2. detail

750 137 10
                                    

"Serius nih lo gue tinggal? Perlu gue temenin ga?" tanya Ryujin saat keduanya berada di pintu keluar masuk mall guna menunggu kedatangan supir Ryujin.

"Ga usah! Nanti gue kan bisa minta jemput kak Chaeyeon, kebetulan doi lembur malam ini. Kalau pulang kan lewat sini Jin," tolak Chaeryeong halus.

Chaeryeong tidak ingin membebani Ryujin. Sudah dari jam tiga sore mereka di sini. Setelah makan tadi, mereka juga sempat berkeliling memasuki gerai-gerai pakaian. Menghasilkan beberapa tas belanjaan di tangan masing-masing. Masa untuk bertemu Haechan pun, Ryujin harus menemani. Sahabatnya itu tentu butuh istirahat, dan Chaeryeong tidak tega membiarkan Ryujin tinggal lebih lama.

Berselang kemudian, mobil Ryujin tiba dan berhenti tepat dihadapan keduanya.

"Kalau gitu gue duluan ya Chaer! Telepon gue atau Somi kalau ada apa-apa," Ryujin berucap dengan tangan membuka pintu mobil, lalu segera masuk setelah selesai berbicara. Membuka jendela dan melambaikan tangannya pada Chaeryeong seiring menjauhnya mobil dari area pintu keluar masuk.

Setelah menghilang dari pandangan, Chaeryeong bergegas masuk ke dalam. Melangkahkan kakinya menuju Sushi Tei yang terletak di lantai satu.

"Selamat datang di Sushi Tei. Untuk berapa orang kak?"

"Ehm, reservasi untuk nama pak Haechan ada kah mbak?" tanya Chaeryeong membuat waitress yang bertugas langsung mengecek daftar reservasi di layar komputer.

"Oh iya ada. Kak Chaeryeong ya ini? Mejanya akan ditunjukkan sama teman saya ya," ucap waitress sembari menunjuk sopan ke waitress yang lain.

Chaeryeong dibawa ke meja dekat jendela dengan empat buah kursi. Haechan belum terlihat batang hidungnya, membuat Chaeryeong melirik jam tangan yang masih menunjukkan pukul tujuh kurang sepuluh menit. Ia datang terlalu cepat.

"Kakaknya mau pesan apa? Tadi kata kak Haechan kalau kak Chaeryeong datang, langsung pesan saja," tanya waitress yang tadi mengantar ke meja.

Chaeryeong sempat ingin tertawa saat waitress menyebut kata 'kak' di depan nama Haechan. Terdengar aneh saja bagi telinga Chaeryeong karena terbiasa memanggil si pria dengan sebutan 'pak'. Namun si waitress tidak salah, Haechan masih terlalu muda untuk dipanggil bapak. Haechan terlalu cepat saja belajar sampai-sampai di umurnya yang baru dua puluh tujuh tahun itu, ia sudah menyandang gelar doktor selama kurang lebih tiga tahun terakhir. Bisa jadi tiga tahun kedepan pria itu akan menyandang gelar profesor. Tidak ada ya tahu bagaimana jalan hidup bukan?

"Hmm ocha dingin aja deh dulu mbak! Nanti kalau pak Haechan sudah datang, baru saya pesan lagi," ucap Chaeryeong.

Si waitress membungkuk sedikit, lalu berlalu dari hadapan Chaeryeong. Sembari menunggu, Chaeryeong memutuskan untuk mengutak-atik ponselnya. Berselancar di Twitter, dan Instagram, mengklik like pada konten yang menurutnya lucu dan indah.

Sampai tidak sadar dengan kehadiran Haechan yang kini duduk di hadapannya dengan membawa tas pipih berukuran seperti map dari bahan kulit.

"Asik ya main hpnya," celetuk Haechan yang membuat Chaeryeong terperanjat, langsung meletakkan ponselnya di meja sementara tangan kirinya memegang dada atas.

"Astaga pak! Ngagetin aja sih. Kalau saya jantungan terus meninggal di tempat gimana?" sungut Chaeryeong.

"Lah wong kamu asik gitu sama hp. Emang salah saya nyeletuk gitu?" Haechan justru melemparkan pertanyaan, membuat Chaeryeong menatap sinis ke arah dosennya itu. Sembari mendengus sebal, Chaeryeong membuka buku menu yang sengaja ditinggal di meja.

"Loh kamu belum pesan?"

"Belum, tadi saya nungguin bapak," jawab Chaeryeong sekenanya, malas bersikap terlalu sopan. Toh mereka sedang tidak di kampus, tidak masalah bukan? Apalagi ia tengah menghadapai Haechan si manusia tengil, yang sayangnya menjelma sebagai dosen Chaeryeong.

love counselor | chaerchan ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang