Suara Hati, Kenapa bisa begini?

83 6 10
                                    

  Hari ini, Bayu dan Ibunya pergi ke swalayan untuk belanja bulanan.

"Yu, kamu kesebelah sana tolong carikan panci presto" suruh Ibunya.

"Bukannya dirumah sudah punya?"

"Iya, tapi sudah ada lubang dipantatnya. Cepat carikan, Ibu mau cari bumbu dapur dulu"

"Iya..." Dengan langkah berat, Bayu berjalan. Memilih-milih panci.

"Harganya kok nggak sesuai? Gimana sih? Mau tanya pegawainya nggak ada disini"

---

   Disisi lain, seorang gadis bernama Rara dia baru saja sampai di swalayan. Namun, tanpa disadarinya dibelakang ada seseorang dengan pakaian serba hitam dan memakai tudung hoodienya serta memakai masker.

Saat masuk ke swalayan, perasaan Rara tidak enak. Ia merasa bahwa ada yang mengikutinya. Iapun menoleh, namun tidak ada yang tampak mencurigakan.

"Hais... Tidak mungkinlah. Hanya perasaanku saja. Toh disini kan banyak orang" gumamnya lalu melanjutkan jalan.

  Perasaan itu kembali muncul. Ia melihat seorang pria bertudung yang memakai pakaian serba hitam tadi.

"Kenapa dengan pria itu? Perasaanku jadi tidak enak. Ah! Rara! Jangan berpikiran seperti ini" gumamnya. Lalu kembali melanjutkan memilih belanjaan. Si pria aneh tadi mengikutinya.

  Rara berjalan agak lambat. Ia kembali menoleh, dan menemukan pria aneh itu lagi.

"Lagi-lagi dibelakang ku, apa dia..." Rara mempercepat jalannya. Si pria kembali mengikutinya.

"Kan..kan.. aku harus bagaimana? Kalau teriak? Takutnya tidak? Tapi.."

  Hingga tiba dimana ia berada di tempat alat dapur di bagian pojok ruangan. Rara berbalik. Pria aneh tadi menghentikan langkahnya.

"Ka...kamu siapa?" Rara berjalan mundur. Pria aneh perlahan mendekatinya.

Dug!!!

  Tanpa sengaja, Rara menabrak seseorang dibelakangnya. Rara menoleh, orang yang ditabraknya menatap kesal Rara lalu pergi. Namun, Rara dengan cepat memegang tangan orang itu.

Mas tolong saya....

Mulut Rara terasa kaku karena ketakutan. Pria aneh tadi terus berjalan mendekat.

Mas...tolong saya..saya takut..

"Suara apa ini?" Kata pria yang ditabrak Rara tadi seraya celingak-celinguk.

Kenapa malah celingak-celinguk. Apa dia orang aneh juga?

"Saya bukan orang aneh. Sembarangan"
  Sontak Rara melepas pegangannya karena terkejut.

Dia...mendengarku?

"Ya!" Pria itu lalu pergi.

Eh..mas...aduh kenapa dengan mulutku..

....

"Wah... Ke..kenapa aku bisa mendengar suara hatinya? Kenapa aku.. wah..aku sudah gila" mengusap telinganya seraya berjalan ke kasir. Ia meletakkan panci dikeranjang belanjaan.

Aiis... Kenapa aku malah kepikiran wanita itu...

"Kamu kenapa sih Bay? Kok gusar gitu?"

"Bu, ada yang ketinggalan."

"Yasudah sana cepat"

...

  Rara semakin ketakutan. Tubuhnya terasa kaku.

Kenapa denganku? Kenapa malah kaku begini. Seseorang tolonglah aku... Huh...kenapa ada orang aneh diswalayan ini? Keamananya bagaimana sih?!!

Tiba-tiba seseorang memegang tangan Rara. Rara tercengang.

"Kamu siapa?" Tanya orang itu pada si pria aneh. Orang aneh itu menatap tajam mereka.

"Jangan ganggu.. pacarku. Ayo kita pergi."
  Orang itu menarik Rara. Pria aneh menatap mereka seraya mengepalkan tangan.
....

"Aku membantumu sampai disini" kata orang itu.

"Terima kasih sudah menolongku" orang itu mengangguk lalu pergi. Rara masih menunggu taksi berikutnya. Namun, dibelakang pria aneh tadi terus melihat Rara. Orang yang menolong Rara menyadarinya.

"Hais..ck!"

"Kamu kenapa sih Bay?"

"Bu, Ibu pulang dulu saja. Bayu masih ada urusan"

"Mau kemana?"

"Pak, saya titip Ibu saya"

"Ya mas."

Ia menutup pintu lalu menyusul Rara. Ia langsung merangkul Rara. Jelas membuat Rara terlonjak kaget.

"Dibelakangmu dia terus melihat kearahmu. Aku akan mengantarmu sampai rumah" bisik Bayu. Pria yang menolong Rara. Rara mengangguk.

Bukankah kalau begini agak.. berlebihan? Ini kan ditempat umum

"(Menurunkan tangannya) maaf" Rara melihat Bayu dengan tatapan bingung. Tak lama taksi datang. Mereka bergegas masuk.

"(Mengehela napas lega) syukurlah. Sekali lagi terima kasih karena sudah menolongku"

"Ya, tapi kenapa dia mengikutimu?"

"Entalah. Aku juga tidak tahu kalau dia mengikutiku sampai segitunya. Apa dari rumah ya? Tapi, untung saja kamu mau kembali dan menolong saya. Saya tadi tidak bisa melakukan apapun karena ketakutan mungkin. Tubuh saya terasa kaku."

"Yang penting sekarang kamu sudah aman. Kalau dia masih mengikutimu, laporkan saja pada polisi"

"Ah...iya"

"Kalau boleh tahu, nama kamu siapa?"

"Aku? Bayu. Kalau kamu?"

"Rara"

**.

"Benar ini sudah sampai rumah mu?"

"Iya (senyum). Terima kasih banyak"

"Kalau begitu aku pulang. Berhati-hatilah" Rara mengangguk.

  Bayu kembali masuk taksi. Rara berjalan kerumahnya. Melewati gang sempit dan remang-remang kalau malam. Mobil bisa masuk jika melewati jalan yang lumayan jauh.

"Aku akan mengingat namamu, Bayu"

SUARA HATI (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang