Sakit, begitu sakit ia rasakan saat bunga-nya berguguran. Begitu sakit hingga apapun yang ia dengar, apapun yang ia lihat, apapun yang ia rasa, dikalahkan oleh rasa sakit itu.
Untuk kesekian kalinya Sehun kembali merasakan sakit tak tertahankan. Sesak ia rasakan hingga darah keluar dengan bebasnya dari hidungnya dan terus saja menetes tanpa henti hingga pucat di wajahnya terlihat jelas dalam gelapnya kamar yang ia tempati.
Sudah lima tahun berlalu dan belum pernah sekalipun selama lima tahun itu Sehun merasakan sakit yang begitu menyiksanya. Di malam itu, untuk pertama kalinya setelah sekian lama, tubuhnya terus bergetar dan menggigil. Rasa takut dan cemas terus saja menghantuinya dan dalam hal itu, hanya satu nama yang terus muncul di pikirannya. Seperti potongan kaset yang terus diputar. Mengingat wajah itu, mengingat bagaimana bibir itu tersenyum padanya. Namun seketika ingatan kelam terus menghantuinya.
"Seberapa keras kau berusaha, maka sebanyak itu pula kau tidak akan pernah bersamanya" napas terengah, keringat terus saja membasahi, darah yang terus saja menetes mengotori pakaiannya. Suara itu terus terngiang di kepala Sehun membuat jemari itu terus meremat kuat kepalanya dan terkadang memukulnya, berharap suara itu pergi dari kepalanya.
"Kau tidak perlu berusaha lagi, kalian akan saling menyakiti pada akhirnya" Sehun benar-benar tidak ingin mendengar apapun kini. Begitu bising terdengar hingga di sana dirinya berteriak keras dengan napas yang tidak beraturan.
Mereka nyaris sama, merasakan sakit satu sama lain di saat yang bersamaan, namun yang membedakan adalah, Luhan benar-benar sudah tidak sadarkan diri dan hanya beberapa kata yang muncul dari bibirnya, mengigau di saat dirinya sudah tidak mampu untuk membuka matanya.
"Luhan, apa kau sudah tidur?" Saat Chanyeol membuka pintu itu, saat melihat betapa gelapnya kamar itu, dan saat mendengar suara rintihan di sana, Chanyeol langsung masuk dan menghampiri Luhan yang sudah berkeringat dingin dalam tidurnya.
"Apa yang terjadi padamu?" Terlihat panik di sana, bahkan saat melihat sisa darah di hidung Luhan, saat itu juga Chanyeol membawa Luhan ke gendongannya dan menuju rumah sakit secepatnya.
"Dokter! Dokter!" Berteriak di sana dengan wajah paniknya, berharap dokter segera datang dan menangani Luhan.
"Baringkan dia di sana" salah satu perawat di sana memberikan arahan untuknya dan dengan cepat Luhan di baringkan dan selanjutnya Luhan pun menerima penanganan dari dokter yang sedang bertugas.
Chanyeol takut, Chanyeol menyesal dan langsung mengingat Sehun saat itu juga. Bersyukur dirinya memiliki nomor ponsel Sehun.
"Aku mohon jawablah" terus menunggu jawaban, namun akan selalu berakhir dengan nada panggilan tidak terjawab.
"Apa anda kerabatnya?" Chanyeol mengangguk dan kemudian mendengarkan penjelasan dokter di sana.
Penjelasan yang membuat Chanyeol terkejut. Hal itu membuat Chanyeol bingung sekaligus tidak percaya dengan perkataan dokter itu.
"Bagaimana bisa dia tidak apa-apa? Apa kau lihat keringat dingin dan juga darah di hidungnya?!" Meremat ponselnya dan marah pada dokter itu hingga membuat seisi ruangan terdiam dan menatap Chanyeol di sana.
"Hasil pemeriksaan dasar baik-baik saja. Selanjutnya kami akan melakukan pemeriksaan MRI agar lebih detail mengetahui keadaannya" Chanyeol hanya mengangguk dan kemudian menundukkan kepalanya.
"Aku mohon selamatkan dia"
"Kami akan melakukan yang terbaik" walau Chanyeol tidak tahu apa yang terjadi pada Luhan, namun keadaan Luhan tampak tidak baik. Bahkan kesadarannya terus saja memburuk. Wajah pucat dengan keringat dan tubuh yang semakin dingin saat Chanyeol sentuh.
KAMU SEDANG MEMBACA
綺麗な花 (Kirei na Hana) [HunHan]
FanfictionHanya sebuah kisah di mana sebuah bunga indah tidak selamanya megah terlihat. Sebuah kisah di mana bunga indah pun memiliki sisi rapuhnya. Hanya mampu memohon untuk tetap hidup untuk esok hari ataupun mati di tangan iblis baik hati. HunHan story