🌻ᴄʜᴀᴘᴛᴇʀ 21 || sᴏsᴏᴋ ʏᴀɴɢ ᴋᴜᴄᴀʀɪ🌻

144 45 56
                                    

Warning!!!
The pictures just illustration
.
.

Music On:
🎵Yiruma || May Be🎵
.
.

Be relax
Enjoy this
And Happy Reading

♥️🍓♥️🍓♥️🍓♥️

Kalau aku bilang Lintang yang menghantui mimpimu itu adalah aku.
Apa kamu akan percaya?

~Lintang Samudra~

♥️🍓♥️🍓♥️🍓♥️

Di meja bundar yang ada di rooftop, Vena meletakkan vas bunga matahari itu sambil tersenyum kecil. Setidaknya dari atas sini, sang bunga bisa puas bermandikan cahaya matahari. Jadi, Vena tak perlu merisaukan soal pertumbuhan sang bunga. Ia yakin bisa merawatnya dengan baik, meskipun ia masih belum mengetahui alasan di balik sikap Azka terhadapnya.

"Untunglah, kamu udah keliatan segar. Enggak layu kayak semalam." Vena memandangi sang bunga dengan penuh bintang.

Kemudian, Vena duduk di atas karpet rumput sambil memeluk kakinya. Tak lupa, ia melihat ke arah timur demi menyapa sang surya yang terlambat bangun. Seketika Vena teringat bagaimana ia terbangun pagi ini. Lima belas menit yang lalu, ia diciprati air oleh Ata karena mengigau. Alhasil wajah, baju serta sebagian spreinya jadi basah. Itu membuatnya harus mandi lebih pagi di hari Minggu.

"Hei, tukang ngigau!" ejek Ata sambil memberikan Vena segelas susu cokelat panas, lalu duduk di samping Vena.

Bibir Vena mengerucut ketika gelas kaca itu berada dalam genggamannya. "Ata, nyebelin!"

"Harusnya kamu bersyukur, Aru. Lihat nih! Kamu jadi udah cantik kan pagi-pagi."

Vena hanya mendengus kesal, lalu menyeruput minumannya. Diam-diam Ata melirik Vena sambil menggulung bibirnya ke dalam. Seperti ada sesuatu yang hendak diucapkan oleh Ata, tetapi tertahan. Selama sepuluh menit, mereka hanya diam dan sibuk dengan pikiran masing-masing. Namun, akhirnya Vena mau memulai percakapan terlebih dahulu.

"Aku ... kangen sama papa, Ta." Vena berbicara sambil menengadah ke langit.

"Aku juga." Vena mendengar Ata menghela napas panjang.

"Yuk, terbang ke Malang hari ini!" ajak Ata. Malang adalah tempat di mana mendiang Brasta beristirahat dengan tenang.

"Siang, ini aku ada janji nongkrong sama Sasha."

"Lagi?"

"Kemarin Sasha enggak datang dan baru lima menit yang lalu ngajak aku ke Blossom Café." Vena mengeluarkan smartphone dari saku celana, lalu membaca ulang pesan Sasha untuk memastikan nama kafe yang ia sebutkan tadi, tidaklah salah.

"Ih, itu kafe yang baru buka seminggu yang lalu kan?"

Vena menggangguk. "Sasha bilang mau ngenalin cowok yang lagi deket sama dia. Penasaran banget aku tuh. Soalnya Sasha kan enggak pernah pacaran."

"Bukannya orang tua Sasha itu pemilih banget ya? Masa sih ngebolehin Sasha pacaran? Sahabatan sama kamu aja dilarang setengah mati."

VENAZKA ✔ [SEGERA TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang