Rembulan pancarkan cahaya, bintang-bintang pun saling berkedipan, udara menjelma menjadi tetesan embun yang membasahi pagar tembok. Aladin duduk memeluk lutut sambil memandang langit di lantai tiga. Dia melihat gugusan bintang seakan berkedip menghibur dirinya agar tidak merasa kesepian pada malam itu.
“Assalamu’alaikum” Tiba-tiba seseorang datang menghampirinya.
“Wa’alaikumsalam” Jawab Aladin.
“Boleh gabung duduk kan?” dia meminta untuk gabung duduk di sampingnya. Pikir Aladin, mungkin dia ingin ikut gabung melamun merenungi keadaannya sekarang, ya mereka menjadi seorang santri.“Iya, boleh” Jawab Aladin singkat.
“Eh! Nama kamu siapa?”
“Namaku Aladin, namamu siapa?” Aladin balik bertanya.
“Hmm, namaku Dayat, ya nama panjangnya sih Samsul Hidayat”
“Ohh, santri baru juga ya?” Aladin kembali bertanya.
“Iya, saya sebenarnya gak mau masuk pondok, ya... tapi orang tua saya menginginkan hal itu dan saya gak bisa menolaknya” Jawab dayat sedikit curhat.
“Ya gak papa, sama saya juga seperti itu, ya mau gimana lagi kita gak punya pilihan lain, semoga saja kita di sini bisa betah dan berhasil sesuai harapan orang tua kita” Jawab Aladin so’ bijak.
Malam semakin larut, Aladin dan Dayat masih berbincang-bincang ditemani rembulan dan kerlipan bintang. Sesekali mereka termenung dan termenung dan tertawa kecil, mungkin mereka saling membagi pengalaman sebelum masuk pondok pesantren.
“Eh, sudah jam dua belas nih, ke kamar yuk” Aladin memandang jam tangannya dan mengajak dayat turun ke kamar untuk tidur.
“Yuk, aku juga sudah ngantuk nih”
Mereka berdua menuruni tangga dengan sangat pelan, seakan mereka menghitung ada berapa tangga yang mereka pijak itu. Ketika membuka pintu kamarnya, mereka mengira santri baru lainnya sudah terlelap tidur, namun ternyata masih ada yang melamun, membereskan pakaiannya, bahkan ada juga yang sedang menangis. Menangis adalah hal biasa untuk santri baru, walaupun tidak semua santri baru menangis.
Satu persatu dari mereka mulai memejamkan mata, Aladin pun mengambil tikarnya dan membaringkan dirinya untuk tidur, “Saya beharap hari esok adalah hari yang baik untuk semua santri baru” Aladin pun memejamkan matanya. Semoga mimpi indah Aladin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Diary Jasmine
Ficción GeneralFitrah manusia tumbuh antara benci & cinta. Maka cintailah jasad yang tak mungkin sama, dan bencilah sikap yang tak senada dengan norma. Hingga saat sikap itu hilang, yang tersisa antara kita hanyalah cinta. ~Aladin