🌻ᴄʜᴀᴘᴛᴇʀ 40 || ᴘᴀɢɪᴋᴜ sᴇᴍᴘᴜʀɴᴀ🌻

186 33 20
                                    

Warning!!!
The pictures just illustration
.
.

Music On:
🎵 Ysabelle Cuevas || I Like You So Much You'll Know It🎵
.
.

Be relax
Enjoy this
And Happy Reading

♥️🍓♥️🍓♥️🍓♥️

Semesta, aku percaya tidak selamanya permainan takdir-Mu menyedihkan

~L. Azka Aldric~

♥️🍓♥️🍓♥️🍓♥️

Saat mobil Azka melaju, kedua mata Vena terpejam di jok mobil, tepat di samping Azka. Gadis itu tampak sangat lelah dan sedih. Bahkan ia tak melihat kedatangan keluarganya di Bar Vista tadi. Padahal Azka sudah susah payah meminta Bonta untuk membujuk keluarga Vena hadir di sana demi menyaksikan kejadian penting. Namun, Vena justru tampak sangat syok, meskipin Azka sudah mencoba untuk menghiburnya.

Begitu melihat Vena tertidur nyenyak, Azka mengurangi kecepatan mobil. Sekarang mobil pun sudah melewati gerbang tol menuju tempat yang menjadi luka bagi Azka dan Vena. Ia ingin menghibur Vena dengan pergi ke sana. Mungkin saja bisa berlibur bisa membuat Vena merasa lebih baik.

Selain itu, ia berharap bisa mengobati luka mereka bersama-sama di tempat itu. Meskipun itu berarti mereka harus melawan ingatan mereka tentang kejadian tragis itu. Kejadian yang memaksa mereka untuk merelakan kepergian orang yang paling disayangi.

"Teruntuk kamu, titipan Semesta yang  masih tenggelam dalam bayang-bayang menakutkan. Aku akan menukar ingatan mengerikan itu dengan kisah bahagia kita." batin Azka.

☀️☀️☀️☀️☀️

Keesokan harinya ....

Sorot matahari pagi, menyorot dari kaca depan mobil Azka hingga mengenai wajah Vena. Itu membuat Vena terbangun dan mendapati jaket milik Azka membalut tubuh Vena. Kemudian, ia menggeliat sejenak seraya mengingat-ingat apa yang sudah terjadi semalam. Ia hanya ingat soal kejadian di pesta pertunangan Samudra dan tidak mengingat kejadian setelahnya.

Blup!

"Hei, Aru!" sapa Azka usai masuk ke dalam mobil dengan membawa segelas cokelat panas.

Kemudian, ia menyodorkan segelas coklat panas itu untuk Vena. Tanpa basa basi, Vena menerimanya dengan senang hati. Detik berikutnya, ia menyeruput pelan-pelan cokelat panas itu seraya memandang matahari terbit dari kaca depan mobil.

"Suka?" ucap Azka.

Vena mengangguk pelan.

"Arunika itu cantik 'kan?" tanya Azka.

Vena melirik dengan tatapan sebal dan berkata, "Arunika? Em, aku jadi sensitif pas dengar kata itu."

"Karena Sasha sering memanggilmu dengan sebutan itu?"

"Oke. Kita ganti kata arunika jadi matahari terbit."

"Sama aja dong, Aru."

VENAZKA ✔ [SEGERA TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang