yang disodorkan wanita paruh baya padanya.
"Jaga dirimu dengan baik nak, selamat tinggal" dan kalimat itu akan selalu teringat di pikiran Luhan. Bahkan raut wanita paruh baya itu sangat terlihat iba, namun di sisi lain juga terlihat gurat risihnya dan membuat Luhan kecil hanya mencoba terbiasa dengan semua itu.
Bahkan kalimat itu Luhan sangat mengerti artinya. Walaupun dirinya masih berumur sepuluh, Luhan sangat mengerti kerasnya dunia, hanya mengartikan satu kalimat itu tidaklah sulit untuknya. Kalimat yang mengandung makna, orang itu tidak ingin bertemu lagi dengannya.
"Selamat tinggal dan terima kasih" mengucapkan itu lalu bangkit dari duduknya dan membersihkan tubuhnya yang sudah penuh dengan tanah dan bekas sepatu di sana. Luhan tahu dipersihkan pun percuma rasanya, namun tetap saja tangan kecil itu menepuk pakaian lusuhnya dan berjalan dengan tenaga yang baru saja terisi dengan sebuah roti hasil curian.
Ramainya jalanan membuat Luhan iri namun juga mencoba tersenyum di sana. Umur yang masih kecil, hidup di jalanan seorang diri, dan tidak pernah mengenal kasih sayang. Luhan sadar bahwa dirinya ditinggalkan, maka dari itu, Luhan sangat mengerti dua kata menyakitkan "selamat tinggal".
KAMU SEDANG MEMBACA
綺麗な花 (Kirei na Hana) [HunHan]
FanfictionHanya sebuah kisah di mana sebuah bunga indah tidak selamanya megah terlihat. Sebuah kisah di mana bunga indah pun memiliki sisi rapuhnya. Hanya mampu memohon untuk tetap hidup untuk esok hari ataupun mati di tangan iblis baik hati. HunHan story