🌻ᴄʜᴀᴘᴛᴇʀ 39 || ʜᴀɴᴄᴜʀ🌻

104 31 12
                                    

Warning!!!
The pictures just illustration
.
.

Music On:
🎵 Finneas || Break My Heart Again 🎵
.
.

Be relax
Enjoy this
And Happy Reading

♥️🍓♥️🍓♥️🍓♥️

Andai kamu tahu,
aku pernah menganggapmu seperti saudara kandungku,
tapi mulai detik ini aku hanya cukup menganggapmu sebagai teman imajinasiku.
kamu tidak nyata ....

~Luvena Brasta Arunika~

♥️🍓♥️🍓♥️🍓♥️

Tiba-tiba Sasha melihat ke arah flash light yang membuatnya tidak fokus berdansa. Kemudian, ia berhenti berdansa karena suasana hatinya dirusak begitu saja oleh flash light yang bergerak-gerak dalam gelap. Terlebih, sebagian tamu di area tengah sampai belakang juga justru memperhatikan flash light tersebut, bukan melihat ke arah ia dan Samudra. Oleh sebab itu, Sasha dengan tegas berjalan menghampiri flash light itu. Seketika lampu sorot mengikuti ke mana pun ia pergi. Tak tinggal diam, Samudra juga ikut di belakangnya. Semakin Sasha dekat, lampu sorot itu perlahan-lahan semakin mengenai tubuh Azka dan Vena.

"Bisa tolong matikan lampu senter kalian?" pinta Sasha dengan nada menyebalkan. "Kalau kalian mau berdansa, lakukanlah setelah kami selesai!"

Ketika mendengar Sasha marah-marah, pengarah lampu langsung menyalakan kembali lampu ruangan seperti semula. Seketika seisi ruangan hening karena baru pertama kali melihat sang pemilik acara memarahi tamu undangan. Atensi mereka juga tertuju kepada empat insan yang sudah berdiri berhadapan di belakang kurai tamu. Sementara orang tua Sasha yang hendak menghampiri keributan itu mendadak dicegah oleh Adi agar tetap memperhatikan mereka dari sana saja.

Di belakang kursi tamu, tiba-tiba Vena tertawa hambar seraya mematikan flashlight dan mengembalikan smart phone Azka. Begitu melihat Sasha berkacak pinggang dengan riasan cantik itu, tawa Vena semakin keras dan hambar. Namun, semakin lama butiran bening menetes dari mata Vena dalam keadaan tertawa.

"Are you crazy?" sindir Sasha.

"Wah, udah semakin jago ya bahasa inggrisnya," sahut Vena sambil tertawa mengejek.

"Bisa enggak sih lu berhenti ketawa?" bentak Sasha.

Seketika bibir Vena berhenti tertawa sambil menyeka sisa air matanya. Kemudian, ia menatap sinis Sasha dan Samudra bergantian.

"Lu mau gue bersikap gimana, Nyonya Maharani?" ketus Vena.

"Jangan rusak hari bahagia gue dan Sam!" Sasha memajukan wajahnya satu sentimeter. "Asal lu tahu ya, lu enggak pantas tertawa, apalagi bahagia malam ini! Karena apa? Karena sekarang harusnya lu itu menderita dan nangis darah setelah melihat Sam resmi jadi milik gue."

Sasha pun melingkarkan tangan di lengan Samudra, lantas mengajak Samudra kembali ke panggung untuk berdansa lagi. Usai diberi aba-aba oleh Sasha, suara denting piano itu kembali terdengar. Kali ini, lampu ruangan tetap menyala dan atensi seluruh tamu tertuju kepada mereka. Seketika suasana hati Sasha kembali membaik usai membuat Vena mematung. Sekarang bahkan kepalanya bersandar di dada Samudra sambil terus menggerakkan tubuhnya ke kanan dan kiri.

VENAZKA ✔ [SEGERA TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang