2

167 15 0
                                    

"Hwang!"suara bass milik Jeno yang sudah Jaera hapal luar kepala.

"Apa,Lee?"tanya Jaera sambil membaca ulang proposal penelitiannya, untuk diajukan ke dosen pembimbing.

"Kamu dapat siapa?"tanya Jeno sambil menyampingkan poni Jaera yang menutupi mata gadis itu.

"Pak Onew."balas Jaera sambil membuka halaman baru dari proposalnya.

"Kamu dapat siapa?"tanya Jaera sambil memberikan sekotak kopi instan yang selalu ia bawa di dalam tas punggungnya.

"Pak Key."balas Jeno memberengut, lantaran dosen ini terkenal dengan mulutnya yang tajam seperti pisau daging. Tidak lupa dengan kemampuannya dalam mengomeli mahasiswa yang sedikit saja tidak fokus ke dirinya saat ia menjelaskan.

"Gak apa, lagian latihan telinga nanti skripsian siapa tahu dapat beliau lagi. Ya anggep aja simulasi, Jen."ujar Jaera dengan nada tenangnya, sedangkan Jeno yang mendengar hanya memberengut kesal dengan balasan sahabat seperjurusannya tidak mengasihaninya malah mengatakan itu adalah simulasi baginya.

"Halo, Jaera."suara Renjun tiba-tiba terdengar dan Jaera pun mendongakkan kepalanya melihat ke arah Renjun.

"Hai, Renjun. Kenapa? Nyari Jeno? Tuh, angkut aja."cecar Jaera sambil memberikan senyuman lebarnya, seakan ia mengharapkan kepergian Jeno yang mengeluh kepadanya.

"Haha, nggak. Hera mau ajak nongkrong nanti, ikut gak?"tanya Renjun yang menyampaikan pesan gebetannya, Hera, anak Jurusan Sastra Inggris.

"Bilangin ke Hera, sorry banget. Gue hari ini gak bisa. Mau ajuin proposal, soalnya."balas Jaera dengan nada kecewanya sambil menaikkan setumpuk kertas yang telah dijilid ke hadapan lelaki itu.

"Lusa deh, janji. Bilangin ya,Njun."ujar Jaera lagi dengan nada yang ia imutkan,membuat Jeno yang berdiri di samping Jaera mencubit pipi Jaera gemas.

Remarques

Aku siapa? Panggil aja aku Ra...hehe. Jangan lupa istirahat ya kak!

ps. balasnya tempel disini aja hehe
pss.sebenarnya gak dibalas no prob, but in case kak Jae mau balas aja.

-Ra

Jaera yang baru saja pulang dari kampus dan dengan segala tenaganya, menempelkan sticky notes di dalam box surat unit apartment milik Jung Jaehyun. Jaera pun dengan gontai menekan tombol lift dengan ujung ponselnya dan memutar lagu melalui Airpodsnya.

"Jaera!"suara Haechan menyapa pendengaran Jaera yang tengah menyanyikan lirik lagu yang tengah ia dengar.

"Eh, Chan. Lo kan gedung sebelah, kok kesini?"tanya Jaera heran melihat kehadiran Haechan di gedung apartment yang ia tempati.

"Ada urusan sama bang Johnny bentar. Eh, ada gak titipan buat bang Jaehyun? Nanti gue anterin ke pintu lo deh. Bang Jae di lantai 14, kan?"balas Haechan menawarkan jasanya, karena ia tidak ingin memakan gaji buta.

"Oh, boleh. Itu di kotak surat unitnya kak Jae."ujar Jaera tanpa bersusah payah memberitahu lelaki itu nomor unit milik Jaehyun, 1402.

"Oh, oke."

Ting

"Gue duluan ya, sakit sebadan abis dibabuin tugas."pamit Jaera saat lift telah sampai ke lantai unit apartmentnya, hanya dibalas anggukan Haechan sambil memperhatikan langkah gadis itu keluar dari lift.

 (III) RemarquesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang