Flower 16

74 18 18
                                    

Hari-hari terus berlalu dan semuanya kini harus segera ia selesaikan. Hari penghukuman untuk Chanyeol dan ayahnya pun akhirnya datang. Hari ini, Sehun duduk di singgasananya menatap lurus ke bawah dengan tatapan yang begitu dingin.

"Seret Baekhyun ke tempat ini" salah satu penjaga mengangguk dan segera menuju penjara bawah tanah. Membawa Baekhyun ke hadapan Sehun dan mendorongnya hingga Baekhyun tersungkur.

"Semua yang harus dihukum hari ini sudah ada di hadapanku. Satu pertanyaan yang harus aku katakan, Baekhyun jawab pertanyaanku dengan jujur, apa kau mencintai Chanyeol?" Baekhyun tertawa dengan cukup keras dan matanya pun menatap Chanyeol dengan tatapan meremehkan dan juga dengan tatapan bencinya.

"Aku mencitai pria bodoh ini? Sepertinya dia terlalu bermimpi" Chanyeol membulatkan matanya dan menyeret kakinya yang telah terluka parah menuju tempat Baekhyun bersimpuh.

"Baekhyun, jangan berbohong...aku mencintaimu, bukankah seharusnya kau juga begitu? Aku mencintaimu sejak pertama bertemu, bahkan aku rela merusak kisah cinta Luhan dan Sehun hanya agar kau bahagia denganku. Baekhyun jangan berbohong!" Tatapan Baekhyun menajam dan membuat Chanyeol sedikit memundurkan tubuhnya.

"Kau menghancurkan segalanya. Kau hanya menyiksa orang yang aku cintai! Kau membuatnya menangis. Kau memang bodoh, kau menghancurkan kebahagiaan orang yang aku cintai! Kau menghancurkan Luhanㅡku!" Berteriak di sana dan membuat Chanyeol semakin tidak percaya dengan perkataan Baekhyun.

"Tidak....tidak...kau berboㅡ"

"Cukup! Aku sudah mendengar semua kejahatanmu. Hukum dia dan penggal kepalanya!" Titah Sehun menggema di ruangan itu. Tubuh Chanyeol yang sudah penuh luka pun diseret paksa menuju tempat eksekusi. Kaki yang sudah tidak mampu berjalan lagi pun terus diseret hingga luka yang semula sudah terbuka kini semakin terbuka dan darah pun mengotori lantai berwarna gelap itu.

"Seret ayahnya juga!"

.

.

.

.

.

Satu tahun berlalu sejak semua hukuman dan semua kepahitan yang mereka alami. Satu tahun berlalu namun semuanya seolah belum mencapai kebahagiaan. Sehun masih tidak pernah berkabar. Bahkan Luhan hanya bisa mengingat bagaimana perkataan terakhir Sehun dan itu adalah perkataan Sehun dengan Hyeon satu tahun yang lalu.

Luhan sendiri, bahkan kesibukannya tidak pernah membuatnya lupa akan semua kenangan bersama Sehun. Tidak pernah bisa ia lupakan semudah waktu berjalan dengan bebasnya.

Dirinya yang selalu sendiri membuatnya selalu mengenang semua hal yang ia lakukan, entah itu bersama Sehun atau bersama Hyeon. Namun belakangan, tidak ada kenangan indah yang terjadi di hidupnya. Hyeon yang selalu datang larut malam, bahkan setiap saat melakukan pekerjaan di luar kota membuat Luhan selalu sendiri dan berakhir Luhan pun memilih keluar dan duduk di bangku taman yang dulu sering mereka tempati kala berjalan di dinginnya malam.

"Maafkan aku Luhan, aku seharusnya pulang hari ini, tapi pekerjaan di sini belum usai, aku berjanji akan pulang besok atau lusa" janji itu selalu Luhan dengar, namun Luhan seolah sudah terbiasa dengan semua janji yang tak kunjung ditepati. Baik itu Hyeon maupun Sehun, semuanya sama.

"Hai! Kau sendiri?" Sapaan di malam hari membuat Luhan terkejut dan memilih mendongakkan kepalanya. Melihat orang asing yang benar-benar tidak ia kenal dari sudut wajah dan perawakan itu, namun ada rasa familiar yang Luhan tahu di sana.

"Uhh maaf, apa aku mengganggumu?" Luhan hanya menggeleng dan melihat lelaki muda itu tersenyum padanya. "Boleh aku duduk di sampingmu?" Entah mengapa Luhan merasa pernah mengalami hal ini. Mengingat pertemuannya dengan Hyeon, ya sepertinya nyaris mirip dengan hari ini.

綺麗な花 (Kirei na Hana) [HunHan]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang