Rara sudah sampai dirumahnya. Ternyata itu paket dari orang tuanya. Isinya berupa beberapa bahan makanan dan satu kaos untuk Rara.
Ibu membelikan kaos ini untukmu. Karena ibu merindukan Rara. Waktu di Pasar, melihat baju ini jadi teringat masa kecilmu. Jaga diri baik-baik, jangan sampai telat makan, semangat kuliahnya, semangat belajar. Kami menyayangimu.
Itulah pesan yang tertulis di sebuah kertas disamping baju tadi.
"Ibu.. Ayah, Rara juga menyayangi kalian. Rara merindukan kalian."
Maafkan Rara. Rara belum bisa cerita soal ini pada kalian.
Rara kembali merapikan barang-barangnya. Namun, tanpa ia sadari dibelakangnya ada seseorang bertudung. Hanya terlihat bagian bibirnya saja. Begitu Rara menoleh...
.
."Bay"(menepuk pundak)
"Panji. Bikin kaget saja"
"Kemarin kamu lari-lari ada apa?"
"Bukan apa-apa. Aku salah lihat orang. Oh ya, kelas hari ini kelar jam 8 malam?"
"Mungkin, kalau dosen nggak telat masuk nanti. Ada apa emang?"
"Nggak tanya aja"
"Eh Bay, gue denger si Zahra di DO"
"Ha?! DO?"
"Iya, karena udah beberapa hari nggak masuk kuliah tanpa keterangan, dikabari pun tidak ada yang manjawab. Nomor orang tuanya juga tidak aktif. Gue juga sudah lama nggak ketemu sama dia. Lo tahu nggak dia kemana?"
"Mana ku tahu. Aku kan bukan siapa-siapa dia"
DO ya.. ku pikir dia pindah. Tapi kemana dia pergi? Masak nomor orang tua Zahra sudah tidak aktif.
"Bay, makan yuk"
"Traktir ya?"
"Iya.."
..
Rara terlonjak kaget. Paket yang dibawanya terjatuh sampai menggelinding dan berhenti didepan orang itu.
"Ss...siapa kamu?!" Perlahan Rara mundur.
"Ra..." Rara mematung mendengar suara itu. Suara begitu familiar. Suara yang tidak bisa ia lupakan. Suara yang membuatnya bingung dengan sikap si pemilik suara.
"Kenan..."
"Cepat buka pintu rumahmu. Ada yang ingin aku sampaikan"
Rara mengangguk patuh. Dengan gemetar ia mengambil kunci dan mencoba memasukkan kunci kelubang kunci namun tidak masuk-masuk. Kunci itu berulang kali jatuh. Ken lalu merebutnya , pintu terbuka. Ken menarik Rara agar cepat masuk. Menutup pintu dan menguncinya kembali.
KAMU SEDANG MEMBACA
SUARA HATI (Tamat)
Fantasy"wah.. kenapa aku bisa mendengar suara hatinya? kenapa aku...wah.. aku sudah gila. (mengusap usap telinganya). Dia berjalan menghampiri wanita paruh baya yang sedang mengantri di kasir. Diletakkannya panci itu di keranjang belanjaan. (kenapa aku ja...