Warning!!!
.
.Music On:
🎵 Sara Bareilles || Gravity🎵
.
.Be relax
Enjoy this
And Happy Reading♥️🍓♥️🍓♥️🍓♥️
Jangan kira saya hanya mendengar cerita dari satu sisi. Karena saya juga punya banyak 'pasang mata dan telinga' di luar sana yang memberikan berjuta informasi
~Helena Anastha~
♥️🍓♥️🍓♥️🍓♥️
Sore ini, Azka dan Vena sudah kembali ke Jakarta. Sekarang mereka sudah berada di dalam mobil Azka yang dikemudikan oleh Bonta. Dari kaca spion depan, Azka melihat Vena tampak murung sambil menggeser layar smartphone. Bagian bawah jaket Azka yang melekat di tubuh Vena pun digulung-gulung sedikit demi sedikit.
"Kak, bisa enggak tolong menepi di sana?" Vena menunjuk Blossoms Café.
"Oke."
Menit berikutnya, Bonta sudah memarkirkan mobil di depan Blossoms Café. Usai menggendong ransel, Vena pun turun dari mobil. Kemudian, mereka melihat Vena masuk ke dalam kafe itu dengan wajah sedih. Selang beberapa menit, Azka juga menyusulnya.
"Wait ya, Bon." Azka keluar dari mobil dan masuk ke dalam kafe.
Ketika sampai di dalam, Vena tampak sedang berbicara dengan seorang waiter perempuan. Karena penasaran, Azka diam-diam mendekat dan mendengarkan percakapan mereka di dekat etalase kue custom.
"Jadi, pemilik kafe ini udah menikah dan punya anak gitu, Mbak?" tanya Vena kaget setengah mati.
"Benar, Kak. Pak Joshua mah sayang banget sama istri dan anaknya. Mereka itu keluarga yang harmonis banget. Jadi, enggak mungkin mau tunangan sama temannya kakak."
Vena menunduk, lalu menunjukkan foto Sasha kepada si waiter perempuan yang diketahui bernama Ulfa melalui name tag yang terpasang di apron. "Kenal sama pelanggan yang ini enggak, Mbak?"
"Oh, ini mah temannya Pak Joshua. Dia sering ke sini. Kadang sendiri, kadang berdua sama pacarnya. Belum lama juga mereka datang buat pesan kue. Katanya sih buat acara pertunangan."
Vena mencari foto Samudra di galeri, tetapi sudah tidak ada sama sekali. Kemudian, ia mencoba untuk membuka sosial media milik Samudra. Namun, ia lupa kalau akun Samudra sudah diblokir oleh Azka.
"Ada lagi yang bisa dibantu, Kak?" tanya Ulfa.
"Emm, ingat enggak, Mbak? Pesanan kue mereka itu atas nama siapa?"
"Maaf, itu rahasia pelanggan kami, Kak."
"Baiklah. Terima kasih ya, Mbak."
Vena pun melangkah pergi meninggalkan waiters perempuan itu. Di belakang Vena, Azka mengekori. Begitu sampai di luar kafe, Vena melihat mobil Azka masih terparkir di sana.
"Masuklah, Aru. Kamu sebaiknya istirahat dulu di rumah." Azka membukakan pintu untuk Vena.
Vena tidak berselera untuk berdebat sehingga ia menuruti perkataan Azka. Usai mereka masuk ke dalam mobil, Bonta pun melajukan mobil ke arah rumah Vena. Tanpa sadar Vena yang lelah, seketika tertidur di kursi penumpang bagian belakang.
KAMU SEDANG MEMBACA
VENAZKA ✔ [SEGERA TERBIT]
Teen Fiction#challenge30GP Note: UP selama bulan Ramadhan Vena adalah seorang gadis 17 tahun yang menyukai matahari terbit dan membenci gelap. Sejak putus dengan Samudra tiga bulan lalu, ia bertekad untuk membuktikan pada Samudra bahwa sebenarnya cinta itu haru...